Pengalaman Pelaksanaan Inklusif Disabilitas pada Pamsimas 

Hal ini mulai diperkenalkan pada 2017

Namanya Giri Ridwan Tajwiri, usia 38 tahun. Giri adalah anak bangsa dari Desa Dadiharja Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, yang mampu berperan aktif di tengah keterbatasan fisik. Giri mampu mendobrak keterbatasan fisiknya dengan ikut berperan aktif dalam setiap tahapan kegiatan program Pamsimas di desanya. 

Desa Dadiharja adalah salah satu desa di Kabupaten Ciamis yang mendapatkan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas III) tahun 2018 dan juga penerima program Hibah Insentif Desa (HID) Pamsimas Tahun 2021.

Dalam kegiatan tinjauan peta sosial, Giri Ridwan Tajwiri  berperan aktif mengidentifikasi akses sanitasi di masyarakat yang sudah layak dan belum layak, memutakhirkan data SR (sambungan rumah), anak di bawah 2 tahun penyandang disabilitas, dan pengembangan jalur perpipaan. Giri juga ikut serta dalam survei pengadaan barang atau material sebelum pelaksanaan program HID Pamsimas 2021 dilaksanakan. 

 Ada tiga toko yang disurvei bersama Tim Pengadan Barang dan Jasa, di mana setiap toko yang didatangi dengan rinci dilakukan pendataan per angka satuan material yang dibutuhkan oleh Satlak ‘Tirta Raharja’ Pamsimas Desa Dadiharja. Dalam kegiatan pelaksanaan program HID tahun 2021, Giri  turut memberikan kontribusi in kind dalam bentuk swadaya tenaga kerja. 

Ia juga menuliskan identitas program HID pada sarana yang dibangun.  Pada kegiatan pelatihan program Pamsimas, ia sering bertindak sebagai narasumber karena mempunyai kemampuan memaparkan materi dan piawai dalam memberikan motivasi kepada peserta pelatihan.

Satu hal yang membuat Giri semangat dan percaya diri sekaligus menjadi motivasi bagi dirinya dan juga orang lain adalah moto hidupnya.  “Saya tidaklah sempurna, karena itulah saya disebut manusia”. 

Giri Ridwan adalah salah satu dari banyak masyarakat disabilitas yang berperan dan berpartisipasi pada pelaksanaan Pamsimas. Hal ini dapat menjadi “pendobrak” paradigma yang selama ini berkembang tentang peran penyandang disabilitas yang dianggapnya tidak bisa berbuat seperti orang normal dalam memberikan kontribusi untuk pembangunan. Tentu ini adalah hal yang keliru karena selama ini ada begitu banyak penyandang disabilitas yang mampu melakukan peran  yang jauh lebih hebat daripada orang normal pada umumnya.

Baca Juga: PUPR Bantah Dalih Menpora GBK Bisa Digunakan karena Belum Ada Renovasi

Pendekatan Inklusif Disabilitas pada Pamsimas

Pengalaman Pelaksanaan Inklusif Disabilitas pada Pamsimas Ilustrasi penyandang disabilitas menggunakan air. (Dok. Kementerian PUPR)

Penyandang disabilitas sering kali memiliki akses terhadap fasilitas dan layanan SPAM yang lebih rendah daripada yang lain, atau tidak mendapatkan sama sekali. Ini karena berbagai alasan, termasuk: sarana SPAM yang tidak dapat diakses dan jauh dan fasilitas air; pengucilan penyandang disabilitas dari kegiatan masyarakat seperti kesadaran kebersihan dan proses perencanaan; dan stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang penyandang disabilitas. 

Penyandang disabilitas mungkin memiliki kebutuhan air yang lebih besar daripada beberapa anggota masyarakat lainnya, misal jika mereka menggunakan tangan mereka untuk bergerak atau keseimbangan saat pergi ke sarana SPAM, mereka akan meningkatkan kebutuhan mencuci. 

Issu Pembangunan Sarana Air Minum dan Sanitasi yang Inklusif Disabilitas pada Pamsimas mulai diperkenalkan pada 2017, yaitu dengan dilaksanakan Pelatihan Disabilitas oleh DFAT di Kedubes Australia, Jakarta, dengan mengundang perwakilan konsultan provinsi seluruh Indonesia. Pelatihan dipandu oleh Tim CBM Australia.

Pada 2018, Pamsimas melaksanakan dua kegiatan terkait isu disabilitas, yaitu kegiatan Workshop Pembangunan Inklusif Disabilitas Program Pamsimas pada Oktober 2018 di Jakarta. Workshop diikuti perwakilan dari setiap ROMS Provinsi, khususnya yang pernah mengikuti pelatihan disabilitas sebelumnya. 

Kegiatan di pandu Tim CBM Australia dan kegiatan Workshop Peningkatan Peran Organisasi Penyandang Disabilitas Dalam Mewujudkan Program Pamsimas Inklusif Disabilitas pada Desember 2018 di Yogyakarta. Workshop diikuti perwakilan dari ROMS Provinsi dan Dewan Pengurus Daerah Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI). Kegiatan dipandu Dewan Pengurus Pusat PPDI, LSM Ciqal dan Tim NMC. 

Selain itu, pada dokumen Petunjuk Teknis Pamsimas khususnya Petunjuk Teknis Pengamanan Lingkungan dan Sosial Edisi Tahun 2018 menambahkan ketentuan tentang pelibatan masyarakat disabilitas pada Program Pamsimas. Pada 2018 pula Pamsimas juga menerbitkan POB Pengembangan SPAMS yang Inklusif Disabilitas. 

Pada 2018 beberapa desa sasaran Pamsimas telah menerapkan desain yang ramah disabilitas untuk sarana air minum yang bersifat umum serta sarana sanitasi sekolah (jamban sekolah dan CTPS). Mulai 2019, seluruh SAM dan Sanitasi Sekolah diharuskan menerapkan design universal, yaitu design yang ramah untuk semua pengguna termasuk masyarakat/penyandang disabilitas. 

Namun, pada pelaksanaannya terdapat desa yang belum menerapkan desain universal tersebut, tetapi di tahun-tahun berikutnya jumlah desa yang menerapkan desain universal untuk SAM Umum dan Sanitas Sekolah semakin banyak. Sejak 2019 sampai dengan akhir Agustus 2022 sebanyak 1569 desa telah membangun KU/HU dengan desain yang ramah disabilitas, 2603 desa membangun jamban sekolah, dan 7895 desa membangun tempat cuci tangan di sekolah dengan desain yang ramah disabilitas. 

Peningkatan kapasitas tentang isu pembangunan SAMS yang inklusif disabilitas juga diberikan kepada Tim Fasilitator Masyarakat (TFM) Pamsimas dalam berbagai jenis peningkatan kapasitas seperti Kegiatan CB Day (Belajar Bersama dan Belajar Mandiri) serta Kegiatan Pelatihan TFM. Mulai 2019 pelaksanaan pelatihan tingkat masyarakat pada seluruh desa sasaran Pamsimas bertambah satu jenis pelatihan, yaitu Pelatihan Disabilitas. 

Tujuan Pelatihan Disabilitas Tingkat Masyarakat adalah meningkatkan pemahaman peserta tentang konsep Disabilitas pada Program Pamsimas, meningkatkan pemahaman peserta tentang ragam disabilitas, dan strategi mengidentifikasi dan pelibatan masyarakat disabilitas pada Program Pamsimas, meningkatkan pemahaman peserta tentang desain sarana yang inklusif disabilitas, serta meningkatkan keterampilan peserta dalam menyusun strategi untuk memberikan kemudahan akses kepada masyarakat disabilitas, khususnya untuk Sambungan Rumah. 

Istilah disabilitas pada Pamsimas tidak hanya dimaknai setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik, tetapi juga mencakup ibu hamil dan menyusui, anak-anak, dan manula. Pembangunan yang inklusif adalah kegiatan pembangunan yang melibatkan dan bermanfaat bagi semua anggota masyarakat. 

Pembangunan inklusif terjadi ketika seluruh lapisan masyarakat termasuk orang dengan disabilitas menikmati proses-proses dan hasil pembangunan secara sama. Pembangunan inklusif mendorong kesadaran dan partisipasi seluruh masyarakat termasuk kelompok yang terpinggirkan. 

Pembangunan inklusif disabilitas adalah pembangunan yang melibatkan penyandang disabilitas untuk berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari kegiatan pembangunan dengan basis setara orang lain. Pembangunan inklusif disabilitas dilakukan untuk mencapai kesetaraan hak asasi manusia bagi orang dengan disabilitas dan memastikan partisipasi penuh serta akses terhadap seluruh aspek kemasyarakatan.

Pada Pamsimas, masyarakat disabilitas mempunyai kesempatan yang sama dengan masyarakat lainnya. Sebagai pengusul, masyarakat disabilitas ikut serta dalam tahapan rembug desa untuk memutuskan apakah desa berminat menjadi desa sasaran PAMSIMAS. Sebagai pengambil keputusan, masyarakat  disabilitas hadir dan mempunyai kesempatan untuk mengemukakan pendapat dalam proses pengambilan keputusan. 

Sebagai pelaksana kegiatan, masyarakat disabilitas dapat ikut berperan sebagai tenaga kerja (pada jenis pekerjaan yang dibayar dan membutuhkan keterampilan, tidak sekadar dilibatkan pada jenis pekerjaan domestik yang tidak dibayar), anggota Lembaga Keswadayaan Masyarakat/Satuan Pelaksana PAMSIMAS, atau peran lainnya sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.  

Sebagai pemantau, masyarakat disabilitas ikut memantau hasil kerja dan secara aktif meminta laporan pertanggungjawaban keuangan program serta melakukan tindakan tegas jika menemukan kecurangan di lapangan. Sebagai pemelihara, perempuan ikut memelihara hasil pembangunan sarana dan prasarana air minum atau bisa juga menjadi anggota Tim Pemelihara. Sebagai penerima manfaat, masyarakat disabilitas menikmati hasil pembangunan dan kegiatan Pamsimas.

Pekerjaan belum tuntas

Pengalaman Pelaksanaan Inklusif Disabilitas pada Pamsimas Ilustrasi penyandang disabilitas. (Dok. Kementerian PUPR)

SPAM yang inklusif dalam kegiatan Pamsimas hanya melakukan sedikit modifikasi. Ketika sejak awal perencanaan dibuat, hanya butuh biaya tambahan yang rendah malah dimungkinan tidak ada penambahan biaya pada rencana sarana yang akan dibangun. Peningkatan aksesibilitas infrastruktur dan layanan SPAMS juga menguntungkan anggota masyarakat lainnya, seperti anak-anak, orang tua yang lemah, wanita hamil, dan orang-orang yang terluka atau terluka sementara. 

Penyandang disabilitas dalam Pamsimas dapat memperbaiki inklusi dan partisipasi di kegiatan Pamsimas. Bila mereka dilibatkan, hal ini dapat meningkatkan visibilitas dan kepercayaan diri mereka, meningkatkan martabat dan kemandirian mereka, dan meningkatkan kesehatan dan perilaku hidup bersih dan sehat. 

Pekerjaan rumah yang masih ada adalah meningkatkan “kepercayaan diri” masyarakat disabilita agar mau terlibat lebih sering dan lebih aktif dalam setiap kegiatan di masyarakat. Kelemahan yang masih terjadi pada Pamsimas adalah masih lemahnya kemampuannya fasilitator masyarakat untuk menfasilitasi masyarakat disabilitas agar “mau” hadir pada setiap pelaksanaan kegiatan Pamsimas di masyarakat. Fasilitator masyarakat tidak berupaya ekstra  untuk bisa membangkitkan motivasi masyarakat disabilitas agar hadir dan mau berpendapat. 

Hal lain yang masih belum tuntas adalah pelibatan organisasi penyandang disabilitas pada kegiatan Pamsimas. Pada tahun 2018 sudah dilakukan pertemuan Workshop dengan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) dari 33 PPDI seluruh Indonesia. Salah satu rekomendasinya adalah agar Pamsimas melibatkan PPDI cabang kabupaten lokasi Pamsimas agar dapat memberikan input untuk perencanaan pada sarana air minum dan sanitasi sekolah yang akan dibangun diseluruh desa sasaran Pamsimas. 

Selain itu, dengan adanya keterlibatan organisasi penyandang disabilitas setempat, dapat memberiak motivasi lebih kepada masyarakat disabilitas agar dapat berpartisipasi dan berperan dalam kegiatan Pamsimas. Namun, rekomendasi ini masih belum dapat diwujudkan karena terbatasnya dana yang tersedia untuk memberikan biaya operasional bagi organisasi disabilitas yang akan dilibatkan. 

Salah satu prinsip yang dianut Pamsimas adalah melibatkan semua pihak: "No one left behind". Tidak ada seorang pun anggota masyarakat, utamanya masyarakat disabilitas, yang tidak tersentuh atau menerima manfaat darinya. Hal inilah yang juga menjadi perhatian Pamsimas. Guna mewujudkan semua hal ini, maka semua pihak harus berkomitmen untuk harus terus menerapkan prinsip "No one left behind". (WEB)  

Qurrotu Ainy, ST.,M.Eng
PPK Pembinaan Manajemen II Satker Dit. AM

Baca Juga: Intip Gaya Menteri PUPR Basuki Jadi Fotografer Bareng Jurnalis di G20

Topik:

  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya