Skripsi Bukan Sekadar Tugas, Tapi Tentang Tanggung Jawab Pada Orangtua

Salah satu bentuk bakti kita pada mereka

Skripsi merupakan tugas akhir dari seorang mahasiswa untuk mendapat gelar sarjana, tetapi tak sedikit mahasiswa yang tidak menyelesaikan tugas ini. Bukan karena tidak pintar atau sulitnya tugas ini. Banyak alasan yang membuat mahasiswa “menunda” untuk menyelesaikan skripsinya. Dosen susah ditemui, data yang sulit didapat, atau sekarang sudah bekerja buat apa menyelesaikan skripsi? 

Yap, alasan itu yang sering didengar. Tetapi coba perhatikan, bukankah skripsi yang membuat mahasiswa sendiri, mulai dari masalah, judul, data, semua akan ditentukan oleh mahasiswa tersebut. Dosen pembimbing hanya sekedar membimbing, mengarahkan supaya skripsi yang dibuat mahasiswa sudah benar sesuai dengan aturan yang ada. Lalu bagaimana dengan mahasiswa yang telah berhasil menyelesaikan skripsi? Apakah mereka tidak mengalami kesulitan?

Coba perhatikan dan renungkan, skripsi ibarat sebuah kehidupan dimana terdapat masalah yang harus dihadapi, ketika masalah akan dipecahkan ada saja tantangan-tantangan yang harus dilewati, misalnya susahnya menemui dosen, ada data yang susah di dapat dan lain sebagainya. Bukankah masalah harus dihadapi dan diselesaikan? Nah begitu juga dengan alasan-alasan yang “tak masuk akal ini” harus diselesaikan. Kerjakan saja skripsi sesuai dengan arahan dosen, catat dan lakukan apa yang diminta. Jika memang sulit ditemui, jangan menyerah, buatlah janji dan yakinkan bahwa dirimu ingin menyelesaikan skripsi. Karena pada dasarnya dosen pun  akan senang jika mahasiswanya lulus tepat waktu.

Ada juga mahasiswa yang terlena karena sudah bekerja dan mendapatkan uang yang banyak, bisa jalan-jalan dengan bisnis atau pekerjaannya meskipun skripsi belum diselesaikan. Ingat saja, bagaimana dulu kamu berjuang untuk masuk ke universitas dan meminta izin kepada orang tua untuk kuliah. Bukankah orang tuamu menunggu wisuda? Walau uang dan pekerjaan sudah kamu dapatkan atau kamu sudah dapat memberikan uang kepada orang tua, tetapi ada kekosongan hati dari orang tuamu. Melihat anaknya memakai toga dan foto bersama anaknya saat wisuda.

Ini adalah tanggung jawab sebagai anak kepada orang tua. Melihat anaknya wisuda saat TK saja sudah senang, apalagi melihat anaknya wisuda sarjana. Yakin nggak mau buat orang tua senang?

Baca Juga: [OPINI] Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Bagi Kehidupan

Priesda Dhita Melinda Photo Writer Priesda Dhita Melinda

Seorang ibu pekerja yang memiliki 1 anak, menulis adalah salah satu menghilangkan kepenatan dan pengungkapan hati yang diam.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya