[OPINI] Revitalisasi Nilai-nilai Bangsa: Seberapa Penting?

Mulai terkoyak dimakan globalisasi, waktunya bangun!

Hadirnya kemajemukan di Indonesia telah menjadi takdir yang mau tidak mau harus kita terima, menjadikan pula Indonesia sebagai negara kaya dengan berbagai macam suku bangsa dan kepercayaan yang berbeda mulai dari Sabang hingga Merauke. 

Namun, tidak dapat dipungkiri jika kemajemukan seperti ini ditambah dengan sejarah jajahan yang kelam menjadi salah satu latar belakang terbentuknya kelompok-kelompok berkeinginan subyektif yang menghendaki dasar negara berdasarkan paham agama maupun ideologi dan semangat kedaerahan atau kepercayaan tertentu. Pancasila sebagai dasar kehidupan bernegara dan berbangsa sengaja diciptakan para tokoh Indonesia dahulu agar kemajemukan tersebut dapat melebur menjadi satu dalam pencapaian kesepakatan bersama.

Mengingat waktu yang terus berjalan beriringan dengan proses modernisasi dan globalisasi yang semakin pesat hingga pada dewasa ini menjadikan hadirnya berbagai tantangan dan ancaman ke dalam ruang lingkup kehidupan bermasyarakat. 

Dimana hal ini akan berdampak besar terhadap nilai-nilai yang akan semakin termarginalkan dengan hadirnya berbagai ideologi dan idealism multikultular dan multi dimensi. Yang mana selanjutnya akan berujung pada memudarnya nilai-nilai kebangsaan, kebhinekaan dan keragaman yang mulanya menjadi kebanggaan bangsa Indonesia namun kini terus terkoyak menghadapi realitanya. 

Indikasi dari hal ini dikarenakan mudahnya dijumpai generasi yang memiliki semangat nilai kebangsaan yang mulai pudar, hadirnya berbagai kelompok separatism, teroris dan pemberontak yang sering mengatasnamakan kepercayaan dan suku.

Rakyat Indonesia yang dikenal cukup ekstrimis terlebih mengenai kepercayaan menjadi tantangan baru yang perlu diluruskan dan diperhatikan lebih jauh. Jangan sampai, semangat nasionalis lantas berujung dengan perpecahan antar umat berbangsa.

Cukup miris memang, apalagi saat melihat semakin meningkatnya penjualan produk lokal dengan nama keKorea-Koreaan dan kebarat-baratan. Misalnya:

Sneaker Wanita Korea

Bantal Korea

Baju Wanita Korea

Ingat. Produk lokal. Lantas, apa yang salah?

Penulisan berbagai produk buatan anak bangsa  dengan nama negara orang lain.. Apa itu tak mengerutkan dahimu?

Saat kita semua tahu, Korean Wave yang begitu derasnya masuk ke berbagai negara pinggiran di dunia menjadikan semakin mudahnya menyusup berbagai ideologi dan gaya hidup masyarakat tersebut. Mirisnya yang kemudian berakhir 'diikuti' oleh negara-negara lain.

Padahal, bangsa kita sangat kaya dengan potensi yang ada. Bukannya memaksimalkan, namun justru generasi muda seakan-akan melupakan identitasnya sendiri karena gelombang tadi.

Sebagai Generasi Z yang merasakan derasnya arus globalisasi secara langsung, sejak lahir hingga saat ini, saya pun cukup takjub dibuatnya. Mengapa produk-produk dalam negeri sangat mudah menggunakan nama negara lain, di saat kita sendiri butuh mengangkat citra Indonesia?

Oleh karenanya, sebagai generasi muda yang hidup di era digitalisasi maka kita memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengangkat kembali nilai-nilai kebangsaan khususnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Hal ini demi meneguhkan kembali jati diri bangsa dan membangun kesadaran tentang sistem kenegaraan sehingga diharapkan negara Indonesia dapat tetap menjaga keutuhan dan mampu menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah terpaan arus globalisasi dan modernisasi yang semakin merajalela di dalam kehidupan masyarakat saat ini.

Lantas sudahkah kamu berkontribusi dalam upaya revitalisasi nilai-nilai bangsa di masa ‘genting’ ini?

Baca Juga: [OPINI] Sesat Pikir Konsep Consent yang Dianggap Legalisasi Zina

Nurul Huda Rahmadani Photo Verified Writer Nurul Huda Rahmadani

cats

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya