[OPINI] Arti Kebahagiaan dalam Filosofi Stoa Menurut Marcus Aurelius
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada masa awal memasuki abad 21, bidang komunikasi mengalami kemajuan begitu pesat kemudian diikuti kemajuan di bidang lain. Untuk mempertahankan eksistensinya, manusia melalui peningkatan sumber daya mengharuskan agar mampu beradaptasi dengan perubahan. Kemajuan di bidang komunikasi saat ini hampir sebagian besar manusia mampu mengakses internet hingga suatu hari kebebasan ini berimbas pada hancurnya batasan terutama batasan etika dan moral dalam kehidupan manusia. Hampir setiap hari manusia mampu mengakses kehidupan orang lain melalui berbagai fasilitas yang kita kenal sebagai sosial media. Dampak positif yang di dapat, manusia dapat mengakses berbagai pengetahuan dan informasi, namun dampak negatif yang diakibatkan sangat masif hingga manusia kehilangan suatu hal yang paling krusial dalam hidup namun dianggap sepele yaitu kebahagiaan yang menjadi sebuah kebutuhan mendasar bagi seluruh umat manusia.
Salah satu ajaran filosofi yang berkaitan erat dengan prinsip hidup bahagia adalah aliran filosofi Stoikisme. Ajaran filosofi yang dikenal dengan sebutan Filosofi Teras ini berkembang pada abad ke-3 SM yang didirikan oleh Zeno yang berasal dari Citium, Yunani. Ajaran Stoikisme ini membahas soal etika tentang bagaimana manusia memilih sikap hidup dan menekankan prinsip hidup pasrah atau menerima segala keadaan yang terjadi karena sikap tersebut merupakan cerminan dari kemampuan nalar manusia. Para penganut filosofi ini yaitu orang Stoik mengungkapkan bahwa mereka percaya emosi negatif yang berasal dari diri manusia tersebut dapat menghancurkan kehidupan yang dihasilkan oleh keputusan yang salah. Mereka percaya bahwa para kaum intelektual tidak akan mengalami emosi negatif yang berlebihan cenderung merusak kebahagiaan. Menurut Epitectus, salah satu filsuf Stoikisme mengungkapkan seorang Stoik hendaknya mampu mengendalikan ego dalam diri seperti mampu membatasi pembicaraan mengenai ide besar kepada orang awam dan bertindak selaras dengan pikiran tentang kebaikan.
Stoikisme merupakan salah satu filosofi yang menekankan pada ajaran tentang sisi dalam diri manusia yaitu kebahagiaan dapat diperoleh dengan cara mampu membedakan hal mana yang dapat kita kendalikan dan tidak dapat kita kendalikan. Seorang Stoik hendaknya mampu tidak terpengaruh oleh hal-hal yang tidak mampu dikendalikan dan hidup terfokus pada sesuatu yang dapat dikendalikan. Hal ini bertujuan agar manusia dapat hidup bahagia dengan terbebas dari emosi-emosi negatif yang dapat merusak serta menghancurkan kebahagiaan manusia itu sendiri. Menurut pandangan orang Stoik, Sang Pencipta menata alam semesta ini dengan begitu rasional sehingga permasalahan apapun yang terjadi, para Stoik menanggapinya dengan bijaksana. Seorang kaisar Romawi yang dikenal sebagai salah satu filsuf Stoa adalah Marcus Aurelius. Di masa kepemimpiannnya sebagai kaisar Romawi, Marcus Aurelius memperoleh masa kejayaannya sebagai kaisar. Marcus menerapkan filosofi Stoa dalam menjalankan aktivitas pemerintahan terutama di bidang militer. Prinsip hidup Stoik yang dijalani Marcus Aurelius menjadi motivasi utama dalam menghadapi berbagai tuntutan militer yang pada akhirnya mengantarkan Marcus Aurelius mencapai masa kejayaannya.
Editor’s picks
Di masa kepemimpinannya selama 14 tahun terakhir, Marcus Aurelius dihadapkan dengan salah satu wabah terburuk sepanjang sejarah Eropa. Kaisar yang dikenal dengan sosok wibawa ini menghadapi masalah ini dengan sesuai dengan prinsip Stoa yang mengajarkan tentang pengendalian diri dan ketenangan batin sehingga, Marcus Aurelius dapat menyelesaikan permasalahan wabah ini dengan penuh ketenangan batin. Berdasarkan ajaran yang didapat melalui filsafat Stoa di mana meletakan kebahagiaan terhadap hal yang dapat kita kendalikan merupakan dasar utama bagaimana manusia menjalani hidup. Menjalani kehidupan sosial yang penuh dinamika merupakan tantangan bagi manusia bagaimana tetap mempertahankan eksistensinya dengan cara hidup bahagia meskipun berada di bawah tekanan. Seperti Marcus Aurelius pada zamannya, menjalani kehidupan sebagai seorang kaisar yang memimpin pemerintahan dan ratusan ribu prajurit bukan perkara yang mudah. Tanpa ketenangan batin dan pengendalian diri yang kuat, Marcus Aurelius tidak akan memperoleh masa kejayaannya dan dikenal sebagai salah satu filsuf dengan gelar Kaisar paling bijaksana sepanjang masa. Berbagai kebijaksanaan yang dapat di ambil olehnya dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-sehari.
Menurut Marcus Aurelis, seorang manusia harus memiliki dasar hidup yang benar. Dengan memegang teguh prinsip hidup, manusia tidak akan mudah terombang-ambing dengan segala sesuatu yang ada di dunia luar yang selalu mengalami perubahan. Salah satu cara agar manusia dapat merasakan kebahagiaan terletak pada kemampuan diri manusia untuk berhenti mengendalikan segala sesuatu diluar kontrol. Seperti opini orang lain, materi, tuntutan dunia terhadap diri sendiri. Semua itu dapat kita atasi dengan cara mengubah cara pandang kita terhadap sesuatu. Ajaran Stoa menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini bersifat netral. Baik atau buruknya sesuatu tergantung dari bagaimana cara pandang manusia. Setiap manusia memiliki cara pandang yang berbeda. Untuk itu, agar dapat menjalani hidup bahagia, hal yang harus dilakukan adalah dimulai dari perubahan pola pikir dan cara pandang. Filsafat Stoa di dalam setiap ajarannya yang paling diutamakan adalah perubahan pola pikir karena akar dari segala permasalahan hidup berasal dari pikiran yang nantinya akan mempengaruhi cara pandang manusia.
Marcus Aurelius dalam kebijaksanannya dalam ajaran filsafat Stoa mengajarkan bagaimana cara manusia menghargai kehidupan. Dengan menjalani kehidupan sebaik-baiknya, menikmati setiap momen dan sadar bahwa kehidupan adalah sebuah anugerah yang tak ternilai adalah salah satu cara bagaimana manusia dapat menikmati hidup yang jauh dari hal-hal yang menjauhkan manusia dari kebahagiaan seperti kecemasan dan ketakutan. Ajaran Stoa mengajarkan manusia untuk berhenti mencemaskan segala sesuatu yang bersifat pasti seperti kematian. Menikmati kehidupan dengan memaknai setiap momen berharga merupakan salah satu upaya manusia agar dapat merasakan kebahagiaan. Marcus Aurelius juga menekankan bahwa menjalani hidup penuh kebahagiaan merupakan sebuah seni kehidupan yang dapat dipelajari. Selain mengajarkan tentang pengendalian diri, Filsafat ini juga mengajarkan bahwa pentingnya penerimaan terhadap dua sisi kehidupan. Dengan menanamkan rasa toleransi terhadap hal positif dan negatif yang datang dalam kehidupan akan mampu menyeimbangkan diri manusia sehingga terbebas dari segala hal yang menjauhinya dari kebahagiaan.
Baca Juga: [OPINI] Kendalikan dan Kuasai Diri Sendiri Lewat Filosofi Stoisisme
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.