Yakin, Masih Mau Ngomong "Aku Pengen Mati" Saat Lagi Stres? Hidup Gak Sebercanda Itu.

Jangan pernah lagi bercanda untuk bunuh diri. 

 

"Duh stres banget rasanya. Tugas kuliah numpuk. Nyebelin. Pengen mati aja rasanya."

"Kayaknya jadwal hari Jumat besok mati aja deh."

"Patah hati, sedih banget, pengen mati rasanya"

Gurauan semacam itu nampaknya tak lagi asing di telinga. Dan rasanya, mempermainkan kematian menjadi sebuah candaan menjadi hal yang biasa di jaman sekarang. Apakah benar mereka ingin mengakhiri hidup mereka? Atau mereka hanya sekadar stres tentang bagaimana beratnya hidup berjalan? 

Jalan hidup memang kadang nggak mudah. Terkadang tantangan menghadang di depan. Semua itu adalah tanggung jawab yang besar. Dan terkadang ketika secara mental dan fisik kita merasa lelah akan semuanya, rasanya lebih mudah untuk mati saja. Sehingga ketika ada ujian semester atau ketika kita sedang di puncak kelelahan, sangat mudah untuk berkata, "Rasanya aku pengen mati aja."

Sebenarnya ketika berkata demikian, kita nggak benar-benar ingin mati, ‘kan? Kita hanya merasa begitu stres dan rasanya mati adalah hal yang bisa membantu menyelesaikan segala masalah. Kita berkata ingin mati dengan nada penuh tawa karena kita tak benar-benar ingin mati.
Namun bagaimanapun, bunuh diri sama sekali bukanlah candaan yang lucu. Seharusnya kita perlu berpikir dua kali sebelum berkata bahwa kita ingin mati.

Mungkin bagi kita, kalimat "Aku pengen mati" bukanlah hal yang patut dianggap serius. Tapi sadarkah kamu, bahwa di sana ada mereka yang benar-benar merasakan beratnya hidup?

Ada banyak orang di luar sana yang kehilangan orang tercinta karena anggota keluarga mereka lebih memilih bunuh diri sebagai jalan keluar masalah daripada mengumpulkan keberanian untuk menghadapi dunia. Bagi mereka, sakit yang dirasakan terlalu nyata. Menurut American Foundation for Suicide Prevention, ada 41.149 orang yang dilaporkan melakukan bunuh diri pada tahun 2013. Menjadikan bunuh diri sebagai peringkat ketiga dalam penyebab kematian setelah kanker dan serangan jantung.

Setelah tahu fakta yang menyedihkan tersebut, masihkah kita dengan mudahnya berkata ingin mati ketika sedang stres?

Orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri karena mereka merasa berada di tempat tergelap dan terdalam yang pernah mereka datangi. Mereka berpikir bahwa mereka tak mampu mengatasinya lagi. 

Mereka mengakhiri hidup karena meyakini bahwa selama ini mereka hanyalah beban bagi orang sekitar. Mereka berpikir tak cukup baik dan tak mampu beradaptasi. Mereka merasa benar-benar tak memiliki harapan dan terjebak di tempat yang salah, sehingga kematian adalah satu-satunya jalan untuk melepaskan diri dari segala hal.

Bagi orang-orang yang melakukan percobaan bunuh diri, tak ada lagi alasan untuk melanjutkan hidup lagi. Mereka tak lagi memiliki minat terhadap hal-hal yang dulunya mereka cinta. For them, anything could be better than the lives they are living right now.

Di mata mereka, tak ada lagi cahaya di ujung lorong gelap sehingga hidup tak mungkin lagi menjadi lebih baik.

Masihkah kamu ingin berkata "Aku pengen mati." setelah tahu bahwa ada banyak orang di luar sana yang benar-benar mengakhiri hidupnya karena merasakan hal yang jauh lebih menderita dari apa yang kalian rasakan selama ini?

Kehidupan kampus dan pekerjaan memang melelahkan, namun menjadikan kematian sebagai bahan candaan rasanya bukanlah hal yang bijaksana. Setelah mengetahui fakta bahwa depresi dan bunuh diri bisa menimpa siapa saja bahkan seseorang dalam keluarga, rasanya stres kita selama ini bukanlah apa-apa.

Jangan salah artikan berarti mereka yang mengalami depresi jadi lebih pantas mati ketimbang kamu yang cuma mengalami stres biasa saja. Tapi ini lebih kepada bagaimana seharusnya kamu bersikap dan bersyukur atas kehidupanmu.

Bunuh diri bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan gurauan ataupun solusi dari sebuah keluhan. Bunuh diri sudah seharusnya jadi kata yang nggak pernah terlintas di kepalamu.

Kehilangan seseorang karena bunuh diri bukanlah hal yang ingin kamu ingat seumur hidup, bukan? Kamu akan selalu dikelilingi rasa bersalah, karena seandainya kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi, tak mungkin kamu membiarkan seseorang dalam keluargamu melakukan bunuh diri.

Mungkin kamu akan lebih banyak menghabiskan waktu dengannya hanya untuk mengatakan hal-hal yang menentramkan sehingga ia tak akan merasa putus asa dan terjebak di tempat yang salah. Kamu akan mulai bertanya pada diri sendiri, apakah cintamu selama ini kurang hakiki. 

Kamu akan mulai membayangkan mengapa kamu tak mampu untuk menyelamatkan seseorang yang berada di tempat tergelap ketika ia sebenarnya sedang meminta bantuan dengan segala upayanya. Kematian bukanlah sesuatu yang bisa diulang.

Maka dari itu, jika di lain hari kamu merasa stres, lelah dan kamu merasa ingin mati, ingatlah mengapa kamu hidup sampai saat ini.

Kamu akan meninggalkan orang tercinta jika kamu mati hari ini. Kamu tak akan lagi merasakan hangatnya sinar matahari. Kehidupan memang tak mudah, namun apakah kematian pantas untuk menukar segala kesulitan yang ada?

Jika kamu tak menyukai apa yang ada dalam dirimu saat ini, ubahlah untuk menjadi hal yang lebih baik meskipun sedikit demi sedikit. Karena di fase ini, kamu akan mengerti siapa dirimu yang sebenarnya; dan itu memang tak seharusnya dilalui dengan mudah. Kesuksesan hanya bisa diraih dengan kerja keras.

Jika kamu memang benar-benar ingin mati pun, bantuan dan harapan akan selalu ada untukmu di luar sana.

Ingatlah, kamu nggak sendirian, dan segalanya akan lebih mudah jika kamu mau berbicara. Terlepas dari apa yang kamu pikirkan terhadap buruknya dunia saat ini, ada banyak orang yang peduli dan ingin membantumu untuk meraih kebahagiaan. Jangan pernah lagi bercanda untuk bunuh diri. 

Kerlip Kejora Photo Writer Kerlip Kejora

Kata Aan Mansyur, menulis adalah perang melawan sepi. Bagiku, menulis adalah cara bagiku untuk tetap waras. Menulis adalah caraku untuk melukis imajinasi. Menulis adalah caraku merajut logika.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya