Efisiensi PLTS Sebagai Power Plant Masa Depan, Berani Transisi!

Solusi untuk Indonesia terang di masa mendatang 

Listrik merupakan salah satu energi yang terus dibutuhkan manusia untuk menunjang keberlangsungan hidup di berbagai lini. Tuntutan kebutuhan listrik yang terus bertambah menjadi salah satu tantangan bagi kita untuk menemukan sebuah solusi paling ramah dalam menghasilkan sumber daya listrik.

Menurut data yang dilansir dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia berada pada tingkat Rp1.140 kWh per kapita atau naik 1,5 persen dibandingkan 2021. Angka ini akan terus bertambah, mengingat kebutuhan energi listrik akan berdampak pada kebutuhan bahan bakar dan fosil yang kapasitasnya semakin menurun.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi solusi yang paling tepat untuk Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Penyelengaraannya, KTT pada Presidensi G20 Indonesia memiliki fokus tema “Recover Together, Recover Stronger” yang akan digelar di Bali pada November 2022 mendatang.

PLTS dinilai sebagai solusi paling ramah untuk memenuhi kebutuhan listrik di berbagai sektor. Solusi ini muncul dari keresahan masyarakat yang mengeluhkan biaya pembelian listrik yang semakin harinya semakin bertambah. Di samping itu, kualitas ekonomi dan kemampuan finansial menjadi salah satu penghalang untuk menikmati listrik dalam konotasi produktif pada kapasitas yang lebih besar lagi.

PLTS merupakan salah satu konsep Power Plant yang mampu memangkas biaya operasional maintenance yang bersifat preventive dan corrective. Karena secara teknis, seluruh komponen yang digunakan memiliki masa pakai yang cukup panjang dan minim perawatan sehingga pengelola tidak direpotkan dengan anggaran berkelanjutan seperti pada PLTD dan PLTU.

Konsep kerjanya, PLTS terdiri dari solar cell atau yang sering disebut sebagai panel surya kemudian tenaga listrik bergelombang DC dialirkan pada baterai yang prosesnya dikendalikan oleh modul atau controller sebagai pengendali. Karena kebutuhan listrik secara umum adalah bergelombang AC, maka dibutuhkan inverter sebagai konversi tenaga listrik dari baterai agar bisa digunakan pada beban listrik yang membutuhkan gelombang AC.

Karena proses pembangkitan energi listrik yang dilakukan sangat sederhana, kebutuhan man power atau tenaga ahli pada pembangkit jenis ini tidak dibutuhkan begitu banyak. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga ahli dapat dipangkas dan tergolong cukup hemat jika dibandingkan dengan PLTD dan PLTU.

Pada ranah ini, sistem pembangkitan yang berjalan memiliki struktur organisasi yang sangat kompleks karena tidak membutuhkan beberapa divisi yang saling berkaitan. Selain itu, mekanisme kerja yang dilakukan dalam area pembangkit dapat berjalan dengan sangat struktural.

Investasi energi jangka panjang merupakan salah satu tagline yang perlu ditanamkan oleh masyarakat. Mengapa investasi jangka panjang? karena hal ini memiliki keterkaitan dengan modal yang cukup besar untuk membangun sebuah PLTS. Pada skala yang kecil saja, kebutuhan listrik rumah tangga dapat ditopang oleh PLTS dengan anggaran sebesar Rp15juta.

Harga yang cukup mahal, namun dalam jangka waktu 28 tahun berdasarkan durabilitas peralatan di setiap komponennya pengguna dapat menikmati listrik gratis. Sehingga dengan menganggarkan budget besar di awal, kita dapat memangkas pengeluaran di akhir dalam jangka waktu panjang.

Merupakan sebuah tantangan bagi negara, karena untuk melancarkan upaya ini dibutuhkan modal besar untuk membangun sebuah Power Plant berbasis PLTS. Namun perlu digaris bawahi, bahwa modal yang besar tersebut akan berdampak pada efisiensi sektor keuangan dan ekonomi terkait pemanfaatan energi.

Proses transisi ini harus melibatkan seluruh elemen yang ada pada negara. 1000 Aspirasi Indonesia Muda harus berperan aktif dalam mengkampanyekan transisi energi dari pembangkit konvensional menjadi pembangkit berbasis solar cell. Seluruh lapisan tersebut meliputi aktivis mahasiswa yang aktif dalam fokus energi, negara selaku fasilitator, serta jajaran masyarakat yang dinilai cukup kompeten dalam bidang ini.

Semoga event Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) bertema transisi energi dapat menjadi jendela untuk menilik bagi masyarakat luas bahwa krisis energi listrik merupakan sebuah masalah besar yang solusinya harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Di sisi lain, kita memiliki tantangan untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik yang terus bertambah dengan mengupayakan konsep Power Plant yang sangat ramah dari segala aspek.

Pada intinya, PLTS adalah solusi murah dan ramah lingkungan untuk menciptakan Indonesia terang di masa mendatang. Sesuai dengan temanya, PLTS adalah salah satu langkah agar Indonesia menuju Recover Together, Recover Stronger.

Baca Juga: Desa Energi Berdikari Pertamina Dorong Petani Olah Energi Terbarukan

Agung Prasetya Photo Verified Writer Agung Prasetya

Salah satu cara berbagi ilmu dengan menuliskannya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dimas Bowo

Berita Terkini Lainnya