Jadi Karyawan Baru IDN Times di Era Corona

#SatuTahunPandemik COVID-19

Palembang, IDN Times - "Sejak meninggalnya PDP kemarin…maka status kita tanggap darurat atau siaga COVID-19.” Pernyataan Gubernur Sumatra Selatan (Sumsel), Herman Deru pada 24 Maret 2020, ramai diberitakan media lokal di Bumi Sriwijaya. PDP adalah Pasien Dalam Pengawasan. Virus yang semula dianggap tak bakal masuk ke Indonesia, apalagi Palembang, malah menewaskan dua orang sekaligus.

Perubahan status itu membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel bersama kabupaten dan kota sedikit “kewalahan”, tapi tidak dengan warga yang beraktivitas seperti biasa, termasuk diriku. Pemerintah daerah menyiapkan alokasi anggaran, tempat isolasi, bahkan memberlakukan pemeriksaan suhu cukup ketat ketika seseorang masuk ke kantor-kantor.

Aku yang baru saja bergabung ke IDN Times merasakan atmosfer berbeda. Tak ada suasana kantor yang bertatap muka dengan rekan kerja, bersalaman, atau bercengkerama mengulik masa lalu antar sesama karyawan baru. Bisa dibilang, aku merupakan satu di antara karyawan angkatan pandemik.

Sama halnya ketika mengenalkan diriku dengan dua reporter di Hyperlocal Sumsel, Rangga dan Feny. Kulakukan melalui sambungan telepon hingga 1,5 jam tiap orang. Semuanya dilakukan jarak jauh, online.

Sejak awal pandemik pula, pemerintah pusat maupun daerah menerapkan Work From Home (WFH). Kebijakan itu tentu kusambut dengan baik, walau menghabiskan waktu di rumah saja dari pagi ke pagi lagi tentu membosankan. Tapi aku dan keluarga tak mau terjangkit virus yang belum ada obatnya itu.

Kegiatan yang biasa aku dan istri lakukan berubah. Jika di akhir pekan kami pergi ke pasar tradisional untuk berbelanja untuk kebutuhan selama seminggu, terpaksa kami tunda terlebih dulu. Interaksi yang biasa dilakukan bersama tetangga tiap sore, lagi-lagi harus kami kurangi. Sepertinya mereka juga mengerti, karena tak sedikit yang “mengurung diri” karena pandemik.

Meski aku dan beberapa tetangga melaksanakan berbagai anjuran pemerintah, tapi sayang tak begitu dengan warga Palembang kebanyakan. Mereka tetap berinteraksi, tak begitu menghiraukan virus corona. Memakai masker pun tidak, apalagi mencuci tangan dan menjaga jarak. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga memang penting, namun
mematuhi anjuran pemerintah agar terhindar dari penyakit jauh lebih penting.

Kembali ke dunia jurnalistik bersama IDN Times seakan menghidupkan nafasku lagi sejak menanggalkan status pewarta pada 2016 silam. Aku satu di antara banyak orang yang percaya jika jalan karier sebagai jurnalis bisa membawa perubahan. Aku teringat petuah pria Palembang yang kuanggap sebagai guru di bidang ini. “Kalau kau sudah di dunia jurnalistik, manfaatkan untuk membawa perubahan bagi orang banyak. Bayangkan jika kamu berada di media yang besar, tentu perubahan positif bagi masyarakat juga jauh lebih besar.”

Menjadi jurnalis di era pandemik kumanfaatkan untuk mengubah perilaku dan tindakan yang salah, walaupun dari hal kecil. Seperti mengingatkan kembali pentingnya menggunakan masker, tak terlalu lama di dalam ruangan yang berisi banyak orang, selalu mencuci tangan, dan segala macam tetek bengek. Memberitakan insentif yang telat dari pemerintah, bagiku juga bisa membawa perubahan bagi mereka yang berkaitan langsung.

Namun ada berita yang menyesakkan bagiku, ketika mendapati kabar ribuan atau mungkin jutaan orang kehilangan pekerjaan. Aku seketika membayangkan menjadi mereka yang tak memiliki pendapatan lagi, berharap sementara pada tabungan untuk memberi makan dan minum kepada anak dan istri.

Perasaan kalut dan kondisi yang tak menentu semacam itu tak selalu bisa dilalui oleh semua orang. Namun satu hal yang pasti bagiku saat itu dan sekarang, bersyukur masih bekerja untuk keluarga.

#SatuTahunPandemik adalah refleksi dari personel IDN Times soal satu tahun virus corona menghantam kehidupan di Indonesia. Baca semua opini mereka di sini.

Baca Juga: Corona Mengubah Prosedur di Rumah Sakit

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya