[OPINI] Gaji di Bawah Rp 5 Juta Mau Beli Rumah? 99 Persen Mimpi!

Memiliki rumah di daerah Ibu Kota dengan penghasilan di bawah Rp 5 juta sebulan adalah 99% mimpi

Mungkin saya akan dimusuhi oleh banyak orang. Bahkan mungkin para motivator akan membenci dan menganggap saya bodoh karena tulisan ini. Namun tulisan ini 'Ada hitung-hitungannya'. Saya yakin 'hitung-hitungan' ini benar.

Sebelumnya, tulisan ini tidak ditujukan untuk Anda yang memiliki back-up ekonomi memadai dari orangtua atau siapa pun itu. Namun ditujukan buat kalian yang ingin berjuang dan menjadi bangga dengan pencapaian Anda sendiri.

Berawal dari seorang teman yang meminta tolong kepada saya, agar membantunya melaksanakan manajemen keuangan pribadi. Saya akhirnya banyak berbincang dengannya mengenai kemungkinan dapat membeli properti, dengan cara mengandakan gaji bulanan Rp 4,5 juta.

Saya tegas mengatakan, hal tersebut tidak mungkin. Namun mengingat dunia ini tidak ada yang tak mungkin, maka saya merevisi ucapan saya.

99% tidak mungkin jika dia bergaji Rp 4,5 juta per bulan dapat membeli properti di Jakarta. Sontak saja teman saya yang terhormat ini meng-counter opini saya.

“Loh, gw baca di internet, banyak artikelnya kok,” begitu kira-kira jawaban dia.

Saya yang kebetulan sudah membaca artikel-artikel di internet, coba menjelaskan hitung-hitungan kepada teman saya ini, beserta data-data untuk memperkuat opini saya. Memang, ada program pemerintah khusus pekerja bergaji Rp 4 juta bisa memiliki rumah, dan saya sangat mengapresiasi.

Rumah sederhana, yang penting punya rumah. Tapi jika ingin memiliki rumah, katakanlah di daerah Jakarta Barat seharga Rp 2 M, atau dalam jumlah ‘sederhana’ Rp 1 M. Apakah mungkin? Mari kita coba lihat.

Katakanlah harga rumah Rp 1 M, dan setiap tahunnya naik 10%. Maka lima tahun ke depan, harga rumah akan menjadi IDR 1,464 M. Kemudian gaji teman saya setiap tahunnya naik 15%. Dalam setahun, ia menerima 13 kali gaji (12 kali gaji dan 1 kali THR, tanpa bonus). Kemudian 30% dari gajinya ditabung untuk biaya DP rumah.

Dengan asumsi tersebut, maka di tahun pertama, ia akan memiliki tabungan sebesar Rp 17.550.000, dan dimasukkan ke dalam deposito berjangka dengan bunga 6,5% per tahun nett.

Kembali dengan asumsi tersebut, dalam lima tahun, ia akan memiliki tabungan sebesar Rp 132,4 juta. Sedangkan DP rumah menurut peraturan yang saya tahu, minimal 20% (Kecuali program DP 0% disetujui). Sehingga DP rumah menjadi Rp 292,8 juta.

Dari hitung-hitungan kasar di atas, teman saya mulai berpikir dan berkata, bahwa jika dia menabung 50% dari gajinya, maka hal tersebut akan tercapai. Namun setelah melakukan perhitungan ulang, ternyata tabungannya hanya akan menjadi Rp 220 juta.

Lalu saya mengajukan pertanyaan penting untuk teman saya ini. “Kalau nabung buat beli rumah 50% dari gaji, nabung buat nikahnya gimana?,” dan ia hanya tersenyum malu. Maklum jomblo.

Namun saya tidak mengatakan 100% tidak mungkin. 1% kemungkinan yang saya bicarakan adalah melalui jalur investasi, yang nilainya ‘gila-gilaan’ dan tingkat risikonya tinggi.

Ambil contoh seluruh tabungan teman saya tadi (50% dari gaji sesuai keinginannya) diinvestasikan dalam bentuk saham atau reksadana, yang dengan sangat kebetulan berhasil mencapai bunga fix 25% setahun. Maka dalam waktu lima tahun, biaya DP rumah di Jakarta akan tercapai.

Bahkan masih ada kembalian sekitar Rp 10 juta, dengan syarat seluruh asumsi saya dalam tulisan ini dipenuhi. Itupun teman saya harus rela makan di warteg selama dua tahun pertama.

Jadi intinya, saya tidak mengecilkan tulisan motivasi yang selama ini Anda baca. Namun saya mengajak Anda agar menggunakan perhitungan berdasarkan logika dalam menyikapi hal ini. Tentu saja gaji yang Anda miliki tidak mungkin dihabiskan hanya untuk DP rumah, kan?

Masih ada persiapan menikah yang semakin tahun kian mahal, lalu biaya transportasi dan mungkin biaya makan Anda. Belum lagi untuk asuransi (Jjika punya) dan biaya untuk refreshing. Memang ada jalan-jalan tertentu yang dapat memudahkan Anda memiliki properti.

Apalagi kalau orangtua Anda siap sedia menolong dalam hal keuangan. Namun saya tidak akan memperhitungkan hal itu. Karena akan membanggakan bila Anda memiliki sesuatu atas usaha sendiri, dibandingkan menyombongkan atas hasil bantuan orang lain. Bukankah begitu?

Maka lakukan perencanaan Anda untuk beberapa tahun ke depan. Investasilah sesuai minat, dan buat batasan-batasan tertentu yang harus Anda patuhi dalam menjalankan manajemen keuangan Anda.

Tentu saja, kemungkinan Anda untuk memiliki properti, terutama di Ibu Kota tetap terbuka lebar. Asalkan Anda tahu caranya. Kalau ada perusahaan lain menawarkan paket gaji yang lebih menarik, kenapa tidak?

Kievas Photo Writer Kievas

Professional Management Consultant and Inspector. Big passion in man power management and development. Menganalisa dengan logika dan data, bukan perasaan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya