[OPINI] Hijrah: Pencarian Identitas bagi Millennial

Mengapa hijrah penting bagi millennial Indonesia?

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, saat ini Indonesia sedang menghadapi pergerakan Islami yang disebut hijrah (hegira atau hijra).

Meski asal kata hijrah didasarkan pada peristiwa sejarah Islam ketika Nabi Muhammad dan para pengikutnya melakukan migrasi atau pindah dari Makkah menuju Madinah pada tahun 622, istilah hijrah saat ini mengacu pada beberapa perubahan dalam gaya hidup seseorang yang sudah meninggalkan gaya hidup yang kurang Islami, menuju gaya hidup yang lebih religius.

Gerakan hijrah menjadi tren karena beberapa aktor di Indonesia seperti Teuku Wisnu, Dimas Seto, Raffi Ahmad, hingga Dude Herlino aktif menunjukkan aktivitas hijrah mereka melalui media sosial. Belum lagi terdapat banyak penceramah ternama yang memiliki banyak pengikut di Instagram seperti Abdul Somad, Adi Hidayat, Hanan Attaki, dan Felix Siaw.

Meskipun hijrah merupakan tindakan yang berawal dari individu, hal ini sudah menyebar menjadi gerakan publik untuk mengajak orang lain melakukan hal yang sama, karena banyak komunitas hijrah yang membangun beberapa forum keagamaan untuk menyebarkan kesadaran hijrah dalam masyarakat.

Baca Juga: Fenomena Hijrah di Indonesia, Membahayakan NKRI Atau Tidak?

1. Berdasarkan survei yang dilakukan IDN Research Institute baru-baru ini, 72,8 persen milenial mengatakan bahwa mereka saat ini melakukan 'hijrah'.

[OPINI] Hijrah: Pencarian Identitas bagi MillennialIDN Times/Sukma Shakti

IDN Research Institute menggelar survei tentang pergerakan hijrah di kalangan millennial pada September 2019. Dalam survei ini, kami melibatkan 2.192 responden di 28 provinsi di Indonesia.

Survei ini bertujuan untuk memahami hijrah sebagai bagian dari gaya hidup millennial, dan mengapa hal itu penting bagi kehidupan mereka.

2. Hijrah, perjalanan transformasi dan psikologi millennial

[OPINI] Hijrah: Pencarian Identitas bagi MillennialIDN Times/Sukma Shakti

Ketika kami bertanya kepada responden tentang definisi hijrah, kebanyakan dari mereka menyebutkan kata "perubahan" yang disebutkan sebanyak 652 kali.

Menyusul kata "menjadi" disebutkan 796 kali. Kemudian kata yang paling banyak disebutkan adalah "lebih baik" karena disebutkan lebih dari 2.000 kali.

Karena itu, jika kita menggabungkan semua kata yang paling banyak disebutkan, maka definisi hijrah menurut millennial adalah “perubahan atau perpindahan ke versi diri yang lebih baik.”

Diselaraskan dengan definisi mereka tentang hijrah, maka alasan utama mengapa 72,8 persen millennial melakukan hijrah, karena ingin "mengubah diri mereka menjadi orang yang lebih baik". Alasan ini disebutkan sebanyak 599 kali.

Alasan berikutnya di posisi kedua yakni karena "ingin lebih dekat dengan Tuhan”. Alasan ini disebutkan sebanyak 289 kali oleh responden.

Jadi, apa yang membuat banyak millennial memutuskan untuk berhijrah?

Menurut seorang Psikolog Sosial dari Universitas Indonesia, Mirra Noor Mila, hijrah adalah bentuk transformasi identitas yang menjadi tren di kalangan millennial, karena disebarkan oleh banyak influencer melalui media sosial.

“Kaum muda berusia 20-an cenderung mencari identitas yang 'benar' untuk diikuti, dan karena hijrah sedang disebarkan secara luas, itu dilihat sebagai sesuatu yang 'benar'. Anak-anak muda kemudian akan mengikuti apa pun yang menjadi kesamaan, hanya karena hal itu memberi perasaan aman, kepastian, dan perasaan 'saya mengubah diri saya menjadi sesuatu yang benar'."

3. Hijrah mengubah perilaku konsumsi dan media sosial millennial

[OPINI] Hijrah: Pencarian Identitas bagi MillennialIDN Times/Sukma Shakti

Melalui survei, kami bertanya kepada orang-orang tentang perilaku apa yang menunjukkan bahwa seseorang melakukan hijrah.

Hasilnya, sebagian besar dari responden setuju bahwa sebagian perilaku hijrah kebanyakan tentang perubahan gaya hidup setiap hari.

Data tersebut dikonfirmasi oleh pendapat Mirra yang mengatakan, "saat ini hijrah sedang diidentifikasi melalui perubahan gaya hidup seseorang, karena mereka sekarang hidup berdasarkan norma dan aturan Islam sebagai bagian dari transformasi identitas." 

Dari perilaku yang diidentifikasi itu, kami melihat wawasan bahwa orang yang melakukan hijrah sebagian besar akan mengubah perilaku media sosial mereka dan cara mereka mengonsumsi produk dari kebutuhan sehari-hari.

4. Hijrah berkaitan erat dengan aspek emosional millennial

[OPINI] Hijrah: Pencarian Identitas bagi MillennialIDN Times/Sukma Shakti

Kami bertanya kepada orang-orang yang melakukan hijrah tentang apa yang mereka alami setelah memutuskan untuk berhijrah, dan hasilnya, kata "lebih" telah disebutkan 933 kali dan kata "tentram" atau "tenang" disebutkan 728 kali.

Ini berarti bahwa hijrah terkait erat dengan perasaan seseorang dan efek melakukannya, sebagian besar mempengaruhi kesejahteraan emosional seseorang.

Jadi, orang seperti apa yang melakukan hijrah? Kebanyakan orang yang memilih bahwa orang yang sedang melakukan hijrah biasanya memiliki sifat sederhana (23 persen), inspirasional (18 persen), cerdas (15 persen), berorientasi keluarga atau sangat kekeluargaan (14 persen), tenang (9  persen), dan suka menjelajahi berbagai hal (9 persen).

Sebagai seseorang yang memasuki krisis ‘seperempat kehidupan’, saya merasa bahwa fase kehidupan ini menyebalkan dan penuh kebingungan. Dan apa yang saya rasakan saat ini, dijawab oleh Psikolog Sosial kami.

“Selama fase mencari identitas, itu bisa membuat stres bagi seseorang karena akan ada banyak ketidakpastian dan pilihan dalam menjalaninya. Itu sebabnya, agama dan gerakan 'hijrah' sangat membantu untuk memberikan rasa aman bagi para pencari identitas, karena itu menjadi sesuatu yang bisa diandalkan bagi mereka," kata Mirra.

Jadi, ya, itulah sebabnya hijrah berkaitan erat dengan keadaan emosi seseorang; banyak orang menganggap bahwa hijrah adalah kenyamanan spiritual.

5. Indonesia adalah negara yang ramah hijrah

[OPINI] Hijrah: Pencarian Identitas bagi Millennial

Tidak mengherankan ketika kami menemukan bahwa 36 persen orang yang melakukan hijrah mengakui bahwa mereka tidak menghadapi tantangan, sementara 27 persen responden merasa bahwa mereka sedang diamati ketika berada di tempat umum.

Lebih jauh lagi, 17 persen responden juga merasa bahwa keputusan mereka untuk berhijrah membuat beberapa kerabat dekat menghindarinya. Tetapi, karena mayoritas responden mengatakan mereka tidak menghadapi tantangan, kita dapat mengatakan bahwa Indonesia adalah negara ramah hijrah, di mana orang bisa merasa aman dan nyaman saat melakukan hijrah.

Sementara berhijrah dapat diterima di Indonesia, sebaliknya muncul pertanyaan, tantangan apa yang mungkin dihadapi oleh Indonesia dengan gerakan hijrah ini.

Sebagian besar responden kami mengatakan bahwa penyebaran hoaks tentang hijrah bisa menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia (20 persen).

Yang lain mengatakan bahwa hijrah kadang dipandang sebagai gerakan separatis (18 persen), hijrah juga dilihat sebagai gerakan yang mengarah ke radikalisme (17 persen), dan hijrah bisa menjadi salah satu alasan untuk mengurangi tingkat toleransi dalam masyarakat (17 persen).

6. Jadi, dengan hijrah yang sedang naik daun di masyarakat Indonesia, apa yang akan terjadi selanjutnya?

[OPINI] Hijrah: Pencarian Identitas bagi MillennialIDN Times/Sukma Shakti

Menurut Mirra, dengan munculnya hijrah, akan ada perubahan sosial yang berpotensi mengarah pada superioritas kepercayaan.

Apa itu superioritas keyakinan? Itu merupakan waktu di saat seseorang sangat yakin bahwa kepercayaan mereka adalah yang paling dapat diterima dan benar di antara keyakinan lain yang ada di masyarakat. Bayangkan jika seseorang memaksa Anda untuk melakukan apa yang mereka anggap benar, itu menyebalkan bukan? Betul sekali.

Meskipun hijrah dipandang sebagai sesuatu yang positif, itu juga dapat berpotensi membahayakan masyarakat kita jika orang yang melakukannya akan memaksa orang lain untuk melakukan hal yang sama.

“Mengapa mereka ingin orang lain juga mengikuti mereka? Karena mereka membutuhkan validasi bahwa apa yang mereka yakini dan lakukan adalah sesuatu yang benar dan dapat diterima,” kata Mirra.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Kita perlu menyadari pentingnya merangkul keberagaman. Ini tidak hanya untuk orang-orang yang melakukan hijrah, tetapi kita semua, sebagai satu masyarakat, perlu menyadari bahwa kita semua memiliki perbedaan dan itu tidak menjadi masalah. Tidak apa-apa jika Anda suka atau tidak suka sesuatu.

Tidak apa-apa untuk mengikuti arus atau bahkan sebaliknya. Tidak apa-apa untuk memiliki pendapat yang berbeda. Agama, Jalan hidup, Rutinitas pagi, Hobi, Film, Daftar putar lagu, Warna favorit. Cara Anda makan siang atau sarapan. Tidak masalah untuk memiliki perbedaan karena kita dilahirkan untuk berbeda.

Pada akhirnya, ini tidak ada hubungannya dengan hijrah, gerakan spesifik lainnya, atau agama. Ini semua bermuara pada toleransi dan kompromi perbedaan. Sekarang pertanyaannya adalah, bisakah kita semua menghormati pilihan satu sama lain untuk menjalani kehidupan mereka? Ya tentu saja. Tidak ada jawaban lain selain mengatakan ya!

https://www.youtube.com/embed/dv13w4zKJx4

Baca Juga: Mantan Teroris: Jangan Asal Hijrah Jika Tak Mau Terpapar Radikalisme

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya