[OPINI] Lunturnya Empati di Tengah Pandemi karena Mental Illness

Yakin cuma kesehatan tubuh yang harus dijaga?

Kita sudah tahu betul bahwa Covid menyerang kesehatan seseorang, dan imun tubuh menjadi hal utama yang harus dijaga untuk menghindari penularan virus ini. Selain masalah kesehatan, penurunan stabilitas perekonomian pun menjadi momok mayoritas orang, baik di Indonesia maupun negara lain.  Kedua hal ini menyebabkan mentalitas sebagai sasaran empuk selanjutnya untuk diserang.

Padahal mental inilah yang menjadi dasar kita untuk melakukan kegiatan sehari-hari, menyaring emosi, tetap berpikiran jernih dan mengarahkan pikiran untuk tetap positif serta melakukan hal-hal yang bermanfaat. Namun bahayanya, mentalitas ini mudah terganggu begitu saja. Apalagi di tengah pandemi yang tidak kurun membaik. Berita yang semakin memanas mengenai pandemi, terlalu lama melakukan self quarantine, semakin banyaknya warga yang terjangkit di daerah tempat tinggal, dan penghasilan yang menurun merupakan beberapa alasan terganggunya mentalitas.

Mentalitas menjadi hal kedua setelah kesehatan yang harus tetap dijaga. Waspadai efek psikologis berikut ini, karena mungkin saja saat ini anda sedang terjangkit Mental Illness dengan jenis Anxiety Disorder (gangguan kecemasan) tetapi tidak menyadarinya. Ciri-cirinya antara lain merasa cemas dan takut yang berlebih, mudah marah dan tersulut emosi karena mood yang berubah-ubah, negatif thinking dan over thinking

Kecemasan dan takut sebenarnya menjadi hal yang wajar, bahkan tanpa rasa cemas dan takut juga tidak baik dalam mengambil tindakan selama pandemi ini. Bayangkan saja, jika tidak ada rasa cemas dan takut akan tertular virus, pasti akan enggan untuk taat pada protokol kesehatan saat keluar rumah, dan mengakibatkan keresahan di lingkungan sekitar. Perlunya merubah mindset mengenai hidup dan mati ada di tangan Tuhan, karena hanya akan mengakibatkan lalainya kepada peraturan untuk kesejahteraan bersama.

Kecemasan dan rasa takut memang tetap diperlukan, tetapi akan menjadi Mental Illness jika kecemasan dan rasa takut tersebut menjadi berlebihan. Jangan jadikan kecemasan dan ketakutan menguasai dan mengatur pikiran kalian. Berikan porsi sewajarnya. Karena Kecemasan dan rasa takut yang terlalu besar dapat mengikis rasa empati dan rasa memanusiakan manusia. Contoh nyatanya adalah pengemudi ojek online yang mendapat perlakukan tidak sopan, penolakan warga terhadap warga lain yang menjadi tenaga medis untuk memasuki sebuah wilayah, bahkan penolakan jenazah pasien covid hanya karena cemas dan takut tertular.

Physical Distancing  disini bukan berarti Social Distancing dan mengesampingkan kemanusiaan. Rasa simpati, empati, sopan dan santun tidak ada kaitannya dengan penularan covid. Kita hidup berdampingan dan sewajarnya untuk saling membantu. Jangan sibuk memikirkan dan menyelamatkan diri sendiri dengan mengorbankan perasaan orang lain. 

Saat melakukan penolakan terhadap orang yang sudah membantu seperti para pengemudi ojek online, para garda terdepan yang rela mati-matian menyembuhkan pasien covid, bahkan masyarakat yang telah meninggal dan ditolak jenazahnya, tetap ada keluarga yang menanggung sakitnya penolakan tersebut. Karena mental illness itu seperti lingkaran setan, penolakan yang timbul karena mental illness seseorang akan berimbas menjadi mental illness yang baru bagi orang lain yang menanggung penolakan tersebut. 

Jika kita saling memahami dan mendukung, berpikir dan bersikap rasional, tetap tenang, dan positive thinking, itu semua akan memutus persebaran mental illness di tengah pandemi ini. Tetap jalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar, dengan mematuhi norma dan etika kemanusiaan. Karena dengan hidup di lingkungan masyarakat yang mampu menjaga norma dan etika kemanusiaan, maka akan baik pula suasana yang terbangun di dalamnya, dengan suasana yang baik maka akan nyaman untuk ditinggali, mudah untuk berpikiran positif dan mampu menjalani hidup seperti layaknya di situasi normal meskipun sedang ditengah pandemi ini. Karena selama kita mematuhi protokol kesehatan, maka kita akan terhindar dari penularan covid.

Baca Juga: [OPINI] Kartini, Emansipasi dan Masa Depan Perempuan Indonesia

Ummu Inayah Photo Writer Ummu Inayah

لا حول ولا قوة إلا بالله

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya