[OPINI] Objektifikasi Perempuan di Media Sosial Instagram 

Perempuan adalah manusia, bukan sebuah objek

Instagram menjadi salah satu dari lima media sosial yang paling banyak diminati saat ini berdasarkan hasil survei dari Sensor Towel pada tahun 2020. Polularitas Instagram berhasil membangun banyak perubahan sosial dan kebiasaan kepada masyarakat khususnya remaja. Dengan adanya keberadaan Instagram, semua orang dapat berinteraksi dan komunikasi lebih cepat tanpa harus bertatap muka.
 
Berdasarkan laporan dari Napoleon Cat pada Oktober 2021menunjukkan bahwa pengguna Instagram di Indonesia terdiri dari 19,8% pengguna perempuan, sedangkan 17,5 persen merupakan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan mendominasi penggunaan Instagram yang memiliki arti bahwa perempuan cenderung lebih sering menampilkan foto dan video dirinya di Instagram yang tidaklah lain dengan tujuan untuk mendapatkan pujian.
 
Akan tetapi, foto dan video yang diunggah ke Instagram tersebut sering disalahgunakan sebagai sarana objektifikasi perempuan. Dalam teori objektifikasi oleh Fredickson dan Roberts, mengatakan bahwa terdapat dua jenis objektifikasi yang ada pada perempuan, yakni objektifikasi internal dan eksternal. Objektifikasi internal adalah objektifikasi diri yang bertujuan untuk merealisasikan pandangan hanya untuk dirinya sendiri. Sedangkan objektifikasi eksternal lebih mengarah pada objektifikasi seksual oleh orang lain kepada tubuh perempuan. Objektifikasi seksual memandang salah satu bagian tubuh perempuan terpisah dari perempuan itu secara utuh sebagai manusia yang pada dasarnya memandang perempuan sebagai objek untuk memuaskan hasrat seksual laki-laki (Szymanski, Moffit, and Caar, 2011).
 
Bentuk nyata dari objektifikasi perempuan di media sosial Instagram adalah fenomena kemunculan akun-akun “cantik” pada perguruan tinggi di Indonesia. Akun-akun tersebut secara langsung menampilkan foto atau video mahasiswi beserta identitasnya dengan alibi kata “cantik” yang mengikutinya. Fenomena akun-akun “cantik” ini dapat ditemui diberbagai  perguruan tinggi di Indonesia. Untuk mendapatkan akun ini cukup mudah dengan menempatkan nama singkatan salah satu perguruan tinggi di Indonesia dan kata “cantik” setelahnya.

Sayangnya, hal ini acapkali tidak disadari oleh perempuan itu sendiri. Banyak perempuan yang fotonya diunggah ke akun-akun “cantik” tersebut tanpa persetujuan terlebih dahulu. Salah satu mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara, Aqillah Nadira, mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mendapat konfimasi persetujuan dari pengelola akun @usucantik.id sebelum mengunggah salah satu fotonya ke akun tersebut.
 
Walaupun tidak mendapatkan komentar negatif mengenai fotonya, Aqillah tidak pernah membenarkan bahwa dirinya dijadikan sebagai standar kecantikan. Ia meyakini bahwa hal itu berkaitan dengan tujuan, ideologi, dan hegemoni dari pengelola akun tersebut yang menginginkan ketenaran dikalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
 
Perempuan yang pada awalnya mengunggah foto atau video dirinya ke media sosial Instagram dengan tujuan agar diilhat orang lain dan realisasi objektifikasi diri berujung praktik objektifikasi seksual oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Komentar yang datang juga cenderung bersifat seksual dan seksisme. Tidak sedikit komentar yang menglorifikasi bagian tubuh dari perempuan secara berlebihan.
 
Masyarakat selayaknya paham dan sadar bahwa fenomena ini tidak baik dan harus segera dihentikan. Praktik objektifikasi perempuan akan semakin marak apabila tidak disadari dari sekarang. Banyak dampak yang dapat ditimbulkan dari fenomena ini. Salah satu mahasiswi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, Dewi Moria, mengatakan bahwa dengan hadirnya akun Instagram @usucantik.id membuat dirinya merasa insecure dengan penampilannya dan takut bahwa lingkungan kampus mengikuti standar kecantikan dari perempuan-perempuan yang ada di akun tersebut.
 
Untuk meminimalisir adanya praktik objektifikasi perempuan, sebagai manusia yang memiliki hak dan tanggung jawab mari mengingatkan dan mencegah perbuatan yang mengarah kepada objektifikasi perempuan karena kita sudah sepantasnya diperlakukan secara utuh sebagai manusia.

Baca Juga: [OPINI] Ketika Media Memberi Statistik dan Masyarakat Sulit Berempati

Grifin Angelina Tobing Photo Writer Grifin Angelina Tobing

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya