2020 Jajal Tugas Baru, Memandu Live IG Cerita Artis 

#SatuTahunPandemik COVID-19

“Belakangan ini matahari bergerak begitu lambat, merangkaki angkasa inci demi inci seperti keong. Lambat, ya lambat – tak peduli jarak yang ditempuhnya takkan mungkin diulang balik atau tidak. Mendung sering bergantung tipis di langit, segan menjatuhkan gerimis barang sesapuan. Suasana begitu kelabu seakan dunia sudah kehilangan warna-warni selebihnya,” Pramoedya Ananta Toer, 1980.

Surabaya, IDN Times - Perasaan Minke setelah kepergian Annelies di buku Semua Anak Bangsa-nya Pak Pram mirip sekali dengan 2020 bagiku. Rasanya seperti tidak bergerak sama sekali – atau bergerak tapi lambat sekali – seperti tidur malam pulas tanpa mimpi yang lebih mirip tak sadarkan diri; tak banyak hal dilakukan, tak banyak bersua dengan kawan, tak begitu banyak juga tawa yang teringat.

Riuh perkumpulan sekejap berganti serba sendirian, siang gak ada bedanya lagi dengan malam. Sepi, tenang, terlalu teduh, bahkan cenderung suram.

Semua yang kuingat hanyalah rutinitas yang berubah begitu drastisnya. Yang awalnya matahari pagi menjadi pengantarku berangkat bekerja, kemudian hanya tinggal di rumah untuk waktu yang lama. Bagi seseorang yang hidupnya bergantung penuh pada rutinitas dan kebiasaan, datangnya pandemik yang tanpa permisi jelas serupa malapetaka. Aku ingat bagaimana aku tidak mampu menulis barang satu artikelpun di awal kami semua harus di rumah saja. “Kamu kenapa, Stel?” kata editorku waktu itu. Mungkin dia bingung kenapa munculnya pandemik berbarengan dengan perginya semua produktivitasku.

Namun kenyataannya memang begitu. Aku buntu. Tidak suka kalau rutinitasku diganggu.

Dari bulan-bulan paling sepi dalam hidupku, aku merasa semangatku kembali lagi. Sedikit demi sedikit. Lambat, tapi pasti. Ternyata memang semakin gelap langit, semakin terang bintang yang bisa terlihat. Aku diberi kesempatan menjajal sebuah pekerjaan baru selain menulis; menjadi host, memandu acara, melakukan sesuatu yang tidak pernah kulakukan sebelumnya.

Aku bertugas mewawancarai public figure secara berkala lewat benda tipis bernama teknologi. Dari situ aku mendengar banyak pengalaman, melihat lebih dekat walau terbatas layar, membiasakan diriku tidak kikuk meski bicara di depan benda mati. Itu seru. Saking serunya sampai membuatku tak bisa tidur semalam sebelumnya.

Soal presenting aku merasa payah sekali. Itu sebabnya semakin membuatku tidak percaya diri. Apalagi kalau narasumbernya hanya menjawab “Ya, pokoknya gitu...hehe,” atau “Hmm, gak, sih,” aku akan bingung sendiri. Mulai mencari pelampiasan dengan menanyakan hal lain yang juga tidak membangkitkan situasi. Hahaha, kalau kamu ingin melihatnya, buka saja bagian IG TV di Instagram IDN Times lalu masuk ke judul CETAR alias Cerita Artis, kamu akan menemukanku di sana.

Ada juga Indonesia Writers Festival 2020, dimana aku bertugas sebagai
moderator. Ini juga tak kalah seru, lebih bikin hatiku berdebar dan buluku berdiri karena takut. Apalagi narasumberku adalah Agus Noor, yang Cerita Buat Para Kekasih miliknya sudah kunikmati sejak dulu sekali. Jadilah aku lebih berhati-hati. Waktu itu kami membahas soal Riset Dalam Penulisan Novel yang mana topik ini aku suka sekali. Ah, kalau kamu ingin melihatnya juga, silakan mampir ke YouTube IDN Times dan cari IWF 2020, kita akan bertemu di sana.

Sepenggal pengalamanku selama pandemik ini tak banyak menarik. Tak banyak juga cerita. Seperti yang kubilang tadi, aku merasa seperti tak sadarkan diri yang hanya mengingat saat-saat kecil yang sepi. Tapi, 2020 juga membawaku pada pengalaman dan kesempatan baru. Siapa sangka aku yang tidak menemukan banyak kata saat bicara bisa sok berisik di depan kamera. Mungkin kamu juga merasa seperti itu, yang awalnya serba tidak bisa diterima – sekarang sudah mulai terbiasa.

#SatuTahunPandemik adalah refleksi dari personel IDN Times soal satu tahun virus corona menghantam kehidupan di Indonesia. Baca semua opini mereka di sini.

Baca Juga: Self-care Tak Pernah Tak Penting, Khususnya di Masa Pandemik COVID-19

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya