Untuk Ustaz Arifin Ilham: Kebenaran Tak Perlu Diperlihatkan

Seorang figur publik memiliki lebih dari satu istri

Akhir-akhir ini media sosial kembali dihebohkan dengan pembahasan mengenai satu pemuka agama yang memiliki istri tiga dan menunjukkannya kepada publik. Hal ini tentu saja menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Di samping persoalan poligami masih diperdebatkan karena merupakan sesuatu yang sulit untuk diterima, tampilnya seorang figur publik sekaligus tokoh agama tentunya akan menimbulkan penilaian yang miring dan merepresentasikannya sebagai wujud dari agama itu sendiri.

Memang benar, di dalam Islam poligami itu dibenarkan. Ada ayat Alquran yang menjelaskan tentang diperbolehkannya seorang laki-laki untuk memiliki istri lebih dari satu, dengan syarat utama harus mampu untuk adil dengan seadil-adinya. Maka, jelaslah bagi kita bahwa memiliki istri lebih dari satu orang itu bukanlah sebuah kesalahan, apabila dilakukan sesuai dengan tuntunan serta memenuhi persyaratan yang ada. Di samping memaknai sebuah ikatan pernikahan adalah sebuah komitmen yang kuat dalam hal menjaga keutuhan sosial, bukan sekadar memenuhi kebutuah biologis dan emosional belaka.

Kendatipun demikian, meskipun memandang bahwa apa yang kita lakukan itu adalah sebuah kebenaran. Itu bukanlah serta merta melegitimasi diri kita untuk menunjukkannya kepada khalayak umum. Taruhlah kita berpersepsi ingin menunjukkan bahwa berpoligami itu bisa rukun dan tenteram, serta ingin menepis anggapa masyarakat bahwa poligami itu identik dengan perselisihan. Namun kita tidak bisa menegaskan persepsi pribadi kepada orang lain, karena sejatinya setiap orang memiliki persepsinya sendiri dan memiliki prinsip yang bisa saja menolak dengan apa yang kita lakukan.

Bisa saja orang lain setuju dengan apa yang kita lakukan, yakni berpoligami. Namun, belum tentu mereka akan setuju dengan tindakan kita yang menunjukkannya ke khalayak ramai. Belum lagi, anggapan miring dari mereka yang menolak tindakan poligami ini, sudah tentu itu akan membuat stigma negatif kepada pemuka agama.

Apalagi jika persoalan ini sudah dimanfaatkan oleh para “tukang nyinyir” di media sosial yang selama ini sentimen kepada pemuka agama. Sudah tentu, situasi sosial masyarakat akan semakin “gaduh” karena pergolakan pandangan di antara masyarakat yang seharusnya tidak terjadi.

Terkadang, saya malah berfikir mengapa persoalan yang sejatinya adalah hal yang sifatny sangat pribadi ini diperlihatkan di permukaan umum. Apalagi dilakukan oleh seorang pemuka agama. Bukankah, itu hanya dilakukan oleh para selebritis demi menggenjot popularitas? Jika memang ingin meluruskan pemahaman masyarakat tentang poligami, sudah sepatutnya hal tersebut dilakukan dalam ruang terbatas, di mana kita mampu menjelaskan tentang pemahaman tersebut secara sistematis.

Namun jika ditunjukkan di ruang umum dan terbuka seperti media sosial ini? Sudah tentu apa yang kita tuju itu tidak akan tercapai, karena kita tidak bisa mengakomodir pemahaman orang banyak, dan kita juga tidak bisa menepis pengaruh pihak-pihak yang tidak setuju dengan apa yang kita lakukan.

Jadi, saya berpandangan bahwa sepatutnya seorang pemuka agama itu lebih mengetahui bagaimana menempatkan diri di ruang terbuka. Menjauhkan diri dari tindakan yang menimbulkan fitnah itu hendaklah dipegang secara erat, meskipun fitnah tersebut datang dari ketidaktahuan atau kesalahfahaman masyarakat tentang apa yang kita lakukan.

Kadangkalah, kebenaran itu tidak senantiasa harus diperlihatkan. Karena gejolak penolakan akan kebenaran itu bisa saja menimbulkan polemik. Namun, kebenaran itu harus disampaikan dengan cara yang benar tepat, agar nilai-nilai kebenaran itu bisa disampaikan secara menyeluruh, dan pemahaman-pemahaman yang keliru bisa diakomodir dengan baik. Kemudian, kita bisa mengokohnya sebagai sebuah kebenaran yang bisa diterima secara lapang.

Mohammad Aliman Shahmi Photo Writer Mohammad Aliman Shahmi

Seorang anak bujang yang tengah berusaha untuk bertaubat demi pengokohan prinsip yang senantiasa digoyahkan oleh perubahan zaman.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya