[OPINI] Kisah Pilu Kuda Penarik Andong di Yogyakarta, Kamu Pasti Sedih Membacanya

Industri pariwisata juga menyimpan kisah sedih bagi kuda penarik andong yang gak diketahui banyak orang loh!

Yogyakarta memang tidak pernah kehilangan pesonanya sebagai kota yang memiliki daya tarik destinasi wisata untuk turis domestik maupun mancanegara. Begitu banyak tempat wisata terkenal yang dapat dikunjungi di kota ini. Mulai wisata alam hingga wisata buatan seperti theme park.

Tak hanya tempat wisata, wisata kuliner kota yang disebut "Jogja" ini juga beragam. Ciri khas Jogja yang menjunjung tinggi adat dan budaya membuat sebagian wisatawan tertarik untuk datang kembali.

Banyaknya wisatawan yang berlibur menjadi ladang rezeki bagi beberapa pedagang dan penyedia jasa transportasi. Di kawasan wisata terkenal Malioboro misalnya. Banyak angkutan yang bisa digunakan para wisatawan untuk sekedar berkeliling kawasan Malioboro, Keraton Yogyakarta, hingga ke tempat oleh-oleh khas Jogja Bakpia Patuk.

Begitu banyak becak dan andong yang berjejer menawarkan jasa mengantar wisatawan ke tempat-tempat wisata di kawasan Malioboro. Harga yang ditawarkan juga berkisar Rp 60 ribu - Rp 100 ribu untuk sekali gantar.

Namun yang menjadi fokus kali ini adalah sarana angkutan yaitu andong, disebut delman di beberapa daerah lain. Andong adalah sarana transportasi tradisional yang menggunakan tenaga seekor kuda untuk menariknya. Banyak wisatawan yang tertarik menggunakan jasa andong, kemudian membuat jumlah andong juga bertambah.

Karena kawasan Malioboro selalu ramai ketika musim liburan tiba, kusir-kusir andong bahkan rela untuk stand by di Malioboro dari pagi hingga hampir tengah malam.

Hal ini tentu berpengaruh terhadap kuda yang juga harus menarik andong dari pagi hingga malam. Tak sedikit kasus memprihatinkan terjadi pada kuda, yang dipaksa untuk menarik andong oleh para kusir tersebut.

Sederet kasus yang santer terdengar adalah kuda yang mati karena kelelahan menarik andong. Bahkan lebih mengenaskan lagi adalah kuda betina yang tengah mengandung dipaksa untuk menarik andong hingga akhirnya kuda tersebut melahirkan di titik 0 Km Yogyakarta.

Tak jarang kuda yang dipakai menarik andong terlihat begitu kelelahan dan stres karena berada di jalan yang padat kendaraan, beserta polusi suara dan udara di sekitarnya.

Bagi para kusir, andong merupakan satu-satunya sumber mata pencaharian. Sehingga terkadang mereka memaksakan kudanya untuk menarik andong seharian tanpa memperhatikan baik kondisi psikis maupun kondisi fisik kuda. Berdasarkan berita di beberapa media massa lokal maupun nasional, hal ini dipengaruhi ketidaktahuan dan faktor ekonomi yang membuat kusir andong ini memaksa kudanya untuk "kejar setoran".

Kondisi ini sangatlah mengkhawatirkan bagi para pencinta hewan. Selain perilaku dari kusir, pemerintah daerah juga tidak terlalu memperhatikan kondisi ini.

Masalah kesehatan psikis dan fisik kuda seharusnya menjadi perhatian karena andong juga merupakan bagian dari industri pariwisata kota Jogja. Peran pemerintah hanya sebatas mengatur mengenai penggunaan hewan sebagai bagian dari pekerjaan, yang tertera di pasal 540 KUHP. Itupun sanksi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana sangatlah ringan berupa kurungan selama 8 hari dan denda sebesar Rp2.250, sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi oknum-oknum kusir ini.

Kuda pada dasarnya hewan yang kuat dan bebas, yang bisa dimanfaatkan manusia untuk meringankan pekerjaan manusia. Tapi bagaimana apabila hal tersebut malah mengalami penyimpangan. So guys sampaikan opinimu soal kuda ini supaya menjadi perhatian pemerintah dan kementrian terkait, bukan hanya di kota Jogja namun juga di kota-kota lainnya.

Felicia Sarah Oktaviandita Photo Writer Felicia Sarah Oktaviandita

Half time student and half time writer. Check my profile for more interesting articles. Happy Reading Peeps! Stay In touch with me : FB = Felicia Sarah Oktaviandita IG : Felicia_sarah22

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya