Virus Corona Bikin Semua Berhenti Tanpa Aba-Aba

#SatuTahunPandemik COVID-19

Enam Belas Maret Dua Ribu Dua Puluh, hari yang aku tunggu. Inginnya, semua fokus terhadapku karena hari itu aku berulang tahun ke-22. Aku bangun menggunakan baju yang telah kusiapkan dari semalam, dengan sepatu baru dan tas baru. Tetapi, ada hal yang lebih dikhawatirkan dibanding mementingkan ulang tahunku. Tepat di hari itu, aku dan teman-teman kantor bersiap-siap untuk membersihkan meja dan barang-barang agar dibawa pulang.

Hari itu adalah persiapan pertama kali untuk bekerja di rumah atau Work From Home (WFH) karena angka korban terinfeksi Covid-19 mulai meningkat di Indonesia. Langit seperti ikut sedih dengan situasi yang ada, hujan lebat dan petir tak henti dari sore hingga malam.

Ulang tahunku sepi namun tetap berharga. Beberapa teman terdekat memberikan surprise di kantor meskipun yang lainnya tidak bisa datang karena cuaca buruk dan situasi pandemik. Aku tetap bersyukur. Aku membuat reservasi di salah satu restoran dan menikmati live music dengan sahabat.  Tempatnya sangat sepi, sebab social distancing sudah dilakukan. Aku pun hanya menghabiskan waktu berdua . Terlebih lagi aku anak kos, tidak tinggal bersama keluarga. Biasanya ulang tahun menjadi hari yang paling meriah dihabiskan bersama teman-teman, tapi kala itu aku sadar, situasi sudah berubah.

Aku pengguna ojek online yang sering tidak peduli jika diberikan masker oleh pengemudi , tetapi sekarang rajin mengumpulkan masker dari segala jenis, kain, surgical, daily mask, dan sebagainya. Aku yang hanya cuci tangan ketika hendak makan, kini membawa hand sanitizer ke mana pun. Aku yang hangat saat menyapa teman, kini mengubah pelukan dengan salam Namaste.

Awalnya, sulit. Berat sekali. Semua aktivitas berubah, gaya hidup juga berubah. Kerja sudah tidak di kantor, dan harus di kos. Biasanya bertemu teman-teman setiap minggu, menghabiskan waktu mendengarkan live music tetapi karena wabah virus corona, semua berhenti tanpa aba-aba.

Setahun sudah kita melewati wabah ini dan belum juga usai. Mau tak mau, harus terbiasa. Mengubah pelukan fisik, menjadi peluk emoticon. Meskipun berjarak, namun tetap mesra dalam virtual meeting. Saling menguatkan dan memberi semangat. Menjadi lebih kreatif agar produktif meskipun tidak di kantor.

Karena WFH sudah berjalan hampir setahun ini, aku kembali tinggal bersama orangtua dan sebentar lagi, aku akan berulang tahun ke-23. Hati ini sudah semakin kuat dan bersabar. Bahkan sudah tidak ada lagi niat ke luar rumah. Pandemik ini mengajarkan aku arti dari quality time sebenarnya. Tidak perlu hal-hal eksternal, bahkan di rumah saja kita bisa menciptakan kebahagiaan.

Siapa yang menyangka bahwa bekerja di rumah bisa menjadi efektif. Memang awalnya sulit, karena aku yang extrovert ini terbiasa bertemu orang dan bersosialisasi. Sempat mengalami mental breakdown.

Merasa terkurung dan rindu dengan sosialisasi. Setelah setahun dilewati, sudah semakin kuat dan terbiasa. Aku rasa kamu juga merasakan hal yang sama kan? Sebenarnya semua itu sulit karena belum terbiasa.

Aku sudah tidak sabar menghabiskan waktu di hari lahirku tahun ini. Menikmati momen hangat di tengah pandemik. Bertahun-tahun kita menerima ucapan “Selamat ulang tahun dan sehat selalu”. Dulu kalimat itu seakan ucapan formalitas, kini memiliki makna yang dalam. Untuk kamu, selamat menikmati harimu, sehat selalu ya.

#SatuTahunPandemik adalah refleksi dari personel IDN Times soal satu tahun virus corona menghantam kehidupan di Indonesia. Baca semua opini mereka di sini.

Baca Juga: Memulai Pandemik di Negeri Ratu Elizabeth dan Trauma yang Dalam

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya