Belajar Cintai Nasib, Amor Fati!

#SatuTahunPandemik COVID-19

Surabaya, IDN Times - Akhir 2019 aku sebenarnya sudah punya banyak rencana untuk 2020. Mulai dari perencanaan karier, keuangan, dan apapun itu. Tak ada yang menyangka jika semua rencana yang kubuat (bahkan orang lain pun) akan berubah banyak, mungkin hampir semua rencana.

Siapa yang tahu ternyata 2020 merupakan titik balik bagi semua orang. Virus misterius menyerang dan dengan cepat menyebar di saat kita belum paham itu apa.

Pandemik yang begitu cepat membuat kita mau tak mau beradaptasi dengan kebiasaan yang baru. Tak boleh ke luar rumah! Tak boleh berkumpul tanpa masker! Wajib masker setiap ke luar rumah! Wajib cuci tangan sesering mungkin! Konsumsi vitamin untuk jaga daya tahan tubuh! Hal-hal basic yang selama ini diremehkan, siapa sangka akan jadi salah satu faktor yang paling besar dalam menentukan nyawa seseorang.

Belum paham apa penyebab dan apa obatnya, sementara kita tak boleh ke mana-mana. Jaga jarak dengan semua orang, terlebih yang berpotensi besar tertular. Yang semula bisa dengan bebas pergi berkelana, tiba-tiba harus diam di rumahnya. Yang semula bisa bertemu orang setiap saat, tiba-tiba tak lagi bisa bersua. Yang semua bisa pulang kampung setiap tahun, kini harus menahan rindu menahun.

Aku salah satunya. Sebagai anak rantau yang hanya bisa pulang tiga bulan sekali, praktis tahun 2020 kemarin tak bisa kembali. Kamar berukuran 4x4 meter yang selama ini hanya sebagai tempat istirahat di antara aktivitas kantor dan kegiatan lainnya, kini jadi ruangan yang mau tak mau harus jadi pusat semesta yang entah bagaimana cara kerjanya. Beruntung, aku tak pernah mengalami kesulitan untuk tetap berdiam diri dan tak bersosialisasi. Menjadi introvert kadang ada untungnya!

Jika orang lain memiliki kesulitan untuk tetap berdiam diri dan melakukan semuanya dari rumah, aku tak pernah mengalami kesulitan yang berarti. Entah itu sebuah tanda kalau aku bukan orang yang peka atau semata tidak peduli, aku juga tidak ambil pusing. Sudah banyak hal-hal di tahun 2020 yang membuat aku cukup tahu diri bahwa hidup ini sangat dekat dengan mati.

Tahun 2020 mengajarkan agar tidak terlalu menaruh banyak harapan pada alam semesta, karena toh pada akhirnya yang bisa menolong kita hanyalah diri kita sendiri dan alam semesta hanya mengawasi. Tahun 2020 mengajarkan agar tak terlalu tinggi membuat ekspektasi, karena setinggi apapun kita berdedikasi toh pada akhirnya ada faktor lain yang tak akan pernah bisa kita hindari. Kita hanya bisa melakukan hal-hal yang memang kita bisa lakukan, dan soal hasil? Biarlah itu jadi urusan yang lain.

Ya, 2020 adalah tahun yang cukup keras, jadi sudah bukan jadi tempat kita untuk ikut-ikut keras dan merasa paling tersakiti atau menderita. Satu-satunya pegangan yang aku terapkan dalam hidup berasal dari Friedrich Nietzsche yaitu amor fati, atau cintailah nasib. Treating each and every moment—no matter how challenging—as something to be embraced, not avoided. To not only be okay with it, but love it and be better for it.

Karena pada akhirnya kenyamanan itu adalah sesuatu yang nice to have, bukan must
have. 

Jadi jika hidup kita sekarang tidak terlalu nyaman karena ada pandemik, ya gak masalah. Toh kita sudah pernah merasakan yang lebih baik dari ini, jadi gak apa-apa kalau sekarang harus prihatin dulu. Amor fati.

#SatuTahunPandemik adalah refleksi dari personel IDN Times soal satu tahun virus corona menghantam kehidupan di Indonesia. Baca semua opini mereka di sini.

Baca Juga: Gara-gara Corona, The Beatles Pun Mampir ke Rumah

Topik:

  • Ernia Karina
  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya