[OPINI] Menstruasi Bukan Hal yang Perlu Kita Sembunyikan

Roti tawar, pernah mendengar istilah itu dengan makna beda?

 “Pengalaman pertama kali menstruasi. Laki-laki dilarang lihat!

Sekiranya, begitu konsepsi dari tulisan yang terpampang dalam thumbnail salah satu video YouTube yang berisi edukasi seputar menstruasi, tetapi menyisikan kaum laki-laki. Lalu, apa yang terlintas di benakmu ketika mendengar kata menstruasi?

Masyarakat kita pasti sudah mengetahui bahwa menstruasi adalah proses berupa keluarnya darah dari vagina yang terjadi karena peluruhan dinding rahim. Proses tersebut dialami oleh perempuan sebagai siklus bulanan yang berlangsung selama kurang lebih 7 hari. Namun, pengetahuan umum akan menstruasi ternyata tidak sepenuhnya membuat masyarakat terlebih kaum laki-laki nyaman maupun bebas berbicara soal menstruasi. Meskipun zaman terus berkembang, kenyataannya perkara menstruasi masih dianggap tabu di beberapa wilayah di Indonesia atau bahkan negara-negara lain di dunia.

Apa yang dimaksud dengan tabu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V, tabu berarti hal yang tidak boleh disentuh, diucapkan, dan sebagainya karena berkaitan dengan kekuatan supernatural yang berbahaya (ada risiko kutukan); pantangan; larangan. Dalam konteks pembicaraan tentang menstruasi, kata tabu bermakna bahwa menstruasi menjadi topik yang tidak patut untuk diperbincangkan terlebih di tempat umum (publik).

Laporan Penelitian SMERU tentang Studi Kasus Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) Siswa SD dan SMP di Indonesia tahun 2019 menyebutkan bahwa di NTB, sebagian besar informan menyatakan menstruasi tabu dibicarakan terlebih di luar keluarga. Sementara itu, beberapa daerah seperti DKI dan NTT menganggap bahwa menstruasi tidak tabu dibicarakan, tetapi ada orang tua maupun perempuan yang merasa malu, risih, dan tidak pantas untuk membicarakan hal tersebut, sehingga tingkat keterbukaannya cenderung terbatas.

Di pedesaan seperti tempat saya tinggal (Sidaharja, Kab. Ciamis), menstruasi masih tergolong menjadi topik yang canggung dan memalukan untuk dibicarakan, terlebih bagi kaum laki-laki. Anak laki-laki sekolah dasar yang secara umur sudah menginjak usia pubertas dan bahkan telah diajarkan tentang haid di sekolah keagamaan nonformal, ternyata mengalami keterbatasan informasi tentang menstruasi dari keluarganya. Misalnya, ketika seorang anak laki-laki melihat bercak darah di kamar mandi atau pakaian anggota keluarga perempuannya dan menanyakan darah apakah itu? Anggota keluarga cenderung menutupi-nutupi fakta bahwa darah tersebut merupakan darah menstruasi.

Fenomena lainnya, perempuan biasanya mengatakan pembalut dengan istilah roti tawar ketika berada di tempat umum, terlebih jika terdapat anak kecil dan kaum laki-laki. Alhasil, istilah roti tawar menjadi sebuah kode rahasia yang hanya bisa dipahami oleh perempuan dewasa dan orang-orang tertentu saja. Tindakan seperti itu secara tidak langsung memberikan inferensi kepada masyarakat bahwa menstruasi perlu dirahasiakan. Kebiasaan-kebiasaan seperti itulah yang kemudian membuat menstruasi menjadi topik yang selalu dihindari untuk dibicarakan.

Lantas, salahkah jika kita mendiskusikan terkait menstruasi secara terbuka? Salahkah jika laki-laki membicarakan menstruasi bahkan saat di lingkungan keluarganya sendiri? Padahal, pengetahuan terkait sex education semacam itu penting dimiliki oleh setiap individu baik laki-laki maupun perempuan.

Masyarakat yang cenderung tertutup membicarakan menstruasi, pada akhirnya membuat anak-anak dan kaum laki-laki memiliki keterbatasan pengetahuan terkait menstruasi. Dampak itu menjadi lebih serius ketika perempuan sebagai pelaku yang mengalami menstruasi bahkan belum memiliki pemahaman yang mendalam mengenai menstruasi, seperti masih sulit membedakan mitos dan fakta seputar menstruasi yang beredar di kalangan masyarakat.

Persepsi bahwa anak belum siap diajak berdiskusi tentang seksualitas perlu kita hilangkan secara perlahan. Selama kita mengetahui bagaimana cara menyampaikan sex education pada anak secara tepat, diskusi akan berjalan dengan lancar dan anak akan selalu siap menerima informasi yang kita berikan. Oleh karena itu, ketersediaan informasi mengenai cara memberikan pendidikan seksual pada anak dalam keluarga pun perlu digalakkan.

Selain itu, kita bisa menghentikan penyebutan istilah pembalut dengan roti tawar, atau menghentikan kebiasaan-kebiasaan lain yang menimbulkan interpretasi bahwa menstruasi merupakan hal yang perlu disembunyikan. Karena pada hakikatnya menstruasi adalah sebuah proses alami, proses yang mengindikasikan bahwa seorang perempuan ada dalam kondisi normal.

Menstruasi itu hal yang manusiawi dan tak ada yang perlu ditutupi dari seseorang yang sedang mengalaminya. Mengalami menstruasi tak serta-merta menjadikan seseorang menjadi kotor atau tak suci, manusia tetaplah manusia apapun keadaannya.

Baca Juga: 6 Istilah dalam Siklus Menstruasi yang Perlu Dipahami

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya