Digitalisasi UMKM Sebagai Solusi Pemulihan Ekonomi Pasca COVID-19

E-commerce membantu UMKM memasarkan produk lebih efektif

UMKM menjadi salah satu sektor paling terdampak akibat pandemi COVID-19 yang melanda sejak 2020 lalu. Pembatasan kegiatan masyarakat demi menghentikan laju penyebaran virus corona membuat pelaku UMKM harus berperang melawan kondisi sulit ini. 

UMKM menghadapi masalah keuangan dan non-keuangan akibat pandemi. Penurunan jumlah pesanan, kenaikan harga bahan baku hingga sulitnya distribusi adalah masalah non-keuangan yang mereka hadapi. Sementara, mereka juga harus menghadapi masalah keuangan seperti kesulitan membayar upah pekerja, asuransi, utang usaha, serta tagihan rutin lainnya.

Banyak pengusaha kecil yang menutup bisnis. Sebagian lagi terpaksa mengurangi jumlah jam kerja atau bahkan mengurangi karyawan demi mempertahankan bisnis. Kondisi ini menciptakan jumlah pengangguran yang melonjak akibat pandemi.

Berdasarkan hasil survey yang diterbitkan oleh Bappenas pada Desember 2020, UMKM rata-rata mengalami penurunan pendapatan sekitar 40% hingga 80% yang mulai dirasakan pada Maret 2020 saat pandemi masuk ke Indonesia. Penurunan omset ini tentu saja berpengaruh pada penurunan keuntungan hingga menyentuh angka 89%. Padahal sejatinya UMKM merupakan salah satu penyumbang PDB terbesar karena jumlah serapan tenaga kerja dan kegiatan subtitusi produksi barang kosnumsi dan barang setengah jadi.

Melihat situasi ini, pemerintah Indonesia berkomitmen mengeluarkan kebijakan strategis penanggulangan dampak pandemi guna menyelamatkan UMKM. Beberapa langkah yang diambil di antaranya adalah penundaan angsuran pokok dan bunga UMKM, insentif perpajakan bagi UMKM, hingga bantuan modal kerja khusus untuk UMKM yang terdampak pandemi. Kebijakan-kebijakan ini termasuk ke dalam upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Membuahkan hasil, upaya yang dilakukan pemerintah menunjukkan sinyal positif pada pemulihan ekonomi UMKM. Merujuk laporan yang diterbitkan Pusat Penelitian Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Badan Keahlian DPR RI pada Mei 2021, kondisi keuangan sektor UMKM cenderung membaik di kuartal I tahun 2021. BRI Micro & SME Index (BMSI) berada di angka 93,0 dibanding sebelumnya 81,5 di kuartal IV tahun 2020.

Tentu saja UMKM gak bisa terus-menerus menunggu bantuan pemerintah untuk bertahan melawan pandemi. Untuk memperkuat bisnisnya, UMKM harus mampu beradaptasi dengan kehidupan new normal, salah satunya adalah digitalisasi.

Digitalisasi adalah solusi bagi UMKM untuk bangkit 

Digitalisasi UMKM Sebagai Solusi Pemulihan Ekonomi Pasca COVID-19ilustrasi jual beli online (pexels.com/MART PRODUCTION)

Aturan pembatasan mobilitas yang dikeluarkan di masa pandemi membuat masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Kita akhirnya familier dengan istilah work from home dan school from home. Kegiatan-kegiatan rutin ini mulai dilakukan secara daring menggunakan teknologi digital.

Kegiatan jual beli otomatis juga mengalami perubahan dimana konsumen lebih memilih berbelanja di marketplace berbasis digital. Itulah mengapa bisnis yang berkarakteristik Hygiene, Low-Touch, Less-Crowd, dan Low-Mobility menjadi pilihan di era new normal. Untuk mampu bertahan dan bersaing, UMKM hendaknya beradaptasi dengan kondisi ini. Pelaku usaha perlu melakukan invoasi digital dalam pendistribusian barang dan jasa.

Sebagai contoh, misalnya produk tas kulit yang menjadi andalan daerah Cibaduyut, Bandung. Selama pembatasan kegiatan masyarakat, para pengrajin tas tentu saja mengalami penurunan omset karena jumlah wisatawan yang berkurang drastis. Jual beli daring gak mengharuskan penjual dan pembeli bertatap muka adalah solusi satu-satunya. Semua transaksi dimulai dari pemesanan hingga pembayaran cukup dilakukan melalui ponsel yang terkoneksi dengan internet.

Dengan membuka toko online di e-commerce atau marketplace, UMKM di Cibaduyut dapat mengenalkan dan memasarkan produk tas mereka tanpa batasan jarak. Bahkan, sistem digital memungkinkan produk UMKM menjelajah hingga pasar internasional.

Seiring dengan peningkatakan tren jual beli online, pemerintah saat ini gencar mendorong UMKM untuk beralih ke sistem digital. Dalam pidatonya di pembukaan rapat koordinasi nasional (rakornas) transformasi digital dan pendataan lengkap koperasi dan UMKM pada 28 Maret lalu, Presiden Jokowi mengatakan jumlah UMKM yang beralih ke sistem digital mencapai 17,5 juta dari target 20 juta UMKM di akhir 2022. Jumlah ini akan terus digenjot dengan target 30 juta UMKM on board ke platform digital di tahun 2024.

Peran millennial dan gen Z pun sangat dibutuhkan untuk membantu pelaku UMKM bangkit dari keterpurukan ekonomi. Sebagai kaum yang akrab dengan teknologi, anak muda adalah kelompok yang paling gemar belanja online karena alasan efisiensi dan efektivitas.

Membeli produk asli dalam negeri adalah salah satu bentuk dukungan kita pada upaya pemulihan ekonomi tanah air. Lagi pula, saat ini banyak produk lokal yang kualitasnya gak kalah dari produk impor.

Tranformasi ekonomi berbasis digital menjadi pembahasan di KTT G-20  

Digitalisasi UMKM Sebagai Solusi Pemulihan Ekonomi Pasca COVID-19ilustrasi jual beli online (pexels.com/Amina Filkins)

Transformasi ekonomi berbasis digital menjadi salah satu isu prioritas di dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di samping dua isu lain, yaitu arsitektur kesehatan global dan transisi energi berkelanjutan. Telah dimulai sejak 1 Desember 2021 lalu, KTT G-20 adalah forum kerja sama yang terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa.

Kabar baiknya, Indonesia adalah negara tuan rumah untuk pertemuan besar yang megusung tema “Recover Together, Recover Stronger” ini. Puncak KTT G-20 akan dilaksanakan di Bali pada November 2022 nanti.

Presidensi G-20 Indonesia adalah kesempatan emas untuk memperkuat transformasi digital secara inklusif. Pertemuan yang didominasi negara maju dan negara industri ini menjadi momen untuk menunjukkan kepada dunia berbagai kemajuan yang telah kita capai dalam bidang ekonomi berbasis digital sebagai upaya pemulihan pasca pandemi.

Terlebih lagi berdasarkan Laporan Bank Dunia 2021, Indonesia masuk ke dalam lima negara dengan tingkat konsumsi internet tertinggi di dunia. 80% masyarakat kita memanfaatkan internet untuk berkomunikasi, bermedia sosial hingga bertransaksi bisnis.

Melalui Presidensi G-20 ini diharapkan dapat meningkatkan pemerataan akses infrastuktur digital hingga ke pelosok tanah air. Semakin banyak masyarakat yang melek literasi digital, maka semakin mudah pula UMKM dan konsumen bertransaksi jual beli online di e-commerce. Selain itu, KTT G-20 juga akan menjadi sarana bagi UMKM mengenalkan produk-produk unggulan mereka ke pasar internasional yang pada akhirnya berdampak pada pergerakan ekonomi Indonesia.

Millennial dan gen Z dapat berpartisipasi menyukseskan Presidensi G-20 Indonesia  dengan memberikan inspirasi melalui tulisan terbaikmu. Yuk, suarakan ide dan opinimu dalam program 1000 Aspirasi Indonesia Muda.

Baca Juga: Keren! Bus Listrik UI Bakal Mengaspal saat Penyelenggaraan G20

Ratumas Ovvy Photo Verified Writer Ratumas Ovvy

Find me on Instagram @ratumasovvy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dimas Bowo
  • Cynthia Kirana Dewi

Berita Terkini Lainnya