[Opini] Riskannya Euforia Bebas Pandemik COVID-19

Tetap terapkan protokol kesehatan sekalipun sudah vaksin

Bulan Oktober 2021 menjadi angin segar bagi masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia yang mana level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai mengalami penurunan cukup signifikan. Perubahan status zonasi yang semula tergolong wilayah merah kini berubah menjadi oranye, kuning bahkan hijau. Artinya, tren kasus penularan COVID-19 di Indonesia kian turun setiap hari.

Perubahan level PPKM dan status zona ini boleh jadi disebabkan dari percepatan program vaksinasi dan tingginya minat masyarakat dalam menerima suntik vaksin. Berbanding terbalik dengan beberapa bulan ke belakang saat masyarakat menolak keras vaksinasi, hari ini vaksin justru dicari-cari.

Perubahan level PPKM sekaligus status zonasi serta optimisme masyarakat terhadap vaksinasi membuat pemerintah percaya diri untuk memberikan kelonggaran aktivitas pada masyarakat. Diperbolehkannya penyelenggaraan kembali sekolah tatap muka, mengoperasikan kembali bioskop dan membuka pintu wisata di wilayah-wilayah tertentu merupakan segelintir aktivitas yang dilonggarkan pemerintah untuk masyarakat Indonesia. Penyekatan jalan pun mulai ditiadakan untuk mempermudah akses masyarakat menuju tempat kegiatan. Setali tiga uang, vaksinasi tetap berjalan dan roda perekonomian terus berputar sehingga keduanya tidak ada yang tertinggal di belakang.

Menurunnya angka harian kasus positif COVID-19 menjadi kabar baik tentang meredanya COVID-19 di Indonesia dan disambut hangat dunia. Bak badai pasti berlalu, situasi yang dihadapi negeri kita saat ini perlahan namun pasti menjadi jauh lebih baik. Sendi-sendi negara mulai pulih seiring dengan kebijakan kelonggaran yang diberikan pemerintah.

Hanya saja, meski situasi hari ini cukup jelas memberi sinyal positif meredanya COVID-19, tetap saja kita tidak bisa mengabaikan protokol kesehatan. Walau sudah bisa dikatakan terkendali, risiko terpapar masih tetap ada. Sebab, pemerintah menyatakan masyarakat harus bersiap jika suatu hari pandemik berubah menjadi endemik yang artinya kita tetap mungkin bisa terinfeksi kapan pun. Ditambah lagi, virus corona yang ditemui saat ini telah melalui bermacam mutasi sehingga tidak menutup kemungkinan akan terus muncul varian virus baru.

Maka, perlu sekali adanya batasan-batasan yang dibangun diri sendiri untuk tidak ‘balas dendam’ merayakan kebebasan dari pandemik yang sifatnya sementara. Mengapa sementara? Selama masyarakat belum bisa mengontrol diri, potensi adanya gelombang ketiga masih terbuka lebar. Apalagi, hari ini telah ditemukan varian baru virus corona yang jauh lebih mematikan dan kebal vaksin.

Belajar dari pengalaman, yakni gelombang kedua pandemi yang baru saja usai lebih parah dibandingkan gelombang pertama. Kasus harian mencapai puluhan ribu, padahal di gelombang pertama kasus harian hanya bilangan ribu. Tidak menutup kemungkinan, gelombang ketiga dapat berkali-kali lipat lebih ganas dari gelombang pandemi sebelumnya. Untuk itu, masyarakat harus paham betul bahwasanya situasi saat ini seperti bom waktu yang kapan saja dapat meledak tanpa diharapkan.

Sebagaimana kita tahu, COVID-19 adalah penyakit yang bisa kambuh lagi dan lagi. Apa yang dapat kita lakukan saat ini tidak lain adalah mawas diri, menjaga diri baik-baik dan menarik ego kita sejenak ke belakang. Sudah seharusnya tidak ada euforia bagaimana pun bentuknya, karena sudah sewajibnya kita lebih berhati-hati dan tidak mementingkan ego sendiri-sendiri dengan dalih ‘balas dendam’ sebab sudah lama terkurung di dalam rumah.

Nanti, akan ada waktu yang tepat untuk bisa bebas bereuforia. Namun, untuk saat ini kita harus mementingkan keselamatan bersama. Sekali lagi, walau COVID-19 sudah menunjukkan sinyal mereda, baiknya kita tetap terus waspada dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Protokol kesehatan merupakan satu-satunya perisai yang dapat kita andalkan untuk melindungi diri dari serangan pandemik COVID-19. Vaksin sebagai penguat imunitas tubuh yang mampu meminimalkan dampak virus corona setelah terpapar. Maka, memadukan protokol kesehatan dan vaksin adalah wajib. Mengapa? Protokol kesehatan merupakan benteng pertahanan, sementara vaksin adalah ketahanan tubuh. Jika keduanya digabungkan, bukan tidak mustahil imunitas seseorang menjadi jauh lebih kuat dalam melawan virus corona.

Semoga masyarakat dapat lebih mengerti keadaan saat ini. Tidak ada euforia bukan berarti kita sebagai masyarakat sudah mati rasa. Bukan. Tidak ada euforia mengartikan kita telah cukup dewasa dalam menghadapi situasi sekarang ini, tidak lagi keras kepala mendahulukan ego sendiri, namun lebih memikirkan keselamatan bersama. Tidak ada euforia merupakan upaya yang dapat kita lakukan demi mengerem laju perkembangan dan penularan COVID-19.

Baca Juga: [OPINI] Krisis Energi Dunia, Tanggung Jawab Siapa?

Diena Photo Verified Writer Diena

Writing is a healing

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya