[OPINI] Sadarkah, Saat ini Pornografi Sudah Menjadi Teman Kita?

Apa kamu kerap memperhatikan adikmu memakai gadget?

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Indonesia adalah negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia dengan jumlah penguna lebih dari 100 juta orang.

Dengan kemudahan dan juga kecepatan dalam melakukan berbagai hal yang ditawarkan smartphone, maka tidak heran jika smartphone dipilih sebagai “teman hidup” oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya fenomena handphone lebih penting dari pada uang.

Jika dulu kita akan panik jika uang tertinggal, maka saat ini sudah bergeser menjadi handphone yang tertinggal akan lebih membuat panik dibandingkan uang yang tertinggal. Hal tersebut karena uang dapat digantikan fungsinya dengan handphone, tetapi tidak bisa sebaliknya.

Di Indonesia, smartphone paling sering digunakan untuk berselancar mencari informasi atau menjadi hiburan dengan bermain games. Kemampuannya dalam hal itu dimanfaatkan oleh berbagai kalangan, dari anak kecil hingga dewasa. Smartpohone yang kerap kali dijadikan alat untuk membantu menyelesaikan tugas–tugas sekolah, membuat orangtua memberikan smartphone kepada siswa dari SD hingga SMA dengan mudahnya.

Bahkan anak balita sudah sering diberikan smartphone oleh orangtuanya agar mereka bisa tenang saat bermain games di rumah. Sudah seakrab itu smartphone dengan kita. Namun sadarkah kita bahwa smartphone juga berbahaya?

Sudah banyak artikel-artikel yang menjelaskan betapa bahayanya smartphone dari sudut pandang kesehatan. Tetapi fakta tersebut lebih sering diabaikan oleh penggunanya. Smartphone tidak hanya berbahaya bagi kesehatan fisik kita, tetapi juga otak kita. Hal itu karena adanya pornografi pada smartphone yang kita miliki.

Pemberian smartphone yang tidak tepat pada usianya merupakan kesalahan terbesar bagi orangtua. Di smartphone yang kita gunakan sangat sering memunculkan iklan-iklan yang tidak bermoral. Seperti iklan yang memunculkan gambar yang di dalamnya terdapat orang yang tidak menggunakan pakaian. Begitu juga di game-game yang anak-anak mainkan.

Masih banyak orangtua tidak tahu bahwa anaknya kecanduan karena ada game yang karakternya menggunakan pakaian di mana tak seharusnya diperlihatkan. Anak-anak yang masih sangat sulit mengontrol emosi dan juga memiliki keingintahuan yang tinggi, tentunya dapat berdampak buruk jika menggunakan smartphone tanpa pengawasan.

Bagi orang dewasa jika muncul iklan seperti tadi, maka akan sangat mudah untuk menutup iklan tersebut, atau mengabaikannya. Namun hal ini tidak berlaku bagi anak-anak. Mereka tidak paham tentang itu.

Justru awalnya mereka akan merasa jijik, namun kombinasi antara intensitas dengan kolaborasi yang tinggi membuat anak-anak dapat terjerumus ke dalam pornografi. Anak-anak akan mencari tahu lebih dalam tentang apa yang ia lihat, dan akhirnya jika hal ini terus terjadi dapat membuat anak tersebut mempraktikkan apa yang dia lihat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Elly Risman dan timnya kepada anak usia 12-16 tahun, menunjukkan bahwa pornografi yang terpapar kepada mereka menyebabkan implusif, kecenderungan penurunan fungsi kognitif, dan terburuknya adalah menurunnya volume korteks prefrontal sebanyak 3%.

Dopamine berlebih akibat pornografi akan berdampak pada hypofrontal syndrome, yang akhirnya berdampak pada volume otak depan. Otak depan merupakan bagian terbesar otak kita, ia berfungsi memproses kognitif, pendengaran, sensorik, dan informasi visual, serta terlibat dalam pembentukan dan penyimpanan memori dan emosi.

Bayangkan betapa mengerikannya apabila otak depan mereka berkurang akibat pornografi yang secara tidak langsung diberikan oleh orangtuanya. Bagaimana masa depan mereka apabila dari kecil saja memori dan emosinya terganggu. Padahal mereka adalah penerus bangsa ini, merekalah yang menjadi harapan terbesar bagi kita untuk masa depan. 

Atikah Syahidah Photo Writer Atikah Syahidah

Chemical Engineering student at University of Indonesia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya