”Saya Indonesia, Saya Pancasila” –Tema Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun Ini

Memperingati hari lahir Pancasila melalui sejarah yang terukir

Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah suatu “bangsa baru “yang dapat dipisahkan dari sejarah. Kesuksesan dalam menyatukan Bangsa Indonesia yang majemuk dan plural mengalami proses sejarah yang tidak singkat dan memerlukan pengorbanan oleh para pendahulu kita. Meskipun Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan plural namun tetap menjadi satu kesatuan sebab lahirnya Pancasila.

Saat ini, ancaman pemecah belah bangsa Indonesia tidak hanya berasal dari luar Indonesia tetapi juga berasal dari dalam Indonesia. Sebagai generasi penerus kehidupan negara Republik Indonesia wajib mengetahui mengenai sejarah lahirnya Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dilansir dari situs Kantor Staf Presiden, tema peringatan hari lahir Pancasila tahun 2017 yang akan diperingati setiap tanggal 1 Juni adalah ”Saya Indonesia, Saya Pancasila”. Adapun tujuan dari penyelenggaraan Pekan Pancasila ini adalah untuk menguatkan dan memperkenalkan ulang dasar-dasar Pancasila dan untuk menarik minat para generasi muda terhadap Pancasila, sehingga diharapkan seluruh komponen bangsa Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sejarah Pancasila

”Saya Indonesia, Saya Pancasila” –Tema Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun Iniwww.aktual.com

Secara singkat, Lahirnya Pancasila adalah judul pidato yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Konsep dan rumusan awal “Pancasila” pertama kali dikemukakan oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPK tersebut.

Dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada tahun 1947, mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Ir. Soekarno itu berisi “Lahirnya Pancasila” :

”Bila kita pelajari dan selidiki sungguh-sungguh “Lahirnya Pancasila” ini, akan ternyata bahwa ini adalah suatu Demokratisch Beginsel, suatu Beginsel yang menjadi dasar Negara kita, yang menjadi Rechtsideologie Negara kita; suatu Beginsel yang telah meresap dan berurat-berakar dalam jiwa Bung Karno, dan yang telah keluar dari jiwanya secara spontan, meskipun sidang ada dibawah penilikan yang keras dari Pemerintah Balatentara Jepang. Memang jiwa yang berhasrat merdeka, tak mungkin dikekang-kekang! Selama Fascisme Jepang berkuasa dinegeri kita, Demokratisch Idee tersebut tak pernah dilepaskan oleh Bung Karno, selalu dipegangnya teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk mewujudkannya. Mudah-mudahan ”Lahirnya Pancasila” ini dapat dijadikan pedoman oleh nusa dan bangsa kita seluruhnya dalam usaha memperjuangkan dan menyempurnakan Kemerdekaan Negara.”

Rumusan Pancasila

”Saya Indonesia, Saya Pancasila” –Tema Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun Iniwww.kompasiana.com

Lahirnya Pancasila seperti saat ini yang digunakan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan plural tidak sekali rumusan langsung jadi, namun mengalami beberapa kali proses perubahan dalam rumusan Pancasila yang digagas oleh para tokoh bangsa, Muh, Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Berikut beberapa perubahan dalam rumusan Pancasila :
I.. Rumusan 1 (Mr. Muh. Yamin, secara lisan 29 Mei 1945)

  1. Peri Kebangsaan.
  2. Peri Kemanusiaan.
  3. Peri Ketuhanan.
  4. Peri Kerakyatan.
  5.  Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial).

II. Rumusan 2 (Mr. Muh. Yamin, secara tertulis 29 Mei 1945) :

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
  2. Kebangsaan persatuan Indonesia.
  3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

III.  Rumusan 3 (Dr. Supomo, 31 Mei 1945) :

  1. Persatuan.
  2. Kekeluargaan.
  3. Mufakat dan Demokrasi.
  4. Musyawarah.
  5. Keadilan Sosial.

IV. Rumusan 4 (Ir. Soekarno, 1 Juni 1945) :

  1. Kebangsaan Indonesia.
  2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan.
  3. Mufakat atau Demokrasi.
  4. Kesejahteraan Sosial.
  5. Ketuhanan yang berkebudayaan (Ketuhanan Yang Maha Esa, Ketuhanan yang berperadaban).

V. Rumusan 5 (Panitia 9/Piagam Jakarta, 22 Juni 1945) :

  1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemelukpemeluknya.
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

VI. Rumusan 6 (Pembukaan UUD 1945, 18 Agustus 1945) :

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
  3. Persatuan Indonesia.
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Burung garuda, Perisai, dan Bhinneka Tunggal Ika

”Saya Indonesia, Saya Pancasila” –Tema Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun Iniwww.bin.go.id

Burung Garuda, merupakan burung mistis dari Mitologi Hindu yang berasal dari India dan berkembang di wilayah Indonesia sejak abad ke-6. Burung Garuda melambangkan kekuatan, dan warna emas pada burung garuda itu melambangkan kemegahan atau kejayaan.

Kepala Burung Garuda yang menoleh ke kanan mencerminkan jalan yang benar, pemikiran orang zaman dulu yang menginginkan Indonesia menjadi negara yang benar dan  tidak menempuh jalan yang salah.

Burung Garuda dengan sayap yang mengembang siap terbang ke angkasa, melambangkan dinamika dan semangat menjunjung tinggi nama baik bangsa dan negara Indonesia.

Jumlah dalam setiap bagian burung garuda mencerminkan tanggal kemerdekaan Republik Indonesia :

  1. Jumlah masing-masing sayap bulunya berjumlah 17 yang mempunyai makna tanggal kemerdakaan negara Indonesia,
  2. Jumlah bulu ekor memiliki jumlah 8 yang melambangkan bulan kemerdekaan negara Indonesia, bulan Agustus yang merupakan bulan ke-8,
  3. Dan jumlah bulu-bulu di pangkal ekor atau  perisai berjumlah 19 helai dan di lehernya berjumlah 45 helai.

Perisai yang dikalungkan mengandung lima buah simbol yang masing-masing simbol melambangkan sila-sila dari dasar negara Pancasila, melambangkan pertahanan Indonesia.

Pita putih bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika, pada bagian bawah Garuda Pancasila terdapat pita putih yang dicengkeram bertuliskan ”BHINNEKA TUNGGAL IKA” .  “Bhineka” berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, Kata “Tunggal” berarti satu, dan Kata “Ika” berarti itu. Bhinneka Tunggal Ika merupakan kata dalam Bahasa Jawa Kuno yang berarti ” berbeda-beda tetapi tetap satu jua “. Perkataan itu diambil dari kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, seorang pujangga dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Berikut beberapa kutipan mengenai Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat dalam kitab Sutasoma :

“Rwaneka dhatu winuwus wara buddha wicwa, Bhineki rakwa, ringapan kene parwa nesen, mangkang jinatwa kalawan ciwa tatwa tunggal, bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.”

Artinya: ”antara ajaran agama budha dan hindu berbeda itu konon, namun kapan Tuhan dapat dibagi-bagi demikianlah kebesaran Tuhan adalah Satu, berbeda sebutan tetapi tunggal itu, tidak ada Tuhan yang dua.”

”Bwat bajrayana Pancasila ya gegen den teki haywa lupa, Mwang tekang Dasasila dharma kineyep sang srawaka pet hayu" . Artinya, selain menggelar brajayana/ spritual, Pancasila agar dipergunakan sebagai pegangan untuk kehidupan semua manusia, Jangan lupa itu,Sampai dengan ajaran Dasasila patut dihayati oleh para agamawan yang ingin mencapai kerukunan.

Pancasila sebagai sarana dalam menghadapi ancaman yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia

”Saya Indonesia, Saya Pancasila” –Tema Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun Iniwww.galeribudaya.com

Dewasa ini, Pancasila mungkin hanya dianggap suatu wacana. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya konflik yang terjadi dimana ancaman tdak hanya berasal dari luar Indonesia melainkan ancaman dari bangsa sendiri, bangsa Indonesia. Mereka yang kurang memahami nilai-nilai Pancasila, terjebak dalam sekat-sekat primordialisme dan terpecah dalam berbagai golongan suku, ras, agama, daerah dan kepentingan yang sempit.

Kita sebagai generasi penerus Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib menjadi generasi yang cerdas dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Jangan mudah diadu-domba oleh pihak-pihak tertentu yang ingin memecah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia demi kepentingan dan keuntungan kelompok tersebut. Yang wajib diingat untuk dipahami adalah perjuangan yang telah dilakukan oleh pendahulu kita adalah perjuangan yang tidak singkat dan nyawa menjadi taruhan kemerdekaan dan persatuan kesatuan negara Indonesia.

Kemajemukan dan Pluralisme wajib dihargai dan dibanggakan. Menjadikan kemajemukan menjadi suatu potensi semakin memperkaya Indonesia sebagai negara yang kaya. Mari kita secara bersama-sama menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia tidak hanya dipuja-puja karena kekayaan alam dan tanahnya yang subur melainkan karena Indonesia memiliki Pancasila.

Irma Sigalingging Photo Verified Writer Irma Sigalingging

Semoga tulisan saya bermanfaat dan menghibur.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya