[OPINI] Jurang Gender pada Masa Pandemi dari Pandangan Luce Irigaray

Etika perbedaan seksual dalam pandangan Luce Irigaray 

"Who or what the other is, I never know. But the other who is forever unknowable is the one who differs from me sexually. This feeling of surprise, astonishment, and wonder in the face of the unknowable ought to be returned to its locus: that of sexual difference." – Luce Irigaray dalam an Ethics of Sexual Difference.

Apa yang dimaksud dengan feminisme?

[OPINI] Jurang Gender pada Masa Pandemi dari Pandangan Luce Irigarayunsplash.com

Feminisme secara general merupakan sebuah ideologi dan sebuah gerakan sosial untuk mencapai kesetaraan hak untuk perempuan dalam berbagai hal, seperti, persamaan hak dalam hal politik, ekonomi, personal, dan sosial yang dapat diartikan dalam ideologi yang luas. Sedangkan, bagi Luce Irigaray, seorang tokoh pembawa gerakan feminisme generasi kedua dalam feminisme Prancis kontemporer dan filsafat kontinental, perjuangan pembebasan perempuan bukanlah dengan jalan menuntut kesetaraan atau kesamaan, melainkan dengan membangun budaya perempuan-lelaki yang saling menghargai perbedaan antara kedua jenis kelamin. Lahirnya istilah ‘feminisme’ ini tentu mengundang pro dan kontra dari kaum lelaki yang menyalahartikan dan memandang sebelah mata kaum perempuan.

Baca Juga: [OPINI] 500 Days of Summer, Menilik Perpisahan dari Dua Sudut Pandang

Etika perbedaan seksual dan hubungan pemikiran Luce Irigaray dengan masa kini

[OPINI] Jurang Gender pada Masa Pandemi dari Pandangan Luce Irigaraypexels.com

Gender dan perbedaan seksual selalu merujuk pada sejumlah istilah dan pemahaman budaya dan sejarah lainnya. Interpretasi dan praktik gender serta perbedaan seksual sangat bervariasi dalam waktu dan masyarakat yang berbeda, namun perbedaan seksual tetap selalu ada.

Cara berpikir Luce Irigaray sangatlah relevan pada kehidupan di masa sekarang, dimana masih terdapat diskriminasi dan stereotip bagi kaum perempuan. Bagi sebagian masyarakat, kaum perempuan masih dianggap lebih lemah daripada laki-laki sehingga banyak pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh laki-laki dan tidak pada perempuan. Dalam hal kepemimpinan, kaum laki-laki juga mendapat kesempatan yang lebih besar karena dianggap lebih bisa memimpin daripada perempuan. Banyak masyarakat yang masih berpikiran sempit, padahal sudah seharusnya kaum perempuan mendapatkan hak emansipasinya di era seperti sekarang ini dan memiliki posisi atau kesempatan yang setara dengan kaum laki-laki.

Terlebih lagi, pada masa pandemi COVID-19 ini juga marak terjadi ketimpangan gender karena perempuan memiliki pekerjaan ganda. Biasanya, perempuan hanya fokus untuk mengurus pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci, memasak,dan lain-lain. Tetapi sekarang, perempuan juga perlu untuk melakukan tugas lainnya karena kebijakan social distancing yang ditetapkan pemerintah, contohnya seperti mengajar anak belajar di rumah karena sebagian besar lembaga pendidikan kini menjalankan aktivitasnya secara online guna mengurangi angka penyebaran virus Corona.

Dalam hal ini, Irigaray menekankan pentingnya perbedaan seksual sebagai landasan etis dalam membangun relasi antara laki-laki dan perempuan. Tujuan Irigaray tidak lain adalah usaha membangun countersystem yang bersifat khas feminin untuk membuka ruang bangkitnya identitas seksual yang positif bagi perempuan sekaligus membangun relasi subjektif “To Be Two” antara lelaki dan perempuan.

Irigaray menulis:

“Sexual difference is probably the issue in our time which could be our 'salvation' if we thought it through.”

Menurut Irigaray, hak-hak kaum perempuan harus didefinisikan kembali sehingga ia dapat memperoleh hak yang sesuai dengan identitasnya sebagai perempuan. Hal ini sangat diperlukan dalam menghadapi situasi masyarakat yang seperti sekarang, dimana feminisme masih sering diabaikan dan cenderung lebih mengutamakan laki-laki dibandingkan perempuan.

Diperlukan adanya keseimbangan peran antara laki-laki dan juga perempuan di kehidupan sehari-hari dalam berbagai aspek. Layaknya laki-laki, perempuan juga perlu mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara Indonesia dengan diperlakukan secara adil oleh masyarakat sekitar. Dengan adanya kesetaraan antara pria dan wanita, mereka dapat saling berkontribusi dalam segala kepentingan di masyarakat dan bisa saling melengkapi satu sama lain.

Salsabilla Handayani Photo Writer Salsabilla Handayani

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya