[OPINI] The Sound of Roy

Di balik layar film 'Balada Si Roy'

Pukul 04.00, suara-suara sholawat mulai terdengar di speaker masjid, menandakan subuh akan menjelang. Sekitar 400 meter dari lokasi syuting, di sebuah rumah yang sengaja dikontrak oleh tim lokasi yang dipimpin oleh Alvin, suara alarm terdengar. Nasir langsung bangun. Tanpa menunggu lama, ia mendatangi SMK Setia Budhi Rangkasbitung yang takjauh dari tempatnya beristirahat. Ia bertemu dengan Satpam untuk membuka gerbang sekolah. “Sedikit saja terlambat, urusannya akan panjang,” ungkap Nasir sambil tergopoh-gopoh. Ia tak mau mengecewakan location manager yang sudah dikenalnya dua belas tahun yang lampau.

Pekerjaan Nasir subuh itu hanya bagian kecil dari begitu banyak urusan yang harus dikoordinasikan oleh Alvin. Sebagai location manager pada Film Balada Si Roy, ia harus memastikan aman urusan-urusan tempat yang akan dijadikan lokasi syuting, menjalin relasi dengan pihak terkait untuk mendapatkan perizinan, hingga urusan-urusan kecil seperti suara-suara yang akan mengganggu jalannya syuting. Bahkan jika dibutuhkan oleh sutradara, ia yang harus turun untuk memblokir jalan raya.

Kemampuan berkomunikasi

[OPINI] The Sound of RoyDok. IDN Pictures

Bagi orang yang pertama kali bertemu dengan Alvin, akan mengira ia jebolan Kopassus. Wajahnya terlihat tegas dan berwibawa. Tubuhnya tegap dengan rambut dipotong pendek. Ditambah lagi, ia senang memakai sepatu sneakers loreng ala tentara. Berbeda dengan kru lainnya yang hanya memakai kaos oblong bahkan celana pendek, Alvin lebih banyak memakai kemaja. Tujuannya hanya satu, ketika ada tamu dari instansi, ia bisa mengimbanginya. Alvin dibantu oleh belasan personil. Salah satunya adalah Helen yang bertugas untuk meminta izin ke rumah-rumah yang akan dipakai lokasi syuting.

Alvin salah satu orang di belakang layar yang harus mobile. Sebelum semua kru datang ke lokasi syuting, ia menjadi tim pembuka jalan. Lebak, Serang dan Lampung yang dipakai untuk lokasi syuting harus dipastikan aman. Untuk hal itu, perlu kemampuan komunikasi yang baik. Apa lagi dalam situasi pandemi seperti sekarang ini. Tidak gampang para pemangku kebijakan mengeluarkan surat izin; tetapi menyerah tidak pernah ada dalam kamus kehidupannya. Bersama Sabilal Muhtadin (Bilal) dan Ineke Bajalaras (Baja) yang menjadi Line Producer, Alvin terus berkoordinasi agar izin dari Pemerintah Daerah bisa keluar.

Seperti yang terjadi pada Senin, 4 Januari 2021, Baja, Bilal dan Alvin mendatangi Pemda Lebak. Mereka hanya memiliki waktu enam hari menuju tanggal 10, waktu yang disepakati untuk memulai syuting perdana. Namun hingga saat itu, izin belum keluar. Kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Asda III, mereka berusaha meyakinkan bahwa syuting ini mengikuti protokol kesehatan yang sangat ketat. Bahkan untuk meyakinkan Asda III, Bilal dan Bagja mengeluarkan bukti bahwa setiap kru film sudah di-swab antigen dan akan terus dicek secara berkala.

Asda III manggut-manggut mendengarkan penjelasan mereka, tetapi ia minta penjelasan terkait dengan jumlah kru yang ratusan. Dengan santai Alvin menjelaskan bahwa tidak mungkin semua berkerumun di satu tempat.

“Pengambilan syuting akan menyebar dan tidak berkerumun,” ungkap Alvin.

“Bahkan di dalam pengambilan gambar, tim sudah membuat sistem yang terbagi atas lima ring. Mereka tidak bisa sembarangan untuk memasuki atau berpindah ke ring yang lain. Tim kesehatan akan mengawasi dengan ketat dan mereka juga bertugas untuk mengecek suhu badan setiap harinya,” ujar Bilal dan Baja saling menguatkan.

Menyimak rasionalisasi dari mereka, beberapa hari kemudian meluncurlah surat izin dari Pemerintah Lebak. Sebuah apresiasi yang sangat besar dari Pemerintah Lebak. Di waktu yang hampir bersamaan, meluncur juga surat izin dari Provinsi Banten, Kota Serang dan Kabupaten Serang.

Baca Juga: [OPINI] Seni Peran(g) Film 'Balada Si Roy'

Suara-suara

[OPINI] The Sound of RoyDok. Pribadi/Firman Venayaksa

The Sound of Music adalah sebuah novel dari Maria von Trapp yang kemudian difilmkan pada tahun 1965. Pada film itu, kita dikenalkan dengan lagu-lagu yang sangat indah seperti Edelweiss, Do-Re-Mi, atau The Sound of Music. Namun apa yang terjadi jika yang muncul adalah suara knalpot kendaraan, suara ayam dan kambing yang konsisten hingga suara tahu bulat mengitari lokasi syuting.

Suara-suara itulah yang paling mengesalkan bagi Hasanudin yang menjadi Sound Mixer pada Film Balada Si Roy. Beberapa kali wajahnya mengerut dan memberikan isyarat kepada tim lokasi jika ada suara yang tiba-tiba muncul ketika pengambilan gambar. Alvin yang bertugas mengkoordinasikan lapangan langsung menugaskan belasan personilnya untuk mengejar dari mana datangnya suara itu.

Di hari pertama, Nasir bahkan sudah harus mengurusi suara ayam jantan yang kebetulan berada di belakang lokasi sekolah. “Ayamnya putih, milik nenek di belakang rumah. Sudah berkali-kali diusir, tetap saja datang,” kata Nasir berapi-api melaporkan. Bahkan ia ditugaskan untuk membeli ayam itu, tetapi yang empunya ayam tidak mau dijual. Alhasil, ia dan teman-temannya harus mengejar-ngejar ayam agar jauh dari set lokasi.

Selain di lokasi sekolah, urusan ayam jantan ini muncul juga di lokasi rumah Ani. Dari HT, Fajar Nugros yang kesal dengan suara ayam langsung menginstruksikan tim lokasi untuk mengurusnya. Waktu itu, Alvin kebetulan dekat dengan ayam jantan berwarna hitam kemerahan dengan kepala agak plontos. Alvin sepertinya sudah kehabisan akal. Ia mengendap-endap sambil mendekati ayam jantan itu. Ia mengajak ngobrol. Kata Alvin, “Yam, kami sedang syuting. Tolong jangan dulu bersuara. Kalau sudah beres baru boleh bersuara,” ucapnya dengan gaya yang agak aneh, dan yang lebih aneh lagi, suara ayam tak lagi terdengar. Entah apa yang dilakukan Alvin.

Di waktu lain, Hasanudin juga terganggu dengan suara tetalu konstan ketika syuting. Hari menjelang siang dan agak terik. Dengan suara itu, jelas mengganggu konsentrasi semua kru film yang harus berhenti gara-gara suara itu. Alvin langsung mengutus Nasir dan Piyan untuk mengecek asal suara. Mereka melaporkan bahwa ada orang yang sedang bekerja membuat kandang kambing di belakang sekolah. Setelah berkomunikasi dengan tim, akhirnya Nasir dan Piyan yang membawa HT berbicara kepada orang yang sedang memaku kandang itu.

“Begini Kang. Maaf ya kami kan sedang syuting. Suaranya mengganggu. Jadi kita dengarkan HT ini. Jika sutradara bilang action, akang berhenti kerja. Jika sudah bilang cut, akang boleh kerja lagi, begitu yang kang?” Ucap Nasir yang disetujui pekerja itu. Maka terjadilah skenario versi Nasir. Setiap mendengar cut, langsung kerja. Mendengar action, langsung berhenti. Hal ini berbanding terbalik dengan instruksi pemain yang sedang syuting.

Skenario Nasir terus berjalan hingga tiba-tiba mereka mendengar suara pedagang susu murni dengan lagu yang khas. HT kembali ramai memberi instruksi. Nasir gelagapan, meninggalkan Piyan dan orang yang berusaha menyelesaikan kandang kambing.

“Nasir ada tukang susu. Bayarin aja. Sutradara pengen susu murni,” instruksi Alvin terdengar intimidatif dari balik HT. Detik itu juga Nasir berlari kencang dari arah belakang sambil mengejar arah suara. Telinganya benar-benar diruncingkan. Namun ada hal yang aneh. “Kok arah suaranya di tenda sutradara ya?” ungkap Nasir polos. Rupanya Fajar Nugros iseng. Ia yang memutar lagu susu murni. Semua kru terbahak-bahak melihat Nasir kena prank sang sutradara.

Baca Juga: [OPINI] Citraan Maskulinitas 'Balada Si Roy'

Firman Venayaksa Photo Writer Firman Venayaksa

Pengamat Youth Culture, dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya