Reshuffle Kabinet Gambarkan 5 Agenda Penting Jokowi

Muncul konstelasi Pilpres 2024

Jakarta, IDN Times – Sepekan setelah kocok-ulang (reshuffle) kabinet, kita melihat pernyataan dan aksi para menteri yang dilantik 23 Desember 2020. Presiden Joko “Jokowi” Widodo akhirnya melakukan apa yang lama ditunggu publik, terutama sejak pandemik COVID-19 merebak di Tanah Air.

Enam menteri yang baru adalah: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

Sesaat sebelum mengumumkan enam menteri baru, akun Instagram @jokowi memuat foto rel kereta api mengarah ke matahari yang bersinar, dengan tulisan, “yang baru....harus lebih baik!”

Saya mengamini harapan presiden. Tahun 2020 berakhir meninggalkan sejarah kelam pandemik virus corona yang telah menewaskan hampir 21 ribu warga, dan menyengat lebih dari 700 ribu orang. Ini data resmi yang diumumkan pemerintah. Data sebenarnya lebih besar dari itu, karena Juru Bicara Satuan Tugas COVID-19 Wiku Adisasmito beberapa kali mengakui masih adanya kesenjangan data yang diumumkan setiap hari dengan fakta di lapangan.

Supaya fair, saya biasanya memberikan the benefit of the doubt kepada pejabat baru, setidaknya sampai enam bulan ke depan, untuk belajar. Aklimatisasi, menyesuaikan diri dengan tugas pokok dan fungsinya.

Sebenarnya, situasi krisis kesehatan dan krisis ekonomi yang sedang kita alami setahun ini, dan bakal berlanjut ke 2021, membutuhkan sosok-sosok pengelola negara yang tidak hanya kredibel, bisa dipercaya, memiliki kemampuan koordinasi dan komunikasi yang baik, mampu membangun solidaritas bangsa yang masih terpecah polarisasi pasca-pemilu. Dan tentu saja, memiliki kemampuan kerja yang mumpuni dan kepemimpinan yang lebih dari sekadar baik.

Kepemimpinan yang menginspirasi. Bukan hanya di tingkat presiden dan wakil presiden, melainkan di jajaran kabinetnya. Tidak ada waktu untuk belajar. Pengangkatan enam menteri baru dalam kabinet “Indonesia Maju”, menurut saya menunjukkan agenda Jokowi dalam empat tahun periode kedua masa jabatannya. Mereka pilihan Jokowi.

Pertama, Jokowi dituntut menangani pandemik COVID-19 dengan lebih baik. Berkali-kali membandingkan kondisi Indonesia dengan Amerika Serikat, negeri kaya yang juga buruk dalam menangani pandemik, bukanlah alasan yang pas. AS dipimpin Presiden Donald J Trump, yang menurut banyak orang, termasuk warga AS sendiri, adalah presiden terburuk dalam sejarah mereka.

Kalau mau membaca lebih banyak lagi mengapa AS tergolong buruk dalam menangani pandemik, kita akan tahu bahwa budaya individualitas yang terbentuk sejak ratusan tahun di negara itu, misalnya, jadi faktor penting lain dalam penanganan krisis COVID-19.

Kembali ke Tanah Air, posisi menteri kesehatan selama ini dianggap salah satu penyebab buruknya penanganan pandemik di Indonesia, dibuktikan dari kurva pandemik yang tak kunjung melandai. Jadi, mengganti menteri kesehatan sejak awal diharapkan dapat memperbaiki manajemen krisis, termasuk soal vaksinasi.

Figur Budi Gunadi Sadikin, yang sebelumnya dalam kapasitas sebagai wakil menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengurusi negosiasi mendapatkan vaksin dan pengelolaan rumah sakit dan BUMN farmasi, diharapkan mampu mempercepat eksekusi program mengatasi krisis kesehatan.

Latar-belakang mengelola organisasi besar seperti Bank Mandiri, memimpin BUMN, diharapkan membuat Budi punya perspektif seimbang dalam menangani krisis kesehatan dan krisis ekonomi. Gaya komunikasi dan mau mendengar masukan, serta kritik penting dalam penanganan pandemik. Ini yang selama ini tidak nampak. Sejak menjadi staf khusus Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno, Budi dipercayai mengurusi divestasi 51 persen saham Freeport Indonesia. Dia dianggap sebagai sosok yang get things done.

Baca Juga: [BREAKING] Sah! Jokowi Lantik 6 Menteri Baru Hasil Reshuffle

Reshuffle Kabinet Gambarkan 5 Agenda Penting Jokowi(IDN Times/Sukma Shakti)

Menempatkan Risma sebagai menteri sosial juga upaya memperbaiki citra dan kerja kementerian penting yang baru dihajar skandal korupsi yang melibatkan mantan menteri Juliari Batubara. Risma dianggap sukses memimpin Kota Surabaya selama dua periode. Sebagian menyebutnya sebagai pemimpin perempuan yang memimpin dengan hati. Apakah itu cukup untuk mengelola portofolio kerja di tingkat nasional? Kita lihat saja.

Kedua, kendati menuai kritik kencang soal skala prioritas, nampak bahwa implementasi Undang-Undang Cipta Kerja menjadi agenda penting Jokowi. Termasuk memastikan jalannya Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Nusantara Investment Authority (NIA). Memasukkan Muhammad Lutfi dalam kabinet, menurut saya, bagian dari agenda lobi dapatkan investasi.

Lutfi yang belum lama bertugas sebagai duta besar Republik Indonesia di AS itu, mendampingi Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat bertemu pemerintah AS pada November 2020. Mereka membahas investasi untuk NIA. Saat Menko Luhut dan Menteri BUMN Erick Thohir berkunjung ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, Desember 2020, Lutfi juga diajak serta.

Tentu saja saya tidak menutup mata atas pengalaman Lutfi sebagai pengusaha, Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) dan menteri perdagangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan duta besar RI di Jepang, sebagai faktor penguat masuknya Lutfi dalam kabinet Jokowi. Lutfi dan Erick Thohir adalah pendiri Mahaka Group. Dia terlibat dalam tim sukses kampanye Jokowi-Ma’ruf Amin pada pemilihan presiden 2019. Sukses NIA menjadi salah satu kunci realisasi pembangunan Ibu Kota Negara, megaproyek Jokowi.

Ketiga, Jokowi menghadapi menguatnya intoleransi dan sikap kelompok yang jumlahnya tidak banyak, tetapi vokal suaranya dalam mengkritisi pemerintah. Bahkan, setelah Jokowi mengajak Prabowo Subianto, pesaingnya pada Pilpres 2019, masuk kabinet menjadi menteri pertahanan. Mengangkat menteri agama dari kelompok Nahdlatul Ulama (NU), yang pernah memimpin Gerakan Pemuda Ansor, sayap pemuda NU, menurut saya adalah untuk agenda ini.

Jangan lupa, Ansor memiliki Barisan Serba Guna (Banser) yang diklaim memiliki anggota sebanyak 3 jutaan di seluruh Indonesia. Mengangkat mantan bos Ansor, seolah ingin menyiratkan pesan kepada pihak-pihak yang suka mengerahkan massa dalam aksi menentang pemerintah. Tentu saja, posisi menteri agama layak masuk barisan reshuffle.

Keempat, Jokowi perlu membangun trust, kepercayaan atas kredibilitas kabinetnya setelah diguncang dua skandal korupsi yang menjerat Menteri Kelautan dan Perikanan serta Menteri Sosial sebelumnya. Sosok Budi G Sadikin dan Risma masuk dalam alasan ini.

Pengangkatan Sakti Wahyu Trenggono menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan menarik. Sakti adalah pengusaha, dikenal sebagai Raja Menara Telekomunikasi, sempat menjadi bendahara Partai Amanat Nasional sampai 2013. Kemudian, dia merapat ke timses Jokowi dan jadi bagian penting di sana sejak Pilpres 2014. Sebelum dipromosikan jadi Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti adalah Wakil Menteri Pertahanan. Apakah sosok Sakti bisa berkontribusi membangun kembali kredibilitas KKP? Waktu akan menjawabnya.

Kelima, menurut saya kabinet Jokowi per hari ini menggambarkan agenda Pilpres 2024 dan pasca 2024. Jokowi perlu menyiapkan agar penerusnya, adalah sosok yang bakal melanjutkan programnya, terutama pemindahan ibu kota negara. Juga tidak mengutak-atik dirinya, setelah tidak berkuasa secara politik.

Membangun koalisi besar pasca-Pilpres 2019, termasuk mengajak Gerindra, menurut saya adalah bagian dari agenda ini. Politisi yang dekat dengan Jokowi pernah menyebutkan bahwa besar peluang bagi Prabowo kembali jadi kandidat pada Pilpres 2024, dengan dukungan Jokowi. Cawapresnya bisa dari PDI Perjuangan, Golkar atau Gerindra. Pasangan Prabowo-Puan santer disebut-sebut.

Bagaimana jika ada halangan bagi Prabowo? Termasuk soal usia dan kesehatan? Menurut saya masuknya Sandiaga Uno sebagai menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, adalah bagian dari konstelasi 2024.
Prabowo dan Sandiaga adalah kartu yang bisa dimainkan Jokowi untuk 2024.

Prabowo selama ini dikenal sebagai sosok yang berkomitmen dan bisa dipercayai Jokowi. Sandi Uno sosok muda, sudah keliling ke 1.500-an titik selama kampanye Pilpres 2019. Di mata Jokowi, Sandi sosok yang santun dan tak pernah mengkritisinya secara frontal selama kompetisi Pilpres 2019. Masuknya Sandi ke kabinet menggenapi tiga sekawan teman kuliah di AS yang gemar main basket: Erick, Lutfi dan Sandi.

Di sekeliling nama-nama tadi tentu ada bos-bos parpol lain seperti Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, dan Surya Paloh. Juga ada sosok Erick Thohir, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo sampai Ridwan Kamil. Juga Budi Sadikin, kalau dia sukses menjalankan tugas Menkes dan mengatasi krisis kesehatan.

Bagaimana dengan sosok Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati? Saya tentu mendukung perempuan berprestasi dan kaya pengalaman seperti dia untuk menjadi capres atau cawapres. Pertanyaannya, parpol mana yang mau mencalonkan?

Tahun 2021-2022 pemerintahan Jokowi bakal fokus menangani pandemik virus corona. Tahun 2023, seperti biasa, pihak-pihak yang berkepentingan pada Pilpres 2024 bakal mulai unjuk gigi, buka kartu, dan mulai strategi pemasaran politiknya. Termasuk, Jokowi yang bakal jadi King Maker. Jalannya dimulai dari reshuffle di ujung 2020 itu.

Catatan pentingnya, Jokowi harus sukses tangani pandemik ini. Jika tidak, maka kandidat dari kubu non Jokowi punya peluang mengubur mimpi Jokowi pasca 2024.

Baca Juga: [LINIMASA-5] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

https://www.youtube.com/embed/sjsGBVcSM1E

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya