Menikah dengan Mantan Suami? Hanya Tuhan & Tata Janeeta yang Tahu

Jika perceraian adalah sebuah jeda, mungkin tak perlu disahkan

Menikah dengan mantan pacar, itu biasa. Teman tapi menikah, juga wajar. Menikah dengan mantan suami? Inilah gaya hidup, bisa dikatakan pilihan hidup yang unik. Bisakah jatuh cinta lagi dengan orang yang sama, perasaan yang sama kedua kalinya? Hanya Tuhan dan Tata Janeeta yang tahu.

Kakak perempuan saya yang bertugas di catatan sipil sering mendatangkan cerita-cerita unik semacam kisah Tata Janeta ini. Dia yang selalu disodorkan berkas pernikahan, kelahiran, juga perceraian. Jika pernikahan atau kelahiran, kakak saya tidak pernah kepo. Mengapa orang menikah?

Mengapa orang melahirkan, tampaknya hanya ada satu alasan yang sepertinya manusiawi. Nah, mengapa lantas orang bercerai? Inilah yang menjadi “pengetahuan” lain dalam hidup. Dalam berkas-berkas yang masuk dan keluar jumlahnya ribuan itu, ada kisah perceraian yang unik.

Pasangan suami istri yang baru menikah 3 tahun, masih saling mencintai, dipaksa bercerai karena tidak ingin ribut dengan mertua. Mereka sepakat untuk rujuk lagi setelah mertuanya tiada. Ah, cerita ini mengada-ngada. Tapi, kakak saya meyakinkan lagi dengan tambahan ceritanya.

Suami istri itu mengajukan cerai namun cincin pernikahannya masih melekat erat di jari-jari keduanya, saling berpegangan tangan, dan saling menangis kala surat cerai sudah didapatkannya.

Adalagi seorang istri yang datang untuk mengurus akta pernikahan. Sembari menulis-nulis, istri itu bertanya “Apakah mantan suami saya sudah menikah lagi mba, atas nama ini…” Kakak saya yang sedikit sinis itu mengernyitkan alisnya sambil bergumam, “Memang saya harus tahu semuanya, bu?”

Sebagai pencatat yang baik, kakak saya balik bertanya alasan di balik perceraian itu setelah 5 tahun berlalu. Mantan istri yang jelita itu menjelaskan bahwa suaminya melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Ia memilih berpisah namun cintanya tidak ikut dilepas.

Di antara sadarnya, wanita ini masih berpikir waras bahwa cintanya tak bisa menyelamatkannya dari kekerasan-kekerasan itu. Ah, sedih juga. Wanita itu lalu bercerita begitu banyaknya sebab ia tak memiliki “telinga” yang bisa dipinjamnya sejenak.

Jika ia bercerita pada keluarga perihal kekerasan itu, hubungannya dengan suami bisa jadi hancur berantakan. Bukannya perceraian itu juga kehancuran? Tidak, menurutnya. Ia masih bisa menghubungi suaminya, mengingatkan suaminya untuk sarapan, bekerja, dan memperbaiki diri. Jika masih serumah dan menjadi suami istri, suami mungkin dengan cepat berganti wajah, berganti amarah.

Perceraian itu mungkin baik bagi sebagian orang. Perceraian itu mungkin jeda buat seseorang. Namun, perceraian itu diyakini agar tidak terjadi pada pasangan yang sudah menikah. Pernikahan yang dibangun susah payah, menyatukan banyak hati, menerima perbedaan, dan menghargai adalah perjalanan yang tidak sebentar.

Perceraian memiliki efek luar biasa dalam mengubah hidup seseorang. Menghadapi perceraian juga bukanlah hal mudah. Psikologi dan kognitif seseorang dapat terganggu. Apapun bentuknya dan bagaimanapun akhirnya, perceraian itu tidak gampang.

Banyak orang yang ingin segera menikah, dinikahi, atau menikahi. Namun, langkah pernikahan tidak bisa diburu, dikejar, atau dilambat-lambatkan. Kita tidak bisa meminta pada matahari untuk tambahkan sinarnya. Juga tidak bisa memaksa hujan untuk segera menghentikan derasnya. Semuanya punya porsinya masing-masing.

Termasuk soal cinta dan pilihan. Menikah (lagi) dengan mantan suami apakah bisa membuat kesalah dahulu tak terulang lagi? Mungkin saja.

Jatuh cinta lagi dengan orang yang sama, perasaan yang sama dirasakan oleh Tata Janeta. Jalinan asmara milik penyanyi Tata Janeeta kerap menjadi sorotan. Tata Janeeta kembali melangsungkan pernikahan dengan mantan suaminya Mehdi Zati.

Pria asal Iran ini kembali mempersunting wanita kelahiran Bandung. Apakah rasanya tetap sama, sama deg-deg-annya atau justru makin tegang?

Sebelumnya, Tata dan Mehdi Zati pernah menikah secara diam-diam. Pernikahan pertama keduanya hanya berumur 3 tahun. Awal tahun 2017 lalu, terkuak bahtera rumah tangga Tata dan Mehdi Zati telah berakhir. Bukan hanya itu, Tata Janeeta menyebutkan bahwa Mehdi menceraikannya hanya lewat pesan WhatsApp.

Tata Janeeta mungkin membentuk grup WA saat menikah. Anggotanya, Tata, suami, dan siapa lagi? Karena kurang asyik, suami memilih keluar dari grup. Siapa sangka, Tata Janeeta bisa menerima manta suami menjadi suami (Lagi). WA Tata juga wajib diperbaharui setelah ini.

Kisah menikah (Lagi) dengan mantan suami juga pernah dilalui pasangan suami istri dari kalangan artis lainnya. Teuku Ryan dan Vira Yuniar pernah bercerai pada 2 Januari 2010 silam. Keduanya bercerai dan Teuku Ryan wajib memberikan uang sebesar Rp 10 juta untuk anaknya.

Setahun setelah perpisahan itu, pada tahun 2011 keduanya memutuskan untuk bersatu kembali. Kini terhitung sudah 13 tahun mereka mengalami pasang surut pernikahan, mereka pun kembali mesra dan bahagia dengan dua buah hati mereka.

Ada yang belum selesai dalam diri suami istri ini. Entahlah, bisa jadi cinta, perasaan, anak, atau yang paling misterius adalah jodoh. Jodoh itu tak mungkin jauh-jauh. Akan datang dalam bentuk-bentuk lain yang tidak pernah terprediksi.

Jika perceraian adalah sebuah jeda, mungkin tak perlu disahkan. Tak perlu ada akta perceraian, sebab tak ada satu pun yang setuju atau menyetujui perceraian itu.

Ni Nyoman Ayu Suciartini Photo Verified Writer Ni Nyoman Ayu Suciartini

I'm a writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya