[OPINI] Saat Pernikahan Menanggalkan Makna Substansinya

Karena menikah bukan hanya sekadar sah

Pernikahan merupakan suatu momen yang sakral, karena pernikahan mengintroduksi Tuhan sebagai entitas yang mempersatukan kedua insan. Oleh karena itu, pernikahan tidak luput dari ketentuan agama maupun hukum. Tujuan pernikahan pun tertuang begitu muhtasyam dalam Undang-Undang Indonesia yang menyatakan bahwa pernikahan dilaksanakan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Namun, pernikahan menjadi kehilangan makna substansinya saat manusia justru menetapkan pernikahan sebagai jalan keluar dari permasalahan pribadi atau bahkan travesti masyarakat sekitar. Sebab, tidak sedikit orang yang berkeinginan menikah karena merasa kesepian, membutuhkan teman, mendapatkan kehidupan yang lebih terjamin, atau keinginan memiliki momongan. Alasan semacam itu terjadi ketika Indonesia mengalami peningkatan angka pernikahan dini (early marriage) pada saat pandemi Covid-19. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengafirmasikan bahwa angka pernikahan dini meningkat menjadi 24.000 kasus saat pandemi. Berdasarkan penelitian Sindi Aryani (2021), salah satu alasan yang melatarbelakangi pernikahan tersebut ialah karena rasa bosan berada di rumah dalam jangka waktu yang lama.

Momen bahagia terkait pernikahan dan menikah saat ini juga banyak diunggah di sosial media. Hal tersebut lantas memungkinkan orang memiliki keinginan untuk segera menikah karena merasa akan menyandang kehidupan yang lebih mudah setelahnya. Pernyataan bahwa menikah itu indah seakan menjadi maklumat yang terus digaungkan, tetapi dalam konteks tertentu prestise tersebut justru mengenyampingkan perkara lain yang penting dalam sebuah pernikahan. Akhirnya, banyak orang yang ingin menikah hanya sekadar untuk mengobati rasa kesepian dan bosan, untuk menghilangkan perasaan cemas dan takut jika selamanya melajang, atau untuk menyembuhkan lukanya tanpa memiliki kesiapan mental dan pengetahuan terkait pernikahan.

Alasan-alasan tersebut seolah menjadikan pernikahan sebatas solusi dalam mengatasi kebutuhan pribadi, padahal menikah bukan hanya sekadar ‘sah’, tetapi juga tentang bagaimana membangun rumah tangga yang baik dan sehat berlandaskan agama maupun prinsip hidup. Jika kita menempatkan pernikahan sebagai ‘pelarian’ atas permasalahan yang menimpa diri, lantas bagaimana kita menghadapi permasalahan-permasalahan dalam dunia pernikahan itu sendiri? Dikatakan pula bahwa untuk bisa menghasilkan generasi yang sehat, maka kita harus lebih dulu sehat. Ketika diri ini masih memiliki mental yang belum siap, bagaimana nasib anak kita sebagai generasi penerus bangsa kelak? Kondisi seperti itulah yang memungkinkan timbulnya inner child negatif dalam diri seseorang.

Membangun sebuah rumah tangga bukan perkara yang mudah, pun menjadi orang tua–saat diri ini memiliki tanggung jawab yang begitu besar dalam membentuk karakter dan kepribadian anak. Itulah mengapa kesiapan mental dan fisik diperlukan sebelum memutuskan untuk menikah, di samping pemahaman dalam berumah tangga. Alasan-alasan pragmatis akan keinginan untuk menikah pada akhirnya dapat menghilangkan makna substansi dari pernikahan itu sendiri, kebahagiaan yang diharapkan setelah menikah pun hanya angan-angan belaka karena kita tidak mampu mengatasi persoalan yang terjadi. Tak ayal, alasan-alasan pragmatis seperti itu dapat menjadi faktor tingginya kasus perceraian maupun KDRT di negara ini.

Menikah adalah ibadah terpanjang, maka seyogianya pernikahan dibangun atas dasar keimanan, komitmen dan apresiasi untuk dapat menciptakan keluarga yang sejahtera. Menikahlah bukan karena kamu ingin seseorang senantiasa membahagiakanmu, karena sejatinya kebahagiaan merupakan tanggung jawab dirimu sendiri. Menikahlah bukan karena kamu merasa kesepian, karena hakikatnya manusia adalah makhluk yang dinamis dan fana. Menikahlah bukan karena tuntutan dari lingkungan sosial, karena kamu sendirilah yang akan menjalani kehidupan pernikahanmu nanti.

Menikahlah karena alasanmu sendiri yang siap untuk menikah.

Baca Juga: 5 Alasan yang Salah Saat Memutuskan untuk Menikah

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya