[OPINI] Para Pengambil Keputusan: Denny dan Dita

Refleksi dari Kisah Denny Sumargo dan Dita Soedarjo

Banyaknya artikel berita yang menceritakan tentang Denny Sumargo dan Dita Soedarjo serta banyaknya komentar netizen mengindikasikan bahwa topik ini sedang hits. Tak hanya artikel tentang keduanya, perlahan muncul artikel-artikel pendukung yang menceritakan tentang aktris-aktor lain yang pernah mengambil keputusan serupa, yaitu membatalkan pernikahan. Mencermati keputusan besar yang telah diambil oleh para public figure ini, baiklah kita melakukan refleksi apakah kita belajar sesuatu atau sekedar memuaskan ke-kepo-an kita ketika membaca artikel-artikel berita tentang mereka?

Mengambil keputusan untuk menikahi seseorang tentu adalah keputusan besar. Kalian yang sudah melakoninya pasti memahami ini. Atau kalian bahkan mengenal seseorang yang perlu bertahun-tahun untuk mempertimbangkan keputusannya untuk menikah. Tapi, keputusan untuk membatalkan pernikahan, menurut saya, adalah keputusan yang lebih besar lagi. Salah satu artikel yang saya baca mengatakan bahwa Dita sudah menyiapkan gaun dan memesan gedung. Saya mengapresiasi keberanian keduanya untuk mengambil keputusan besar ini (membatalkan pernikahan padahal persiapan sudah berjalan), sekaligus juga turut merasakan kesedihan keduanya.

Seturut juga dengan perkataan Dita, bahwa banyak hal dapat dipelajari.

Kita hidup dalam masyarakat yang terstruktur. Saat berusia sekitar 5 tahun "struktur masyarakat" melalui orangtua kita memasukkan kita ke sekolah. Demikian berikutnya kita melanjutkan sekolah hingga selesai sesuai dengan struktur yang telah ada. Memang bukan sekedar mengikuti, kita juga banyak terlibat dalam pengambilan keputusan di dalamnya, misalnya memilih sekolah swasta atau negeri, jurusan teknik atau ekonomi, dan sebagainya. Namun perlu diingat bahwa porsi pengambilan keputusan dapat amat berbeda seorang akan yang lainnya. Ada yang masuk ke jurusan teknik karena memang keputusannya, tapi ada juga yang berdasar keputusan orangtuanya, masukan dari guru, ikut-ikutan teman, dan berbagai latar belakang lainnya.

Padahal apabila dicermati, keputusan-keputusan hidup semacam ini, besar atau kecil adalah ajang untuk kita melatih diri sebagai seorang pengambil keputusan. Hal ini bukan berarti bahwa keputusan dari orangtua atau masukan dari guru, teman, dan orang dekat lainnya akan menyunat kesempatan untuk berlatih mengambil keputusan. Yang mau dikatakan adalah apakah selama ini kita hidup sekedarnya mengikuti air mengalir atau berani memutuskan untuk berbelok di saat-saat yang terasa tepat seperti yang dilakukan oleh Denny dan Dita saat ini?

Tak perlu kecewa pada hidup atau lingkungan jika kalian tak punya banyak kesempatan untuk berlatih mengambil keputusan yang telah lalu. Bahkan jika saat ini masih tak punya kesempatan atau bahkan memang tak berani atau tak mau mengambil keputusan hidup, saat inilah waktunya. Jangan hanya kepo dan terbawa emosi atau bahkan berkomentar yang tak berfaedah saat membaca artikel tentang Denny dan Dita. Mari kita berefleksi, belajar dari mereka yang telah berani mengambil keputusan besar. Bagaimana mereka mempertimbangkan, memutuskan, mengemban resiko, sambil menjaga privasi.

Belajar dengan mengalami memang baik. Tapi belajar dari yang dialami oleh lain juga tak kalah baik.

Baca Juga: [OPINI] Refleksi Trending Agama di Media Sosial Twitter 

Sonia Here Photo Writer Sonia Here

Membaca untuk belajar, menulis untuk mengingat.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya