Menakar Kepekaan Sosial Birokrasi Kampus dari Karakter Itachi Uchiha

Belajarlah peka dari karakter Itachi Uchiha dari Desa Konoha

Itachi Uchiha merupakan karakter fiksi dalam serial anime Naruto Shippuden. Anak dari Fugaku Uchiha dan Kakak kandung Sasuke Uchiha ini pernah menjabat sebagai ketua Anbu Desa Konoha dari Klan Uchiha.

Sebuah kebanggaan dirinya memiliki kemampuan luar biasa dalam dunia perninjaan—bukan dirinya yang mengklaim atau keluarganya, seluruh penduduk Desa Konoha mengakui kemampuannya. Ia pun dikenal sebagai seorang jenius, Albert Einsten bahkan tidak dihitung.

Dalam usia yang masih sangat muda, kecerdasan dan bakat Itachi telah ia tunjukkan dalam berbagai hal, bahkan guru-gurunya sendiri mengakui hal itu. Pengembangan bakatnya tak menguras banyak energi para gurunya. Orochimaru si siluman ular saingan Badarawuhi Desa Penari turut mengakui kekagumannya pada Itachi.

Namun, kejeniusan Itachi membuat dirinya mampu mengingat kenangan melebihi seorang pujangga yang mengingat kenangan manis bersama mantan. Kenangan itu ialah peristiwa pahit, tatkala dirinya berumur 4 tahun, Itachi telah menyaksikan bagaimana perang Shinobi Ketiga tergambar jelas kejamnya tragedi perang. Penderitaan warga Desa Konoha dan jumlah korban nyawa atas perang tersebut ialah harga yang mesti dibayar.

Dari tragedi tersebut Itachi mengalami trauma yang sangat dalam. Mentalnya terserang hebat. Inilah cikal bakal Itachi lebih mementingkan kedamaian desa dibanding apapun. Termasuk kepentingan politik para oligarki.

Namun seketika kalimat “Lebih mementingkan kedamaian” runtuh di saat Itachi melakukan pembantaian terhadap seluruh Klan Uchiha. Dari tagedi tersebut membuatnya berstatus sebagai buron dan penghianat. Buah penghianatannya adalah bergabung dalam anggota Akatsuki.

Sebagai anggota Akatsuki, Itachi mampu mengontrol emosi dan perasaan dirinya dengan baik, dan hampir tidak pernah menunjukkan ekspresi wajahnya ketika bertarung, wajahnya selalu terlihat tenang.

Walau begitu, sesekali Itachi juga pernah menunjukkan ekspresi terkejut di wajahnya tatkala berhadapan dengan lawan yang memiliki kekuatan dan kemampuan yang lebih hebat. Namun menjadi nilai plus saat ia bertarung, Itachi tidak pernah menunjukkan kesombongan atau rasa arogan, setiap pernyataan yang ia buat tentang kekuatannya memiliki alasan, bahkan tak jarang ia memuji kemampuan lawannya.

Itachi bergabung dalam anggota Akatsuki bukan tanpa sebab. Selain dalam rangka menguasai kekuatan Biju, juga untuk mengawasi kegiatan di Desa Konoha, terutama adiknya, Sasuke. Dalam statusnya sebagai seorang anggota Akatsuki, ia dikenal sangat loyal terhadap organisasinya sendiri. Atas keloyalannya itulah yang membawa Akatsuki menuju keberhasilan.

Jelang akhir hayatnya pasca perkelahian dengan Sasuke. Ia masih peduli pada keadaan adiknya dibuktikan dengan mendonasikan mata mangekyou sharingannya kepada Sasuke.

Juga menaruh kepercayaannya kepada karib adiknya, Naruto. Karena ia menganggap Naruto ialah orang yang paling bisa dipercaya untuk melindungi Sasuke. Itachi sangat gembira kala mendengar komitmen Naruto yang akan terus melindungi Sasuke. Itachi percaya Naruto akan membawa Sasuke kembali ke jalan perninjaan yang sesuai dengan kaidah-kaidah berlaku.

Banyak sekali hal positif yang bisa dipelajari dari karakter Itachi di atas, di antaranya loyalitas, rendah diri dan kepekaan terhadap kondisi sosial. Namun yang paling mencolok dari karakter ini ialah kepekaan dan kepeduliannya terhadap desanya, Konoha.

Karena manusia peduli akan bergerak melakukan sesuatu dan tidak mau tinggal diam melihat keadaan buruk yang akan menimpa sekitarnya. Manusia yang peduli akan senantiasa memberi perubahan demi peradaban yang lebih baik.

Menyinggung kepedulian, tatkala birokrasi perguruan tinggi atau kampus kekeuh menutup telinga dan mendengar gema protes aspirasi mahasiswa yang menuntut penurunan uang kuliah tunggal (UKT) akibat epidemi COVID-19 yang menyerang sektor ekonomi. Bukan tanpa sebab tuntutan protes itu disuarakan, salah satu yang menjadi faktor ialah besarnya biaya UKT yang tidak sebanding dengan fasilitas yang dinikmati oleh mahasiswa ketika dirumahkan selama masa pandemi.

Padahal cukup dengan bermodalkan political will para pemangku kebijakan kampus dalam tubuh internalnya akan mampu dalam membuat kebijakan yang pro terhadap kondisi kebangsaan. Jeritan keluh kesah masyarakat kurang mampu seharusnya dijadikan acuan bagi para birokrasi kampus untuk membuat kebijakan yang lebih progresif. Yang lebih mengedepankan kondisi sosial.

Atau mungkin birokrasi kampus tidak sempat memikirkan apa yang telah dipikirkan oleh Itachi. Yang bahkan rela mengorbankan nama baiknya demi kelangsungan hidup penduduk Desa Konoha, dan masa depan adiknya, Sasuke. Rentetan gelar yang melekat pada nama para birokrasi kampus bukan jaminan akan peka terhadap kondisi sosial yang ada. Ironis.

Baca Juga: [OPINI] Lunturnya Empati di Tengah Pandemi karena Mental Illness

Aslang Jaya Photo Writer Aslang Jaya

Tiap kata akan menemui pembacanya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya