[OPINI] Dilema Justice League & DC Comics yang Selalu Salah

Spoiler alert!

Di Indonesia, Justice League sudah hampir memasuki dua minggu masa penayangan. Dan seperti biasa, film keluaran DC Comics harus rela dibanding-bandingkan dengan kubu sebelah. Siapa lagi kalau bukan Marvel.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Marvel yang selalu menyisipkan cuplikan film selanjutnya setelah credit title, mampu meraup perhatian lebih ketimbang DC. Dan entah kebetulan atau tidak, jadwal penayangan film keluaran DC selalu lebih lambat dari Marvel di tahun yang sama. Hal ini juga yang menjadikannya makin empuk untuk dibandingkan.

Pada akhirnya, film keluaran Marvel lebih sering mendapat pujian. Dan DC lagi-lagi nampak selalu salah, layaknya cowok. Sebegitu salahkah DC dalam menggarap film?

DC selalu dianggap sebagai bayang-bayang Marvel.

[OPINI] Dilema Justice League & DC Comics yang Selalu Salahscreenrant.com

Meski berani mengklaim diri sebagai penikmat film superhero, saya tidak pernah merasa layak memberi judge pada DC atau Marvel. Penikmat tugasnya menikmati. Lain halnya dengan kritikus, mereka adalah sekumpulan orang yang mumpuni untuk bicara nilai dan parameter. Kalian yang di sosial media sesumbar mengklaim DC lagi-lagi gagal menggarap film, posisinya penikmat atau kritikus? Kalau cuma penikmat, jangan capek-capek lah berteori.

Marvel memang sekilas terlihat lebih serius, dengan konsisten merilis 2-3 judul film per tahunnya dari ranah MCU. Bahkan setiap film yang dirilis selalu memiliki kesinambungan dengan judul lainnya. Semua akan bermuara pada Infinity War, yang kabarnya dibagi menjadi dua penayangan. Upaya Marvel dalam memperkenalkan setiap tokoh juga tak main-main. Captain America, Iron Man, dan Thor masing-masing sudah dibuatkan tiga film solo.

Berbeda dengan DC Comics yang nampaknya terlalu sibuk dengan Superman dan Batman. Sosok Wonder Woman, Aquaman, The Flash, Cyborg, dan Green Lantern memang sudah diperkenalkan sejak lama. Tapi tidak segamblang kehidupan Clark Kent si bayi Krypton yang dikirim ke bumi, dan Bruce Wayne si milyarder penyelamat Gotham City.

Sudah gandeng Joss Whaden, masih saja terasa antiklimaks.

[OPINI] Dilema Justice League & DC Comics yang Selalu Salahfandango.com

Justice League lagi-lagi jadi sasaran, setelah sebelumnya Batman vs Superman dan Wonder Woman juga dibanjiri kritik pedas. Rating rendah dari Rotten Tomatoes seakan menjadi acuan orang-orang untuk membandingkan dengan produk Marvel. Malangnya lagi, Justice League dirilis sebulan setelah Thor: Ragnarok yang memukau penonton dengan nuansa humor kental.

Film yang menceritakan aksi liga superhero melawan pasukan Stephenwolf ini, bisa diibaratkan sebagai The Avengers 1 yang tayang pada tahun 2012. Bahkan untuk sedikit memenuhi keinginan penonton, DC Comics menggandeng Joss Whedon, sutradara dan penulis naskah The Avengers, untuk menggarap setengah bagian dari Justice League.

Harusnya para penikmat bisa merasakan sedikit perbedaan antara Justice League dengan film keluaran DC lainnya. Sentuhan Whedon membuatnya lebih ‘segar’, lewat guyonan ringan dari The Flash dan Aquaman. Tapi sepertinya tak banyak berpengaruh, lagi-lagi DC dianggap gagal menyuguhkan klimaks.

Justice League adalah seporsi makanan yang terlalu mengenyangkan.

[OPINI] Dilema Justice League & DC Comics yang Selalu Salahthisisinsider.com

Saat menonton The Avengers di tahun 2012, saya seperti menonton sebuah pertemuan antara beberapa orang untuk menjalankan misi bersama. Saya sudah kenal Captain America, Thor, Hulk, Loki, apalagi Iron Man. Jadi saya bisa dengan mudah menikmati plot cerita, tidak perlu berkenalan ulang dengan masing-masing tokoh.

Dilihat dari durasi filmnya, The Avengers justru lebih panjang 23 menit dari Justice League. Tapi justru liga superhero DC yang dianggap lebih membosankan. Kenapa? Menurut saya, Justice League harus bekerja keras meringkas sesi perkenalan dengan Stephenwolf, The Flash, Aquaman, dan Cyborg menjadi lebih padat.

Wajar jika penonton terasa kurang menikmati. Karena Justice League ini bisa dianalogikan sebagai seporsi menu makan siang, dengan aneka lauk pauk dalam porsi amat mengenyangkan. Kita tidak bisa menikmati satu tokoh saja, tapi langsung dijejali enam plus konflik perebutan mother boxes. Jadi wajar jika sebagian besar penonton merasa ‘kekenyangan’.

Sosok keluarga misterius dan Superman yang terlalu dipuja.

[OPINI] Dilema Justice League & DC Comics yang Selalu Salahcinemablend.com

Dari segi plot cerita, saya justru ingin memberikan applause pada DC Comic dan segenap kru yang terlibat di pembuatan Justice League. Sangat tidak mudah mengemas cerita kompleks dalam waktu dua jam saja. Ibaratnya, Marvel menghabiskan sekira 4 tahun untuk memperkenalkan tiap tokoh. Sedangkan DC hanya punya 2 jam, untuk mengenalkan sosok selain Superman, Batman, dan Wonder Woman.

Tapi kemunculan keluarga misterius di dekat bekas gudang nuklir, dan alasan dihidupkan kembalinya Superman justru jadi ‘pengacau’. Sejak muncul pertama hingga menjadi prioritas The Flash saat penyelamatan, saya tidak paham apa sesungguhnya peran si keluarga misterius itu. Apa pentingnya mereka hingga The Flash mati-matian menyelamatkan.

Kemunculan Superman yang tadinya disiapkan sebagai kejutan, justru terasa seperti failed surprise. Sosoknya terlalu dianggap ikonik, sehingga dunia ini terasa seperti: hanya butuh Superman untuk selamat. Ia dijadikan opsi terakhir oleh Bruce Wayne, jika Justice League tak mampu menumpas Stephenwolf dan pasukannya.

Padahal, saat perang besar dimulai antara Justice League dengan pasukan Stephenwolf di gudang nuklir, Superman masih asyik reuni bersama ibu dan kekasihnya. Lalu saat keadaan makin genting, ia tiba-tiba muncul dan dipercaya Cyborg untuk membantu selamatkan mother boxes. Barangkali di bagian inilah penonton kian merasa antiklimaks.

Barang setengah jadi yang bikin penasaran.

[OPINI] Dilema Justice League & DC Comics yang Selalu Salahbatman-news.com

Di luar dua plot yang agak mengecewakan itu, saya menganggap Justice League sebagai barang setengah jadi. Makanan setengah matang. Dan benar saja, cuplikan setelah credit title memberi sedikit gambaran misi lanjutan dari liga superhero ini. Sayangnya, saat saya menonton baru masuk hari kedua pemutaran. Sehingga semua penonton sudah keluar dari teater, kecuali saya dan dua orang lagi. Mereka menganggap Justice League as an usual DC’s, yang tak memberikan cuplikan film lanjutan di akhir.

Justru dalam cuplikan itu muncul sosok vilain baru yang bikin penasaran. Namanya mungkin sudah tidak asing bagi penggemar setia DC Comics. Deathstroke yang berpakaian mirip ninja itu akan tergabung dalam liga perkumpulan vilain. Sepertinya di film berikut Justice League akan mendapat sekompi musuh baru.

Selama ini produk DCEU (DC Extended Universe) selalu menjadi bayang-bayang MCU. Tapi sejujurnya, julukan ini tak pantas diberikan. Dari segi misi dan konflik yang dihadapi sudah sangat berbeda. Jangan hanya karena Bruce Wayne sama kayanya seperti Tony Stark, atau Captain America vs Iron Man diikuti Batman vs Superman, lantas semua produk keluaran dua produsen besar ini selalu dibandingkan.

Menonton dan menikmati, bukan mencari-cari kemiripan lalu dibandingkan.

[OPINI] Dilema Justice League & DC Comics yang Selalu Salaheverybodysucksbutus.com

Bagi saya, popularitas Marvel adalah buah manis dari sebuah konsistensi. Marvel sudah memiliki penonton setia yang ibaratnya hidup bersama MCU, mengikuti dari masa Iron Man hingga menuju Infinity War.

Sedangkan DC yang selama ini sukses dengan film solo superheronya, berusaha menghadirkan liga perkumpulan untuk para penggemar. Dilihat dari plotnya pun berbeda. Sama-sama memiliki tokoh dewa dan alien, DC memusatkan konflik di bumi. Sedangkan Marvel ekspansi ke planet dan tatanan dunia lain. Bukan lawan sepadan untuk sebuah perbandingan.

Marvel memukau dengan konsistensinya, dan DC pernah mencuri perhatian lewat Trilogi The Dark Knight besutan Christopher Nolan. Well, film-film keluaran dua produsen ini sama-sama bisa dinikmati. Tapi sebaiknya tidak untuk dibandingkan.

Dian Arthasalina Photo Verified Writer Dian Arthasalina

bukan orang penting, kecuali anda mementingkan saya. kadang-kadang ngoceh di instagram @arthasalina

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya