Akan Jadi Apa Dunia Ini 10 Tahun Pascapandemik COVID-19?

#SatuTahunPandemik COVID-19: Lahirnya Gen C!

“Kini semua bukan milikku
Musim itu telah berlalu
Matahari segera berganti
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu” (Chrisye dan Eros Djarot, 1977)

Penggalan lagu “Badai Pasti berlalu” terngiang-ngiang dalam benakku. Lagu ini seakan jadi angan-angan dan harapan bahwa pandemik ini pasti berlalu. Di sini, di atas ranjangku, aku mengetik tulisan ini sembari memegang tangan bayiku yang masih terlelap. Aku membayangkannya bisa dengan bebas berlarian di taman. Sesekali, ia akan bertemu sebayanya dan mengajak main perosotan, tanpa curiga dan bayang-bayang virus corona.

Gimana, ya, dengan kerjaanku? Gimana dengan nasib rekan-rekanku? Aku beruntung, IDN Times di bawah naungan IDN Media bisa bertahan sejauh ini berkat lini bisnisnya yang beragam, tak hanya media. Alih-alih potong gaji, tahun ini para timmy—sebutan karyawan IDN Media—masih bisa mencecap kenaikan gaji. Namun, media lain tak seberuntung kami. Meski selama ini bersaing, kami pun pernah merasakan perjuangan bersama, mulai dari liputan, berbagi narasumber, atau sekadar ngopi di sela kerja. Rasanya sesak kalau tahu kenyataan bahwa banyak dari mereka yang harus diberhentikan sementara. Tak sedikit pula dari mereka yang harus menerima potongan gaji hingga separuhnya.

Hari ini, 2 Maret 2021, jadi peringatan setahun kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Kuingat hari itu, artikel “[BREAKING] Jokowi Umumkan 2 Orang Terkena Virus Corona di Indonesia” tulisan Tea, rekan timmy, seakan jadi penanda awal dihitungnya jumlah korban berjatuhan di negeri ini. Awal tahun ini, kasusnya pun sudah tembus 1 juta, tepatnya 26 Januari 2021.

10 tahun lagi, dunia akan semakin hijau dan asri
Masih dengan lagu “Badai Pasti Berlalu” yang kuputar di Spotify, aku kembali berangan. Apa yang akan terjadi dengan dunia ini setahun, 5 tahun, bahkan 10 tahun ke depan? NASA melansir kabar bahwa sejak pandemik COVID-19, atmosfer Bumi telah mengalami penurunan signifikan pada beberapa polutan udara. Adapun, konsentrasi nitrogen dioksida global mengalami penurunan hampir 20 persen sejak diberlakukannya kuncitara (lockdown).

Kalau kuncitara ini terus dilakukan serentak di seluruh dunia, mungkin 10 tahun yang akan datang, alam dunia akan semakin asri. Lapisan ozon akan pulih, pemanasan global akan mereda, dan vegetasi akan kembali seperti sedia kala. Namun, konsekuensinya tentu saja manusia akan menderita. Akan ada banyak orang kehilangan kerja dan kriminalitas akan meningkat.

10 tahun lagi, gaya hidup manusia akan semakin bersih dan sehat
Pada kenyataannya, kuncitara ini pelan-pelan dilonggarkan. Masyarakat serentak menerapkan protokol kesehatan sembari menunggu distribusi vaksin. Yang pasti, butuh bertahun-tahun agar masyarakat dunia bisa mendapatkan vaksin dan menciptakan herd immunity. Bahkan, dilansir pangkalan data Bloomberg, berdasarkan kecepatan vaksinasi, Indonesia perlu menunggu 10 tahun lebih untuk terbebas dari COVID-19. Karena itu, jelas penerapan protokol kesehatan akan terus digalakkan.

Dengan waktu selama itu, kebiasaan gaya hidup bersih dan sehat akan semakin baik. Sepuluh tahun yang akan datang, kita akan terbiasa melihat orang cuci tangan; membersihkan barang-barang sebelum dan sesudah digunakan; serta menutup mulut saat akan bersin dan batuk. Lebih dari itu, kebiasaan gaya hidup bersih dan sehat pun akan meluas dengan kompaknya masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, tidak buang air sembarangan, atau tidak membuang limbah ke sungai atau laut.

Selama 10 tahun ke depan, Gen C akan lahir
Suatu generasi tercipta tidak hanya berdasarkan tempat dan waktu yang sama, melainkan juga berdasarkan peristiwa. Baby boomer, misalnya, generasi tersebut lahir karena ledakan kelahiran setelah Perang Dunia II, dilansir Cambridge Dictionary. Kelahiran yang tinggi itu berasal dari tingkat kesejahteraan yang meningkat dan perekonomian yang lebih baik.

Sementara itu, anak-anak yang lahir sejak pandemik hingga 10 tahun yang akan datang layak untuk disebut Generation C atau Gen C. Huruf C pada Gen C merujuk pada connection atau ‘koneksi’. Sebab, generasi ini benar-benar mengandalkan online connection sepenuhnya untuk berinteraksi dan beraktivitas akibat penerapan kuncitara, pembatasan fisik (physical distancing), dan kampanye “di rumah saja” selama bertahun-tahun. Selain itu, C sendiri juga menjadi pengingat bahwa kelahiran mereka merupakan pengingat bahwa masyarakat dunia pernah berjuang melawan COVID-19.

Gen C mungkin akan lebih pintar mengakses dan menyerap informasi daripada generasi pendahulunya—jika diimbangi dengan infrastruktur digital yang baik pula. Generasi ini pun akan memiliki hubungan yang sangat erat dan intim dengan keluarga inti. Meski begitu, Gen C mungkin tidak akan merasakan indahnya sorak-sorai massal karena runtuhnya kebiasaan dan kegiatan paguyuban seiring dengan berjalannya waktu. Gen X, Y, Z, dan A akan sesekali mengenalkan kembali kebiasaan lama tersebut kepada Gen C sembari bernostalgia dan mengobati kerinduan.

Setiap era pasti memiliki perjuangan dan kesulitannya sendiri. Jika pahlawan berjuang untuk merdeka dengan perang, kita sekarang berjuang melawan COVID-19. Penderitaan dan kesedihan wajar saja kita keluhkan. Namun, berlarut-larut dalam kesedihan pun tidak bijak. Untuk itu, teruslah berjuang dan jadikan hikmah dari semua ini sebagai pelipur lara agar selalu ingat untuk bersyukur kepada Tuhan.

#SatuTahunPandemik adalah refleksi dari personel IDN Times soal satu tahun virus corona menghantam kehidupan di Indonesia. Baca semua opini mereka di sini.

Baca Juga: Pandemik, Kecemasan, dan Pelajaran Hidup Paling Berharga

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya