Gambaran Pelaksanaan Promosi CTPS Pamsimas

Mudah, murah, dan mujarab

Hingga saat ini, masih banyak kejadian anak anak di Indonesia meninggal karena diare. Berdasarkan data Kemenkes mencatat ada 525.000 kematian anak usia di bawah lima tahun meninggal karena diare tiap tahunnya. Sedangkan berdasarkan Join Monitoring Review WHO dan Unicef Tahun 2020 disebutkan lebih dari 150.000 anak khususnya balita meninggal setiap tahunnya karena diare, pneumonia, dan sanitasi yang buruk.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) seperti yang disampaikan United Stated Agency for International Development (USAID), penyebab terbesar meninggalnya balita dan anak di Indonesia akibat diare dan ISPA. Padahal dengan melakukan perilaku sederhana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebenarnya dapat mengurangi resiko penyakit tersebut. Data WHO menunjukkan bahwa perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan benar pada lima waktu penting mampu mengurangi angka kejadian Diare sebanyak 45 persen. 

Kenapa CTPS mujarab untuk mencegah kejadian diare? Badan Kesehatan PBB World Health Organization (WHO) menjelaskan, kedua tangan adalah salah satu jalur utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Sebab, tangan adalah anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan mulut dan hidung. Penyakit-penyakit yang umumnya timbul karena tangan yang berkuman, antara lain: diare, kolera, Infeksi saluran pernapasan (ISPA), cacingan, flu, dan Hepatitis A. Dengan begitu, upaya sederhana yang mampu memutus mata rantai kuman penyakit masuk ke mulut dan hidung adalah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). 

Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan tindakan yang paling mudah dilakukan, murah pembiayaan tetapi sangat efektif mencegah penyakit akibat kuman, bakteri, virus yang berada di tangan. Tindakan sederhana ini bisa diajarkan sejak dini kepada anak balita agar menjadi pembiasaan baik kedepannya, karena dengan pembiasaan perilaku hidup bersih sehat melalui CTPS, anak dapat tumbuh berkembang secara optimal.

Oleh karena itu, sejak tahun 2008, Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa menyerukan perlunya peningkatan praktik hygiene dan sanitasi khususnya perilaku CTPS di seluruh dunia. Di Indonesia, kegiatan peningkatan perilaku CTPS diperkuat dengan dasar arahan pemerintah bahwa anak khususnya balita menjadi prioritas perhatian, sebagai calon generasi penerus bangsa yang memiliki fondasi tubuh atau fisik, mental, dan spiritual yang sehat dan kuat, sehingga upaya kesehatan anak merupakan hak dasar yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang sehingga perlu dilakukan upaya kesehatan anak secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

Baca Juga: Gempa Bumi Cianjur, Ini Catatan Penting untuk Kementerian PUPR

Pentingnya pembiasaan cuci tangan pakai sabun sejak dini

Gambaran Pelaksanaan Promosi CTPS PamsimasGambaran Pelaksanaan Promosi CTPS Pamsimas. (Kementerian PUPR)

Menurut WHO, Promosi Kesehatan adalah suatu proses yang mengupayakan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan faktor kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Dengan begitu, promosi CTPS adalah suatu proses penyadaran masyarakat dalam peningkatan pengetahuan tentang bagaimana Cuci Tangan Pakai Sabun yang tepat, manfaat penting CTPS, kapan waktu kritis melakukan CTPS ataupun sarana prasarana penunjang yang baik untuk melakukan CTPS. Promosi perubahan perilaku CTPS tidak terhenti pada penyadaran peningkatan pengetahuan saja tetapi juga upaya memfasilitasi perubahan perilaku di masyarakat dan lingkungannya.

Promosi CTPS bisa tepat dilakukan di Indonesia, dengan mengetahui karakter masyarakat sebagai landasan dalam penyusunan strategi pendampingan dan pemberdayaan masyarakat. Strategi promosi CTPS agar tujuan berhasil perlu memperhatikan lima hal penting, yaitu (1) Promosi CTPS harus melibatkan pemangku kebijakan untuk membuat kebijakan atau peraturan yang berdampak, (2) Promosi CTPS perlu ada dukungan dari berbagai pihak dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas CTPS di masyarakat, (3) Reorientasi pada pelayanan kesehatan, yaitu melibatkan puskesmas sebagai pelayanan kesehatan terdekat masyarakat untuk bersama sama melakukan pemberdayaan masyarakat, (4) Keterampilan dalam melakukan promosi, baik keterampilan individu ataupun kelompok, (5) Gerakan Masyarakat, yaitu mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kampanye secara berkelanjutan.

Sebagai wujud upaya menggalakkan Promosi CTPS, Kementerian Kesehatan mengajak seluruh Kementerian lainnya melakukan kampanye nasional secara serentak setiap 15 Oktober yang bertepatan dengan Hari CTPS Sedunia sebagai momentum kampanye dan advokasi. 

Upaya lainnya adalah pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil bersama sama membentuk Kemitraan Swasta – Publik untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (KSP-CTPS) untuk mempromosikan advokasi dan inisiatif berkelanjutan dalam meningkatkan praktik Cuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia.

Bagaimana promosi CTPS bisa tepat dilakukan di Indonesia

Gambaran Pelaksanaan Promosi CTPS PamsimasGambaran Pelaksanaan Promosi CTPS Pamsimas. (Dok. Kementerian PUPR)

Menurut WHO, Promosi Kesehatan adalah suatu proses yang mengupayakan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan faktor kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Dengan begitu, promosi CTPS adalah suatu proses penyadaran masyarakat dalam peningkatan pengetahuan tentang bagaimana Cuci Tangan Pakai Sabun yang tepat, manfaat penting CTPS, kapan waktu kritis melakukan CTPS ataupun sarana prasarana penunjang yang baik untuk melakukan CTPS. Promosi perubahan perilaku CTPS tidak terhenti pada penyadaran peningkatan pengetahuan saja tetapi juga upaya memfasilitasi perubahan perilaku di masyarakat dan lingkungannya.

Promosi CTPS bisa tepat dilakukan di Indonesia, dengan mengetahui karakter masyarakat sebagai landasan dalam penyusunan strategi pendampingan dan pemberdayaan masyarakat. Strategi promosi CTPS agar tujuan berhasil perlu memperhatikan lima hal penting, yaitu (1) Promosi CTPS harus melibatkan pemangku kebijakan untuk membuat kebijakan atau peraturan yang berdampak, (2) Promosi CTPS perlu ada dukungan dari berbagai pihak dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas CTPS di masyarakat, (3) Reorientasi pada pelayanan kesehatan, yaitu melibatkan puskesmas sebagai pelayanan kesehatan terdekat masyarakat untuk bersama sama melakukan pemberdayaan masyarakat, (4) Keterampilan dalam melakukan promosi, baik keterampilan individu ataupun kelompok, (5) Gerakan Masyarakat, yaitu mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kampanye secara berkelanjutan.

Sebagai wujud upaya menggalakkan Promosi CTPS, Kementerian Kesehatan mengajak seluruh Kementerian lainnya melakukan kampanye nasional secara serentak setiap 15 Oktober yang bertepatan dengan Hari CTPS Sedunia sebagai momentum kampanye dan advokasi. 

Upaya lainnya adalah pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil bersama sama membentuk Kemitraan Swasta – Publik untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (KSP-CTPS) untuk mempromosikan advokasi dan inisiatif berkelanjutan dalam meningkatkan praktik Cuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia.

Promosi CTPS PAMSIMAS

Gambaran Pelaksanaan Promosi CTPS PamsimasGambaran Pelaksanaan Promosi CTPS Pamsimas. (Dok. Kementerian PUPR)

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) telah menjadi salah satu program andalan nasional (Pemerintah dan Pemerintah Daerah) untuk meningkatkan akses penduduk perdesaan terhadap fasilitas air minum dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat. 

Salah satu komponen Pamsimas adalah peningkatan perilaku dan layanan hidup bersih dan sehat melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, dimana tujuan komponen ini adalah membantu masyarakat dan institusi lokal dalam pencegahan penyakit yang disebabkan dan atau ditularkan akibat sanitasi buruk dan air yang tidak bersih seperti diare. 

Kegiatan peningkatan perubahan perilaku dilakukan dengan menerapkan pendekatan STBM yang diterapkan pada skala kabupaten, kota dengan pelibatan aktif dan intensif para sanitarian, penanggung jawab promkes, kepala puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan. Pendekatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yaitu merubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan dengan cakupan wilayah kabupaten. 

Ada 2 pilar STBM yang menjadi indikator penilaian kinerja utama Pamsimas, yaitu Pilar 1 terkait Stop Buang Air Besar Sembarangan (KPI 13 Persentase target masyarakat yang bebas dari buang air besar di sembarang tempat) dan Pilar 2 terkait Cuci Tangan Pakai Sabun (KPI 14 Persentase target masyarakat yang meerapkan program Cuci Tangan Pakai Sabun).

Dalam mendukung pencapaian KPI 14, dilakukan kegiatan promosi perubahan perilaku, yang ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya kaum perempuan dan anak anak. Promosi CTPS dilakukan di masyarakat dan sekolah. Kegiatan Promosi CTPS dilakukan di seluruh desa Pamsimas dari Tahun 2008 hingga 2022 dengan kegiatan berupa penyuluhan, kampanye, dan pemanfaatan berbagai media seperti spanduk, poster, baliho, papan informasi, bahkan memanfaatkan kampanye keliling dengan menggunakan mobil promkes. 

Capaian Pamsimas terkait CTPS, dari 76.772 dusun intervensi Pamsimas, yang sudah seluruhnya masyarakatnya sudah menerapkan perilaku CTPS adalah 70.953 dusun (92,42%). Selain perubahan perilaku CTPS di masyarakat dan sekolah, Pamsimas mendukung pembangunan sarana Cuci Tangan di sekolah, untuk menunjang upaya pembiasaan CTPS. Sarana SCT sekolah yang terbangun di 27.109 desa yang memiliki Sekolah Dasar yang belum memiliki SCT layak. 

Rata rata jumlah unit SCT yang dibangun per desa per sekolah adalah 2-3 unit dengan menerapkan desain universal yaitu ramah disabilitas. Khusus masyarakat, sarana SCT menjadi tanggungjawab mandiri masyarakat dalam menyediakan, tetapi sejak 2020 pandemi covid, Pamsimas mendukung upaya pembiasaan CTPS dengan menambahkan pembangunan sarana SCT tempat umum sperti di balai desa, posyandu dan beberapa tempat umum yang banyak diakses masyarakat, dengan sarana SCT yang ramah disabilitas.


CTPS Adalah Tanggung Jawab Kita Bersama

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah kegiatan yang sangat sederhana, yaitu membersihkan tangan meliputi jari jemari, sela sela jari, punggung tangan, telapak tangan, kuku hingga pergelangan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir, dimana air yang digunakan adalah air yang bersih dari kontaminasi bakteri. Kenapa harus menggunakan sabun? Karena sabun berperan dalam melarutkan bakteri, virus, kuman. 

CTPS akan efektif jika dilakukan selama kurang lebih 20 detik. Oleh karena CTPS mudah dilakukan serta murah karena bisa dijangkau oleh semua masyarakat termasuk anak anak, maka kita berharap seluruh elemen pemerintah, swasta hingga masyarakat untuk bergerak bersama mengkampanyekan CTPS sebagai upayaa efektif memutus mata rantai penularan berbagai penyakit.

Oleh: Indah Raftiarty ER, S.Sos, M.T.

Pranata Humas Ahli Muda Kementerian PUPR

Baca Juga: Anti-Jaim, 9 Meme Lucu Buatan Kementerian PUPR yang Bikin Ngakak

Topik:

  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya