Lengkap! Pidato Menhan Prabowo soal Ukraina Tuai Kontroversi

Langsung ditanggapi Menhan Ukraina

IDN Times, Singapura – Harus diakui, Prabowo Subianto pantas disebut sosok yang optimistis. Sebagai politikus, pendiri dan ketua umum Partai Gerindra itu sedang mencoba untuk keempat kalinya berlaga di Pemilihan Presiden Indonesia. Sekali menjadi calon wakil presiden berduet dengan Megawati Soekarnoputri, dua kali menjadi calon presiden melawan Joko “Jokowi” Widodo. Prabowo yang kini menjabat menteri pertahanan itu sudah mendeklarasikan diri untuk maju dalam Pilpres 2024.

Sikap optimistis itu ditunjukkan Prabowo saat berbicara di sesi pleno ketiga Shangri-La Dialogue yang berlangsung di Singapura, 3 Juni 2023. Dalam paparannya, Prabowo mengusulkan empat poin untuk memulai proses perdamaian dalam konflik Rusia lawan Ukraina yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Sebenarnya ada lima poin, namun Prabowo hanya menyampaikan empat poin.

Shangri-La Dialogue 2023 adalah pertemuan ke-20, dan dipandang sebagai forum penting mendiskusikan isu pertahanan dan keamanan di kawasan Asia Pasifik. Pembicara dan peserta dari kalangan menteri dan ahli di bidang pertahanan dan keamanan, tidak hanya dari Asia melainkan juga dari AS, Eropa dan Timur Tengah. Ini kali kedua Prabowo diundang dalam posisi sebagai menteri pertahanan.  Dia tampil dalam sesi pleno ketiga berjudul, “Resolving Regional Tensions”, bersama Menteri Pertahanan Korea Selatan  Lee Jong-Sup dan Wakil Presiden Uni Eropa Josep Borrel Fontelles. John Chipman, Direktur Jendral dan Kepala Eksekutif Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) memandu sesi menarik ini.  IISS menjadi tuan rumah Shangri-La Dialogue.

Baca Juga: Prabowo dan Menhan AS Empat Mata Bahas Kerja Sama Pertahanan

Berikut isi pidato lengkap Prabowo.

Dr. Chipman, yang terhormat para peserta sesi Shangri-la Dialogue tahun ini. Pertama-tama, sungguh merupakan sebuah kehormatan besar bagi saya untuk sekali lagi diundang berbicara dalam pertemuan penting ini, yang dihadiri tidak hanya oleh para pemimpin terkemuka di bidang pertahanan dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik, tapi juga dari seluruh dunia. Kita lihat di sini banyak menteri, pemimpin, pejabat pertahanan dan keamanan dari benua Amerika, Eropa, dan Timur Tengah. Ini menunjukkan betapa pentingnya pertemuan seperti Shangri-La Dialogue.

Saya sepenuhnya setuju dengan beberapa pembicara sebelumnya yang menganggap pertemuan seperti Shangri-La Dialogue sebagai platform penting untuk bertukar pandangan, kontak pribadi, percakapan rahasia, pertemuan pribadi, yang semuanya merupakan cara penting untuk meredakan ketegangan, mengatasi kesalahpahaman, dan menciptakan lingkungan yang membangun kepercayaan.

Saya kira kita semua setuju bahwa dunia, bahwa bumi kita telah menjadi planet kecil, dan kita sedang menghadapi ancaman global terhadap keamanan dan kehidupan kita. Kita baru saja mengatasi, berhasil memitigasi pandemik COVID-19 yang hamper membawa bencana.

Bahkan saat ini, para ahli di bidang medis dan mikrobiologi memperingatkan kita untuk tetap waspada terhadap ancaman biologis tersebut. Teman-teman saya di bidang medis memberi tahu saya bahwa mutasi-mutasi baru virus COVID-19 terus bermunculan.

Sahabat yang terhormat, pepatah “Dia yang kuat, dialah yang benar” tidak selalu benar. Ketika ada kekuatan besar, biasanya akan muncul kekuatan yang lebih besar di kawasan. Ini adalah sejarah umat manusia. Sejarah umat manusia mengajarkan kita bahwa kompromi dan koeksistensi adalah satu-satunya jalan yang dimungkinkan untuk meraih kemakmuran. Oleh karena itu, dalam konteks ketegangan di belahan dunia kita dan di kawasan Indo-Pasifik dan belahan dunia lainnya, saya sendiri memiliki pandangan yang lebih optimis.

Mari kita sepenuhnya terbuka. Situasi keamanan di Indo-Pasifik, khususnya di Asia Timur didominasi oleh ketegangan yang muncul akibat kebangkitan China yang kembali menjadi kekuatan besar di dunia, dan ini bersinggungan dengan peran Amerika Serikat sebagai kekuatan adidaya dunia.

Ini hanyalah beberapa contoh dari ancaman universal yang akan kita hadapi di planet kita yang kecil ini.

Para ahli memperingatkan kita bahwa di masa depan yang tidak terlalu lama lagi, di abad ke-21 ini kita akan menghadapi krisis energi, air, dan tentu saja ancaman terhadap keamanan pangan. Sangat penting bagi kita untuk mengatasi persaingan geopolitik, sengketa wilayah, melalui dialog, negosiasi, dan solusi yang saling menguntungkan. Tradisi kompromi ala Asia menurut saya sebenarnya bukan hanya tradisi Asia. Secara historis, kompromi adalah satu-satunya cara komunitas, masyarakat untuk mewujudkan kemakmuran.

Prabowo optimistis akan pemimpin AS dan China

China memiliki sejarah yang panjang dan hebat, mungkin yang tertua dalam catatan sejarah umat manusia. China telah dan akan terus menjadi peradaban yang hebat. Amerika Serikat adalah bagian dari peradaban barat, peradaban yang telah membawa kita umat manusia pada abad pembaharuan dan pencerahan dimana ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru telah berhasil meningkatkan taraf hidup umat manusia.

Kedua peradaban besar ini, peradaban China dan peradaban Barat yang sekarang dipimpin oleh AS telah berkontribusi pada kemajuan umat manusia. Oleh karena itu, saya yakin bahwa para pemimpin China maupun Amerika Serikat dan Barat akan mampu menyelesaikan konflik ini lewat kompromi, kerja sama dan pendekatan kemanusiaan sehingga perselisihan di antara mereka dapat diselesaikan dengan damai.

Saya yakin bahwa melalui kepemimpinan dan kebijaksanaan, para pemimpin dari dua kekuatan besar ini akan mampu menyelesaikan masalah di antara mereka dengan sikap kenegarawanan. Saya mungkin boleh dikatakan seorang optimis sejati. Tapi saya tidak memungkiri bahwa saya seorang optimis karena akibat sebaliknya adalah sesuatu yang saya tidak berani bayangkan. Saya pikir ini bukan hanya harapan saya sendiri, tapi harapan banyak orang di seluruh dunia.

Prabowo usulkan poin-poin akhiri konflik Rusia-Ukraina

Sekarang saya juga ingin membahas konflik di Eropa, yaitu konflik Ukraina dan Rusia. Saya ini membahas ini karena saya melihat di forum ini banyak sahabat-sahabat kita dari Eropa yang juga hadir. Ya, Shangri-La Dialogue selama ini cenderung berfokus pada isu-isu di Indo Pasifik, namun kehadiran sahabat-sahabat kita dari Eropa  di sini menunjukkan fakta bahwa keamanan di Indo Pasifik juga dipengaruhi oleh keamanan dan situasi di Eropa dan sebaliknya.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, dunia kita telah menjadi semakin kecil. Apa yang terjadi di Ukraina mempengaruhi kehidupan semua orang di dunia. Harga energi dan makanan telah meningkat. Ini telah mengakibatkan banyak orang menderita di seluruh dunia. Oleh karena itu, saya ingin mengajukan usulan bahwa bukan hal yang keluar dari konteks ketika kita mencoba untuk berkontribusi terhadap penyelesaian konflik Ukraina-Rusia.

Karena itu saya ingin mengambil kesempatan ini untuk mendesak dan memberikan rekomendasi yang urgen bagi saudara-saudara kita di Ukraina dan di  Rusia untuk menghentikan permusuhan sesegera mungkin. Saya mengusulkan agar Shangri-La Dialogue merumuskan sebuah deklarasi untuk mendesak Ukraina dan Rusia untuk segera memulai negosiasi damai. Deklarasi ini harus bersifat sukarela dari semua peserta di sini yang mewakili negara mereka masing-masing, dan saya mengusulkan garis besar rencanaperdamaian tersebut sebagai berikut:

Pertama, kedua belah pihak yang berkonflik segera menyepakati gencatan senjata dan menghentikan permusuhan.

Dua, kedua belah pihak segera menarik mundur pasukan dari posisi masing-masing saat ini sejauh 15 kilometer dari garis depan ke zona demiliterisasi yang baru.

Tiga, Pasukan pemantau dan pengamat PBB segera dibentuk dan diterjunkan di sepanjang zona demiliterisasi tersebut.

Empat, PBB segera mengorganisir dan melaksanakan referendum di wilayah yang menjadi sengketa untuk memastikan secara objektif aspirasi mayoritas dari penduduk di wilayah-wilayah tersebut.

Dan saya saat ini juga ingin menyatakan kesiapan Indonesia untuk berkontribusi dalam mengirimkan pasukan pemantau perdamaian di bawah naungan PBB. Langkah-langkah ini, menurut saya, telah terbukti efektif dalam sejarah. Mari kita jangan saling menyalahkan masing-masing pihak-pihak. Selalu ada dua sisi dari sebuah konflik. Kedua belah pihak yakin bahwa mereka benar tapi demi keamanan dunia dan keselamatan penduduk sipil yang tidak berdosa kita harus sesegera mungkinmenghentikan permusuhan.

Saya ingin merujuk pada konflik di Korea, konflik yang besar dan masif, yang diselesaikan lewat penghentian permusuhan dan zona demiliterisasi. Ya, konflik di Korea memang belum berhasil diselesaikan secara permanen. Namun selama setidaknya lima dekade kita telah memiliki semacam perdamaian yang jauh lebih baik daripada kehancuran masif dan pembantaian penduduk sipil tidak berdosa.

Para peserta yang terhormat, Saya tidak tahu apakah proposal saya dapat diterima, tapi setidaknya mari kita coba untuk mengajukan beberapa rekomendasi konkrit sehingga pertemuan seperti Shangri-La Dialogue akan memiliki substansi dan makna yang lebih dalam dan terbukti dapat menjadi platform yang dapat berkontribusi dalam meredam dan men-deeskalasi konflik bersenjata.

Sekali lagi, karena planet kita menjadi lebih kecil, kita juga memiliki kewajiban lebih besar untuk mewujudkan perdamaian.

Tanggapan peserta terhadap usulan Prabowo

Sedikitnya ada lima orang menanggapi proposal Prabowo terkait solusi damai untuk Rusia-Ukraina. Ada juga yang bertanya apa saran Indonesia untuk junta militer di Myanmar. Pertanyaan terkait konflik Rusia-Ukraina dari peserta Eropa, menganggap dalam proposalnya, Prabowo seolah menyetarakan antara penjajah (dalam hal ini Rusia) dengan yang dijajah (dalam hal ini Ukraina).

Begini jawaban Prabowo:

Pertanyaan yang seolah mengatakan bahwa saya menyetarakan penjajah dengan yang dijajah, menurut saya adalah reaksi emosional. Yang saya sampaikan adalah usulan resolusi konflik. Saya tidak membahas  pihak mana yang benar atau salah.  Saya pikir (pernyataan saya) diartikan salah. Karena posisi Indonesia sangat jelas. Di PBB, kami memberikan suara  menentang invasi Rusia. Kami berikan suara untuk itu.  Bisa dicek rekam jejak suara kami.  Kita tidak bicara soal siapa yang benar atau salah.  Saya hanya mengusulkan resolusi konflik, dan ini telah dilakukan, jika merujuk ke sejarah. 

Tolong teman-teman Eropa, jangan hanya berpikir dalam 5-10 tahun, tolong berpikir dalam kerangka 50 tahun. Kami di Asia punya pengalaman konflik dan perang.  Mungkin lebih parah, lebih berdarah-darah  dibandingkan yang dialami di Ukraina.  Tanya teman kita dari Vietnam,  saudara kita dari Vietnam. Tanya saudara kita dari Kamboja. Tanya mereka berapa kali mereka dijajah. Tanya Indonesia, berapa kali kami dijajah. Kami paham perang.  Kami ingin menyelesaikan, ingin membantu.  Tapi, semuanya terserah kepada kedua pihak.

Apa fungsi PBB? Jika bukan untuk resolusi konflik? Mengapa proposal zona demiliterisasi dianggap tidak proporsional? Dianggap tidak rasional? Kita punya zona demiliterisasi di Korea. Kita punya zona demiliterisasi diantara utara dan selatan Vietnam. Kita punya zona demiliterisasi di Sinai. Kita sekarang punya pasukan pemantau PBB di banyak negara. Ada konflik tidak hanya di Eropa. Ada pelanggaran kedaulatan sebuah negara tidak hanya di Eropa. Tanya saudara kita di Timur Tengah.  Tanya warga Afrika. Tanya rakyat Republik Demoratik Kongo. Berapa banyak negara menjajah mereka? Ada pasukan PBB di Kongo. Jadi, yang saya usulkan, adalah bagaimana  kita mencoba menyelesaikan konflik ini, dengan menghormati PBB. Saya tidak menyamakan penjajah dengan yang dijajah. Tolong pahami, kami di bagian dunia ini berkali-kali menjadi korban dari penjajahan.

Tanggapan Menteri Pertahanan Ukraina atas usulan Prabowo

Dalam pidatonya Prabowo menyampaikan empat poin usulan resolusi konflik Rusia-Ukraina. Begitu pun, dokumen yang diterima IDN Times, menunjukkan ada satu poin yang tidak dibacakan Prabowo dari naskah pidatonya, yaitu, poin empat, “Pasukan pemantau dan pengamat PBB harus mencakup kontingen dari negara yang disetujui baik Ukraina dan Rusia”.

Tak lama setelah pernyataan Prabowo beredar, tanggapan dari Menteri Pertahanan Ukraina Reznikov disampaikan lewat akun Twitter Mathieu Duchatel. Menhan Reznikov hadir di Shangri-La Dialogue. Menurut Duchatel, pengamat isu keamanan dan pertahanan, Rzenikov menyampaikan, “ Saya mencoba bersikap sopan.  Kami tidak mendiskusikan hal (proposal) ini. (Proposal) itu seperti rencana Rusia. Hasil yang terjadi di Minsk adalah invasi skala penuh.”

Dari empat atau lima poin usulan Prabowo itu, bagi pemerintah Indonesia menurut saya yang riskan adalah soal Referendum. Bagaimana jika ada pihak luar yang mengusulkan hal yang sama untuk Papua?

Apakah proposal yang disampaikan Prabowo di Shangri-La Dialogue adalah sikap resmi pemerintah Indonesia? Saya yakin pertanyaan ini yang tengah dihadapi Pejambon, atau Kementerian Luar Negeri RI. Sampai tulisan ini diterbitkan, mereka belum memberikan tanggapan.

Saat bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Januari 2023, dia mengatakan, “kedua pihak tidak akan mau menerima proposal gencatan senjata meskipun jika itu ditawarkan PBB.”

Soal kesiapan RI mengirimkan pasukan perdamaian ke wilayah sengketa di manapun, selalu dilakukan di bawah koordinasi PBB.

Prabowo lebih optimistis ketimbang PBB.

Baca Juga: Bicara di IISS, Prabowo Singgung Sikap AS-China untuk Perdamaian Dunia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya