Kesehatan Mental dan Fleksibilitas Digital Melalui 3isme  

Distraksi-flexing, apakah upaya pelarian dari kenyataan? 

Rasa tidak semangat dalam beraktivitas dirasa menurunkan performa dan berat untuk menjalankan produktivitas. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah mendistraksi diri dengan berselancar di media sosial secara berlebihan.

Di samping rasa semangat, ada rasa latah yang menghampiri, maklumlah sekarang apa-apa diunggah di media sosial, jadi kalau gak melihat medsos seperti ada yang kurang. Akibatnya, kerapkali ketakutan akan ketinggalan tren atau FOMO atau fear of missing out.

Namun, distraksi ini menyebabkan kita kadang meninggalkan tugas utama dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi media untuk ingin menjauh dari rasa jenuh, bahkan denial dari perasaan terpuruk.

Ingin menghindar dari rasa pening akibat revisi skripsi yang gak ada abis-abisnya, lingkungan kerja toxic, karier yang bertentangan dengan kemauan keluarga, bahkan melakukan silent treatment dengan pasangan.

Memperlihatkan pencapaian atas diri sendiri adalah salah satu cara merepresentasikan kepada dunia inilah saya! Namun, jika sudah melewati batas dan berlebihan seperti terus-terusan ingin menunjukkan kepada orang lain seperti teman sekelas, teman sepermainan, teman sepersaingan, bahkan mantan pacar akan mengarah pada perilaku flexing atau pamer.

Fenomena pandemik COVID-19

Dengan fenomena pandemik COVID-19 menambah beban kesehatan mental kita. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, kasus gangguan mental dan depresi di Indonesia mengalami peningkatan hingga 6,5 persen selama pandemik COVID-19. Gangguan psikologis yang dialami oleh sedikitnya 12 juta jiwa itu terjadi pada kelompok usia produktif rentang usia 15--50 tahun.

Para pemimpin dari perusahaan Silicon Valley sudah mewanti-wanti efek samping yang dihasilkan media sosial. Mungkin ada yang sudah tahu Silicon Valley dan ada yang belum tahu. Yup, Silicon Valley pencetus digitalisasi dunia yang diadopsi oleh bermacam-macam start-up.

Para pemimpin dari perusahaan Silicon Valley mendidik anak-anak mereka untuk tidak terlalu sering bermain di dunia internet karena menyadari komentar-komentar yang tidak terkendali itu dapat merusak kualitas pribadi.

Fleksibilitas penerapan digital melalui 3isme: Face2FaceIsme, KuotaIsme, dan WifiIsme

Face2FaceIsme adalah diadakannya konsultasi dengan psikolog dan psikater ke dalam posyandu (Pusat Pelayanan Terpadu) dan puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Hal ini karena Posyandu dan Puskesmas cukup aktif dan efektif di pedesaan. Dengan adanya kedua pelayanan ini, berkonsultasi dapat dilakukan secara langsung.

KuotaIsme merupakan kuota reguler yang dapat dibawa ke mana-mana memudahkan pengguna untuk mengetahui informasi seputar kesehatan mental seperti di Instagram, TikTok, maupun situs-situs kesehatan. Dengan memanfaatkan digitalisasi perlu diadakannya aplikasi khusus kesehatan mental agar memudahkan masyarakat berkonsultasi ke psikolog maupun pskiater baik melalui chat maupun video call.

Sementara itu, WifiIsme adalah pedesaan di Indonesia masih sayup-sayup akan sinyal internet. Meskipun begitu ada rumah di pegunungan yang sudah memasang wifi dan tentunya itu masih jarang-jarang. Rumah yang memasang wifi tersebut bisa dijadikan konseling online bergilir. WifiIsme ini selayaknya didanai oleh negara dan ditujukan untuk pedesaan di pegunungan yang sulit dijangkau oleh sinyal kuota reguler.

Agenda kesehatan dalam KTT G20

Isu kesehatan menjadi salah satu isu prioritas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Indonesia sebagai tuan rumah G20. Hal ini merupakan kehormatan luar biasa yang membanggakan dan bukti kepercayaan dari masyarakat dunia kepada Indonesia. Presidensi G20 Indonesia puncaknya akan dilaksanakan pada November mendatang di Bali, yang bertemakan “Recover Together, Recover Stronger”.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa Kemenkes, selaku Ketua Health Working Group telah menetapkan tema “Menata Ulang Arsitektur Kesehatan Global”. Dengan adanya Presidensi G20, Indonesia memberikan peluang kepada para gen-Z untuk memberikan sumbangsih berupa 1000 Aspirasi Indonesia Muda.

Untuk mendorong berbagai pemikiran guna menghasilkan output perubahan yang berarti dan kearah yang lebih baik akibat pandemik COVID-19 yang tidak memberikan kepastian dan tak tentu arah terhadap kondisi dunia.

Sudah saatnya kita berjalan bersama dan saling berpegangan tangan demi memperkuat tata kelola kesehatan baik skala nasional maupun dunia. Dengan menyadari kesehatan mental dari kita sendiri terlebih dahulu, karena diri sendiri selayaknya lebih aware terhadap apa yang dirasakan. Cara menanggulanginya ialah merasakan perasaan-perasaan tersebut, kemudian mencari tahu penyebab perasaan-perasaan tersebut. 

Baca Juga: 5 Tips Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental Bagi Lansia

Melankolia Lia Photo Writer Melankolia Lia

Menghayal dan menulis, tapi inget realita.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ananda Zaura

Berita Terkini Lainnya