[OPINI] Mendadak "Hala Madrid"

Saya baru tahu wajah Messi, setelah memenya memenuhi beranda

"Malam ini pertandingan Argentina dan Prancis," katanya. Suami saya yang sedang sembahyang cepat-cepat melafalkan mantra. Katanya Argentina harus menang. Ah, bukannya setiap hari dalam piala dunia ada negara yang bertanding? Apa pentingnya pula Argentina?

Inilah derita perempuan yang tak paham akan piala dunia sama sekali. Apalah artinya saya. Bukan Dona Agnesia yang pandai berkomentar sebab tahu seluk beluk permainan. Saya hanya penikmat piala dunia ketika ada tragedi-tragedi menarik di dalamnya. Saya akan sangat tertarik ketika membaca perihal tangan dewa Maradona. Sejak itu saya mengenal pemain sepak bola bernama Maradona, selain seorang penyanyi bernama serupa.

Kemudian saya sebatas tahu Cristiano Ronaldo sebab kemuliaannya menyelamatkan hidup anak korban tsunami Aceh. Kemudian saya tahu Beckham sebab sering wara wiri di infotainment. Pilunya? Saya baru tahu wajah Messi, setelah memenya memenuhi beranda media sosial.

Perihal kutukan dalam piala dunia juga menarik buat saya. Benarkah juara bertahan piala dunia akan tersisih dalam babak penyisihan? Ini terbukti berturut-turut. Saya pun membaca artikel terkait mitos ini. Pertanyaan yang belum terjawab, siapa yang mengutuk? Ada-ada saja.

Kutukan juara bertahan ini dimulai di Piala Dunia 1998 atau tepatnya 20 tahun lalu. Mitos tersebut beranggapan bahwa juara bertahan Piala Dunia, akan tampil buruk di Piala Dunia berikutnya.

Memang saat itu, Prancis gagal lolos dari fase grup Piala Dunia 2002. Brasil sempat membuat kutukan itu diragukan karena berhasil lolos ke babak perempatfinal Piala Dunia 2006. Namun kutukan itu dilanjutkan oleh Italia, usai juara Piala Dunia 2006, Italia gagal total di Piala Dunia 2010. Italia hanya menjadi juru kunci dan kalah bersaing dengan Paraguay, Slovakia, dan Selandia Baru.

Kutukan ini kembali berlanjut di Piala Dunia 2014. Spanyol yang juara Piala Dunia 2010 gagal lolos dari fase grup. Dan di Piala Dunia 2018, kutukan ini juga tak bisa diempaskan dari Jerman. Korea Selatan menjadi tim yang tiba-tiba tangguh. Sangat bertolak belakang dengan oppa-oppa dalam serial drama Korea yang digilai itu.

Ini bisa jadi referensi. Siapa tahu muncul pertanyaan “Siapa juara piala dunia tahun 2014?” misalnya. Biasanya soal semacam ini pernah muncul dalam tes pengetahuan umum saat mengikuti seleksi apapun, termasuk seleksi pacar.

Bicara bola, laki-laki yang paham akan langsung nyambung. Kemudian tinggallah perempuannya yang menjadi perbincangan nomor sekian.

Musim piala dunia membuat saya yang tidak terlalu tertarik mencari pelarian dengan menulis ini. Namun, anehnya, keesokan hari setelah pertandingan, media sosial akan riuh dengan komentar dan hasil-hasil yang dinyatakan lagi. Masuk akal. Namanya juga fans berat.

Yang aneh bagi saya adalah pamer media sosial menunjukkan beberapa perempuan mendadak paham perihal bola. Bukan hanya piala dunia, bahkan pertandingan kategori liga juga memunculkan banyak perempuan mendadak fans fanatik bola.

Mereka muncul dengan foto selfie sekaligus grufie dengan baju putih khas klub Real Madrid, kemudian berteriak dalam caption “Hala Madrid”. Jika memang yakin suka bola, suka clubnya, suka pemainnya, silakan lanjutkan. Tapi, kalau hanya ingin terlihat kekinian, ya lakukan diam-diam.

Menggemaskan sekali. Padahal hari-hari timeline media sosialnya dipenuhi foto selfie tak berarti.

Kepo ke dalam komentar di media sosialnya, ada yang bertanya jagoin madrid juga? Fans berat gile. Wah, coba minta sebutkan nama-nama pemain Real Madrid semuanya, paling cuma tahu Cristiano Ronaldo tok. Pokoknya jangan sampai kekurangan bahan untuk eksis di media sosial kadang menjadi alasan begitu memaksa.

Wajar bagi mereka yang ingin terlihat menjadi perempuan “beda”. Menyukai bola, permainan dunia, menjadi nilai tambah bagi lelaki jomblo yang kebetulan ingin mencari jodoh yang paham akan hobinya. Padahal mereka tak pernah tahu, bahwa selalu sama atau sepaham kadang membosankan. Tak ada yang salah dengan cara promosi ini. Sama sekali tak ada yang salah.

Cuma dosisnya jangan berlebihan. Sebab saya tanyai beberapa laki-laki, termasuk suami saya, apakah suka dengan perempuan yang mendadak suka bola? Jawaban mereka ogah-ogahan.

Satu dari laki-laki yang saya tanyai menjawab bahwa ia kadang langsung ilfeel. "Jadilah apapun yang baik, yang melekat sebelumnya menjadi tidak baik. Apa adanya saja, sudah cukup," imbuhnya.

Saya tidak tahu banyak soal permainan bola, piala dunia, atau liga. Yang pasti jadwal pertandingan ini bisa mengubah jam makan malam yang sudah terencana begitu baiknya menjadi jamuan makan malam yang dingin. Sebab dagu pasangan kita selalu menghadap ke tempat yang lebih tinggi, yaitu televisi.

Seandainya Indonesia berlaga dalam piala dunia, mungkin perhatian saya akan lebih serius. Sebab nasionalisme sudah berbicara dan sedikit memaksa. Karena suami menjagokan Argentina, saya berdoa yang menang adalah Korea Selatan. Hahaha.

Ni Nyoman Ayu Suciartini Photo Verified Writer Ni Nyoman Ayu Suciartini

I'm a writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya