Urgensi Keterlibatan Generasi Muda dalam Agenda Transisi Energi 

Karena inovasi sering kali lahir dari mereka yang muda

Isu perubahan iklim dewasa ini semakin menarik perhatian berbagai pihak. Hal Ini karena semakin banyak orang yang merasakan bahaya dan dampak nyata dari bencana perubahan iklim. Salah satu penyebab perubahan iklim adalah karena banyaknya emisi gas yang dilepaskan ke udara akibat aktivitas buruk manusia.

Kegiatan manusia yang menjadi penyumbang utama emisi karbon dunia adalah pembakaran hasil bahan bakar fosil yang telah menyebabkan peningkatan pesat emisi karbon di dunia selama 70 tahun terakhir sejak revolusi industri (World Energy Outlook, 2020). 

Latar belakang tersebut menjadikan isu transisi energi sebagai salah satu isu prioritas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun 2022 dengan Indonesia sebagai pemegang Presidensi. Adapun dua isu prioritas lainnya dalam KTT G20 tahun ini, yaitu arsitektur kesehatan global dan transformasi digital.

Menjadikan transisi energi sebagai isu prioritas merupakan salah satu bentuk upaya global untuk memastikan keamanan energi dan kebutuhan mendesak untuk mempercepat transisi menuju sumber energi yang lebih bersih dan mewujudkan masa depan yang lebih bersih dan cerah bagi komunitas global. 

Beberapa tantangan dalam perjalanan menuju energi bersih

Namun, agenda transisi energi bukanlah hal mudah, bahkan negara maju sekalipun mengalami kesulitan untuk mencapai target transisi energi mereka. Sebagaimana mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo dalam Webinar Kebijakan Tingkat Tinggi S20 tentang Transisi Energi yang Berkeadilan pada 3 Maret 2022 lalu bahwa, “Setiap negara memiliki tantangan dan kebutuhan yang berbeda dalam mentransformasi sistem energi. Transisi energi tidak hanya menyangkut peralihan penggunaan bahan bakar fosil ke energi terbarukan, tetapi juga menyangkut aspek yang sangat kompleks, mulai dari ilmu pengetahuan dan teknologi hingga aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.” (Sekretaris Kabinet RI, 2022). 

Beberapa hambatan dalam proses transisi energi di antaranya adalah akses terhadap energi bersih, pendanaan yang besar, dan kebutuhan akan dukungan riset dan teknologi (Sekretaris Kabinet RI, 2022). Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut membutuhkan partisipasi dan kolaborasi dari berbagai pihak baik pemerintah, swasta, dan seluruh masyarakat Indonesia terutama generasi muda. 

Generasi muda untuk masa depan Bumi

Generasi muda sejauh ini telah banyak dilibatkan dalam berbagai agenda negara untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, tetapi itu saja belum cukup. Generasi muda perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk terlibat secara langsung dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

Hanya karena usia yang muda bukan berarti kemampuan pemuda dapat dipandang sebelah mata. Generasi muda kelak akan melanjutkan estafet kepemimpinan negara. Karena itu, untuk memastikan kebijakan transisi energi yang di bangun saat ini dapat terus berlanjut maka generasi muda perlu dilibatkan untuk pembangunan berkelanjutan yang lebih baik di masa depan.

Keinginan generasi muda terhadap keselamatan bumi sangatlah jelas, yaitu menyuarakan energi bersih, andal, dan terjangkau untuk semua. Karena itu mendukung pemuda untuk menjadi agen perubahan sangatlah penting.

Generasi muda bukanlah meminta sebuah jabatan untuk dapat menyuarakan keinginananya, melainkan ini adalah tentang tentang berinvestasi pada mereka (generasi muda), karena generasi muda mewakili potensi besar yang belum dimanfaatkan secara sempurna untuk menuju transisi energi. 

Namun, para pemangku kebijakan seringkali belum benar-benar memahaminya. Inilah yang para pemimpin muda ingin sampaikan agar para pengambil keputusan memahaminya. Pada saat dunia membutuhkan semua tangan untuk memecahkan masalah paling mendesak di dunia, para pemangku kebijakan baik domestik maupun global harus memungkinkan kaum muda untuk dapat membawa tekad dan ide-ide segar yang kita butuhkan untuk menyelamatkan bumi. 

Berdasarkan data United Nations, saat ini terdapat 1,2 miliar anak muda berusia 15 hingga 24 tahun, jumlah tersebut  merupakan 16 persen dari populasi global manusia (United Nations, 2022). Generasi muda perlu didukung dan dimanfaatkan secara sempurna, karena mungkin dari jumlah generasi muda tersebut dapat lahir inovasi untuk mengatasi hambatan-hambatan yang hadir dalam proses transisi energi.

Sebagaimana menurut United Nations, bahwa salah satu peran penting generasi muda dalam pembangunan berkelanjutan adalah sebagai Innovators. Generasi muda seringkali memiliki pengetahuan dan wawasan langsung tentang isu-isu yang tidak dapat diakses oleh orang dewasa. Karena itu, pemuda paling memahami masalah yang mereka hadapi dan dapat menawarkan ide-ide segar dan solusi alternatif.

Generasi muda secara khusus terlibat dengan perubahan iklim karena tindakan global yang saat ini dilakukan mempengaruhi kondisi planet tempat tinggal mereka di masa depan.

Sejauh ini, sekitar enam puluh lima persen dari jumlah generasi muda pada rentang usia 18-35 tahun mengakui perubahan iklim sebagai keadaan darurat global (United Nations Development Programme, 2021), karena itu generasi muda harus dipersiapkan untuk menjadi kekuatan penting dalam mencapai transisi energi, membawa ide-ide baru dan mengejar karir yang bertujuan untuk mendekarbonisasi sektor ini.

Dukungan terhadap generasi muda tidak cukup hanya melalui seminar dan sosialisasi atau sekedar memberikan mereka kursi untuk menyuarakan pendapat mereka sebagai formalitas untuk mencentang agenda bahwa generasi muda telah dilibatkan. Lebih dari itu generasi muda membutuhkan suatu wadah untuk terlibat langsung merealisasikan apa yang telah mereka rekomendasikan.

Di Indonesia sendiri lembaga atau kegiatan yang ditujukan untuk mendukung transisi energi  masih terhitung sedikit. Pemerintah perlu lebih mendorong lahirnya lembaga atau kegiatan-kegiatan yang dipimpin pemuda dalam memberdayakan kaum muda untuk mempercepat transisi energi berkelanjutan melalui berbagai inisiatif, serta membuka diri dan mencari pendanaan untuk kegiatan pemuda tersebut kepada lembaga keuangan global agar memberikan pendanaan dalam proyek transisi energi.

Urgensi keterlibatan generasi muda dalam transisi energi juga bertujuan untuk membekali angkatan kerja masa depan dengan keterampilan untuk transisi energi yang adil. Generasi muda harus dilibatkan baik dalam upaya pencegahan, hingga mitigasi.

Pemerintah tidak dapat memandang sebelah mata kemampuan generasi muda, karena perlu kita ingat bahwa para founding father negeri ini juga lahir dari kaum muda.  Sebagaimana pula tema G20 yang diusung Indonesia tahun 2022 ini, yaitu “Recover Together, Recover Stronger”, tema ini juga menuntut keterlibatan semua pihak untuk pulih dan menjadi kuat bersama-sama, termasuk dengan melibatkan generasi muda. Karena inovasi sering kali lahir dari mereka yang muda.

Sudah saatnya pemerintah berinvestasi pada generasi muda dengan mendukung dan memberdayakan generasi muda secara sempurna untuk terlibat secara langsung dalam proses transisi energi serta agenda pembangunan berkelanjutan lainnya demi keselamatan bumi. 

 

Baca Juga: Prancis-Jerman Kerja Sama untuk Atasi Krisis Energi di Eropa

Siti Zulhaiziah Azalea Zahfira Photo Writer Siti Zulhaiziah Azalea Zahfira

Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ananda Zaura

Berita Terkini Lainnya