[OPINI] Movie Review: IT

"They all float down here. You'll float too..."

 

Film ‘It’ merupakan adaptasi dari novel horor berjudul sama, karangan Stephen King. ‘It’ dibuka dengan adegan Georgie Denbrough yang bermain perahu kertas ditengah hujan deras yang mengguyur kota kecil Derry di Maine, sebelum ia akhirnya menghilang setelah mengejar perahu kertasnya yang hanyut ke sebuah selokan. Kakak laki-laki Georgie, yakni Bill Denbrough, terobsesi dalam mengungkap misteri hilangnya Georgie. Ia mengetahui fakta bahwa “sesuatu” yang jahat tinggal di dalam selokan tempat terakhir kali Georgie terlihat, dan mengambil wujud seorang badut bernama ‘Pennywise’. Bersama teman-temannya di grup The Losers, Bill turun ke dalam selokan dan berusaha mengungkap misteri Pennywise tanpa mengetahui bahwa bahaya yang lebih besar justru menanti mereka.

Kira-kira seperti itulah sinopsis dari film ‘It’ yang disutradari oleh Andy Muschietti, dan rilis sejak minggu lalu. Sebagai film dengan genre horror, aman untuk bilang bahwa ‘It’ tidak akan membuatmu kecewa. Sebagai informasi, ‘It’ sebelumnya pernah diadaptasi menjadi mini-seri dua episode di tahun 1990, membuat film ‘It’ arahan Muschietti ini secara tidak langsung merupakan versi remake. Namun ‘It’ versi Muschietti, entah mengapa, tetap mampu membangkitkan kembali horror klasik Stephen King. Skenarionya ditulis dengan sangat apik, pilihan aktor dalam produksi ini juga sangat tepat, begitu juga dengan unsur teror yang ditampilkan dari sosok Pennywise terlihat realistis. In short, film ‘It’ ini merupakan satu karya horror yang solid. Kamu benar-benar harus menontonnya.

Saya sebenarnya termasuk penggemar novel-novel karya Stephen King, dan memang, menurut saya karya-karyanya sangat tricky untuk diadaptasi ke layar lebar. Ini dikarenakan unsur psikologi yang kental dalam alur ceritanya, termasuk dalam ‘It’. ‘It’ sebenarnya memiliki premis sederhana. Novel dan film ini berkutat pada hal mendasar dalam kehidupan manusia yaitu rasa takut. Fear atau rasa takut ini mengambil bentuk Pennywise yang menggambarkan rasa ketidaknyamanan kebanyakan orang akan sosok badut. Akan tetapi teror dari ‘It’ sendiri sebenarnya lebih dari apa yang Pennywise hadirkan. Masing-masing anak dari The Losers memiliki rasa takut dan trauma mereka masing-masing, dan ‘It’ membuatnya menjadi kenyataan. Sebuah mimpi buruk yang tidak pernah diharapkan anak-anak The Losers.

Jika kamu mengharapkan satu film horror yang memiliki alur jumpscare intensity yang lambat, sayang sekali berarti ‘It’ bukan film yang tepat untukmu. Saya benar-benar tidak bisa memberi tahu tanpa spoiler, tetapi film ini tidak akan membiarkanmu menghela napas lega sedikitpun, atau bahkan berkedip. Kamu akan dibuat menerka-nerka sepanjang alur cerita, seolah merupakan anggota dari grup The Losers. Sang sutradara Andy Muschietti, yang terkenal lewat karya horror-psikologinya terdahulu yakni ‘MAMA’, mampu menyajikan elemen-elemen penting dalam novel ‘It’ dan memberikannya eksekusi yang luar biasa menakutkan.

Poin vital tentu saja harus saya berikan pada sosok Pennywise yang diperankan oleh Bill Skarsgard. Kualitas akting dan penampilannya sangat meyakinkan, tak sedikitpun membuat kita membandingkan Pennywise versinya dengan Pennywise versi Tim Curry di tahun 1990. Bill Skarsgard melebihi ekspektasi saya dalam membawakan satu terror yang sama jahatnya seperti sosok Freddy Krueger. Jaeden Lieberher, Sophia Lilis dan Chosen Jacobs yang berperan sebagai anggota geng The Losers, menurut saya juga memberikan satu lagi alasan valid mengapa ‘It’ sangat recommended.

Selain kualitas akting dan skrip yang rapi, film ini memiliki sinematografi yang halus dan elegan sehingga mampu memberikan sudut-sudut serta perspektif gambar adegan yang apik. Efek musik scoring gubahan Benjamin Wallfisch pun semakin membuat ‘It’ terdengar eerie. Singkatnya, ‘It’ milik Andy Muschietti ini adalah satu blockbuster yang membuat kita tidak berpikir dua kali untuk segera menontonnya dan, tentu saja, menginginkan sekuelnya pasca credit roll selesai diputar.

 

Hanifah Pramesti Photo Verified Writer Hanifah Pramesti

Hmm- Let me think...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya