[OPINI] Reuni 212, Jangan Menjadi Muslim yang Bermental Khawarij

Mari menjaga akhlak, baik dalam perkataan dan perbuatan!

Rasa syukur kita haturkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan kebahagiaan yang menyelimuti hati masyarakat Indonesia. Rasa syukur yang perlu juga kita ungkapkan karena atas izin dan rahmat Allah, umat Islam Indonesia bersatu dengan dasar ukhuwah Islamiyah yang tinggi pada tanggal 2 Desember 2018, serta mampu memberikan keberkahan dan kesejukan juga bagi masyarakat DKI.

Dengan damai dan berkahnya kegiatan tersebut, maka dapat ditepislah isu-isu yang berkembang sebelum ini tentang aksi atau kegiatan tersebut sarat dengan agenda politik dari salah satu kubu politik. Meskipun dalam aksi tersebut memang dihadiri oleh para politisi yang akan mengikuti perhelatan demokrasi di tahun 2019.

Dengan demikian, kita harus sepakat bahwa aksi damai reuni 212 bebas dari unsur-unsur atau agenda politik, karena tidak ditemukan satupun indikasi yang kuat unsur politik dalam aksi tersebut. Serta kemudian kita harus mengapresiasi semua pihak terkait karena telah memegang kokoh budaya demokrasi di Indonesia tercinta ini.

Namun, kegemilangan aksi ini rasanya dirusak oleh beberapa oknum masyarakat yang melakukan sikap dan perkataa yang tidak menggambarkan citra muslim yang sesungguhnya. Apabila kita amati aktivitas beberapa akun media sosial, ditemukan bahwa masih ada yang melakukan tindaka yang mengolok-olok pihak yang berseberangan pendapat mengenai aksi ini. Baik yang menyasar mereka yang tidak setuju dengan aksi ini, atau yang menyasar kelompok masyarakat yang berseberangan dalam hal pilihan politik.

Perkara lain yang amat disayangkan adalah membangun opini dengan mempertanyakan keislaman seseorang yang bersyahadat hanya karena memiliki perbendaan pandangan dalam aksi ini dan pilihan politik. Jika dirunut kembali pada sejarah Islam, gejala-gejala sikap yang demikian merupakan bentuk sikap yang dipelihara oleh kelompok Khawarij. Sebagaimana yang diketahui bahwa Khawarij merupakan paham dari suatu kelompok yang mudah mengkafirkan orang lain, atau dalam penyampaian yang halus, kelompok ini gemar mempertanyakan keislaman orang-orang yang bersyahadat.

Etika di dalam Islam telah mengatur bahwa apapun motifnya, muslim dilarang untuk mengkafirkan dan mempertanyakan keislaman saudara seagama sebelum ada hujjah yang kuat atas batalnya keislamannya. Lantas bagaimana mungkin seorang Muslim mempertanyakan keislaman  saudara seagamanya, hanya karena perbedaan dalam hal pandangan terhadap sebuah aksi atau perbedaan dalam pilihan politik.

Terkait dalam hal ini, sudah sepatutnya muslim betul-betul menjaga akhlaknya secara menyeluruh agar Islam betul-betul tampak sebagai Agama yang rahmatan lil ‘alamiin. Pudarnya akhlak yang membuat seorang muslim tampak seperti kaum khawarij inilah yang pada nantinya akan menghancurkan Islam dari dalam. Bukankah ketika sekelompok muslimin memelihara sikap yang demikian pada nantinya akan menimbulkan kehancuran dan kekacauan? Bukankah sejarah telah mencatat bahwa terjadinya perpecahan di kalangan umat Islam di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib salah satunya ditimbulkan oleh kelompok muslim yang bermental seperti ini? Mudah mengkafirkan dan mendiskreditakan orang yang tidak mau ikut dalam kelompoknya?

Janganlah hendaknya ketika beberapa umat Islam telah berupaya menegaskan betapa agungnya Islam dengan memperkuat ukhuwah ketika mampu menyatukan umat Islam, malah dinodai dengan akhlak yang tidak patut sehingga memudarkan kembali citra Islam yang sesungguhnya.

Muslim hendaknya menyadari kembali sikap-sikap yang tidak patut untuk dilakukan dan berupaya sekuat mungkin untuk menyampaikam hakikat keislaman yang sesungguhnya. Sehingga, setiap gerakan yang dilakukan benar-benar akan menjadi inspirasi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, dan kemudian menegaskan bahwa Islam betul-betul merupakan agama “Rahmatan lil ‘Alamiin”.

Mari sadari kembali atas sikap dan perkataan yang kita lakukan dengan mengatasnamakan agama. Sudahkan hal tersebut dilakukan atas dasar keluhuran akhlak dan nilai-nilai keislaman yang sesungguhnya, atau malah menunjukkan bahwa kita memelihara sikap dan mentalitas yang buruk layaknya orang-orang Khawarij.

Baca Juga: Relawan Sediakan 1.500 Paket Makanan Gratis, Inilah 11 Fakta Reuni 212

Mohammad Aliman Shahmi Photo Writer Mohammad Aliman Shahmi

Seorang anak bujang yang tengah berusaha untuk bertaubat demi pengokohan prinsip yang senantiasa digoyahkan oleh perubahan zaman.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya