10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah Dunia

Kepemimpinan menjadi kunci berubah

Jakarta, IDN Times -  Menjalani #dirumahaja di masa pandemik virus corona membuat saya jadi punya waktu ngobrol dengan anak yang juga menjalani belajar di rumah.  Salah satu diskusi yang kami lakukan adalah soal berkurangnya warga yang bekerja, membuat jalan-jalan jadi lebih lengang (terutama Sabtu ini, sementara hari kerja sebelumnya transportasi publik masih padat). 

Di media sosial beredar foto-foto situasi di beberapa kota, yang langitnya jadi lebih bersih dari polusi. Apakah pandemik ini menjadi berita baik, ironisnya, bagi perubahan iklim?  Karena polusi udara berkurang? Apakah situasi ini bakal berlanjut pascapandemik?

Anak saya, Darrel, punya pendapat bahwa kesadaran akan perubahan iklim (climate change) masih jadi tantangan besar.  Menurut dia, pascapandemik boleh jadi polusi udara bakal naik, justru karena semua orang seperti “mengejar ketertinggalan” selama periode pembatasan jarak kontak fisik (physical distancing), yang berakibat penutupan banyak kegiatan usaha termasuk pabrik manufaktur. 

“Orang-orang tetap naik mobil, bahkan bepergian banyak karena bosan dikarantina, jadi kembali ke sedia kala bahkan makin parah,” kata Darrel.

Well, pembaca bisa setuju atau tidak dengan pendapat anak saya.  Kalau itu yang terjadi, memang memprihatinkan, karena dalam satu hal, kepedulian lingkungan,  kita tidak memetik pelajaran penting dari masa pandemik ini.

Tapi, saya mencatat sejumlah hal yang seharusnya membuat perubahan, semacam situasi dunia seperti apa yang terjadi pascapandemik COVID-19.

Baca Juga: Virus Corona, Korsel Melacak Warga Secara Agresif

1. Infrastruktur digital harus jadi prioritas, terutama untuk mendukung big data dan kecerdasan buatan di sektor kesehatan

10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah DuniaPara calon penumpang menunggu kendaraan yang akan membawa mereka meninggalkan Woodlands Causeway untuk menyeberang ke Singapura dari Johor pada 17/3/2020, beberapa jam sebelum Malaysia memberlakukan lockdown (karantina wilayah) karena wabah virus corona. ANTARA/REUTERS

Selama dua bulan, kita membaca bagaimana Singapura dan Korea Selatan menjadi referensi Badan Organisasi Dunia (WHO) dalam menangani pandemik ini. Banyak yang memuji program tes masif yang dilakukan secara proaktif kepada warga untuk mendeteksi warga yang terinfeksi. 

Kementerian Kesehatan Singapura, dibantu pembangun situs, menyajikan data lengkap riwayat perjalanan dan kontak  pasien yang positif COVID-19 agar publik dapat memonitor, bahkan berinisiatif minta dites jika ternyata pernah berada di tempat yang sama atau ada kontak jarak dekat dengan pasien yang hanya ditampilkan dengan nomor kasus.

“Kami proaktif jemput bola sampai ke klinik kesehatan di tingkat komunitas.  Lebih baik kami mendapatkan jumlah terinfeksi positif lebih banyak, sehingga bisa ditangani segera,” kata Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Anil Nayar menjawab pertanyaan saya.

Korea Selatan bahkan mengembangkan App, yang wajib diunduh oleh warga. Lewat App itu, pasien dimonitor ketat, dan jika dia berjalan keluar melewati jarak yang diperbolehkan (warga boleh jalan-jalan di sekitar rumah saja), langsung dapat notifikasi. Pemanfaatkan kecerdasan buatan.

Pelajaran dari dua negara ini mestinya membuat para inovator mengembangkan data besar (big data) riwayat kesehatan pasien yang terintegrasi antara rumah sakit dari pusat sampai ke Puskesmas, bahkan ke praktik dokter pribadi.  Semacam data Kartu Tanda Penduduk dengan pola yang lebih canggih. 

Pada saat terjadi wabah, jika ada yang berobat dengan gejala yang mirip, misalnya batuk, pilek, sesak napas dan demam untuk COVID-19, dokter di level komunitas langsung mengirim data ke pusat kesehatan, yang akan menindaklanjuti dengan datang ke pasien yang bersangkutan dan melakukan tes.

Tantangannya soal integrasi data kesehatan adalah menjaga kerahasiaan pasien.  Problem besar yang selama ini terjadi karena data kita di bank, ataupun di penyedia telekomunikasi, bocor, dan konsumen dihujani tawaran berbagi produk.

Kecerdasan buatan dan data yang dikumpulkan dari pasien yang terinfeksi juga digunakan menciptakan alat uji yang efektif terjangkau, serta menciptakan vaksin dan obat-obatan. Dana riset kesehatan wajib ditambah.  Tekanan kepada lembaga riset untuk menemukan vaksin dan obat-obatan  meningkat.

2. Penting mengembangkan data akurat terintegrasi soal rantai pasokan alat kesehatan

10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah DuniaIlustrasi (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Dari Indonesia sampai Amerika Serikat, kita mendapati lemahnya rantai pasokan alat kesehatan. Infrastruktur kesehatan sangat lemah. Tidak ada yang punya data, berapa kapasitas produksi Alat Pelindung Diri (APD) masker, ventilator, dan alat kesehatan lain.  Tidak ada juga data berapa banyak jumlah ketersediaan alat-alat ini di setiap Rumah Sakit yang ada di seluruh Indonesia, bahkan di RS yang diumumkan sebagai rujukan.  Fakta yang beredar luas adalah kekurangan di mana-mana, dan harganya adalah nyawa pasien termasuk tenaga medis.

Pendataan ini perlu serius dilakukan, dan informasinya terintegrasi.  Berkaca dari Pemilu, ketika setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) diberikan sejumlah kertas suara sesuai daftar pemilih tetap, plus ekstra sekian persen untuk pindahan. Dalam konteks RS, tambahan untuk keadaan abnormal, seperti wabah.

Cara berpikirnya tidak bisa, “ah, belum tentu setahun sekali kejadian seperti ini”. Terbukti, kelangkaan alat kesehatan bisa berakibat fatal. Lebih baik sedia payung sebelum hujan.

Di Belgia dan Italia ilmuwan memanfaatkan masker untuk menyelam menjadi ventilator atau alat bantu pernapasan. Penting inovasi ventilator yang lebih ringan, lebih murah, tanpa mengurangi efektivitasnya.

Baca Juga: Diskes Tabanan Kesulitan Penuhi APD Berupa Masker

3. Penting mengembangkan teknologi untuk mendukung pembelajaran jarak jauh

10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah DuniaAplikasi Zoom Cloud Meetings mobile. (IDN Times/Bayu D. Wicaksono)

Pelajar termasuk anak-anak di seluruh dunia menjalani kegiatan belajar dari rumah selama pandemik, untuk mengefektifkan pembatasan jarak kontak fisik. Termasuk di Indonesia.  Mereka melakukan pembelajaran jarak jauh menggunakan teknologi dari Skype, Zoom, G-Hangouts dan lainnya.

Pola belajar jarak jauh ini membutuhkan laptop atau tablet, dan tentu saja jaringan internet yang stabil. Pelajar yang mampu memiliki komputer dalam bentuk apapun, atau minimal telepon seluler pintar, bisa mendapatkan akses belajar jarak jauh.  Bagaimana yang tidak? 

Pascapandemik COVID-19 mestinya dibangun infrastruktur dan sistem pembelajaran jarak jauh yang bisa diakses semua pelajar tanpa terkecuali di mana pun mereka berada.  Pelajar harus dijamin haknya mendapatkan akses kepada guru-guru berkualitas, termasuk saat harus belajar jarak jauh. 

Tentu saja guru dan dosen harus disiapkan untuk menguasai teknologi pembelajaran jarak jauh. Inovator bisa menciptakan aplikasi yang mudah digunakan dan terjangkau. Gratis lebih baik.

Tidak hanya itu, lembaga penelitian dan laboratorium harus memikirkan mekanisme riset jarak jauh tidak hanya bagi staf, pula untuk mahasiswa magang.

Baca Juga: Wabah Virus Corona, Nadiem Makarim Siap Tunda Ujian Nasional

4. Kerja jarak jauh atau dari rumah menjadi cara yang harus diterima sebagai alternatif di saat pandemik

10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah DuniaIDN Times/Arief Rahmat

Bagi sebagian orang, termasuk saya, bekerja dari rumah (work from home) sudah biasa.  Saya mengalaminya sejak Oktober 2014, ketika berhenti bekerja dari ANTV dan bergabung dengan Rappler Indonesia. Praktis kami cuma berkantor seminggu satu kali untuk rapat koordinasi. 

IDN Media Grup termasuk IDN Times melakukan WFH juga sejak 17 Maret 2020. Koordinasi intensif dilakukan lewat komunikasi digital.

Teman-teman di media televisi memang tak bisa sepenuhnya bekerja dari rumah. Tapi, itu harus dilakukan selama masa isolasi.  Banyak pembawa acara televisi melakukan siaran dari rumahnya dengan peralatan terbatas, tapi kualitas siaran dijaga dari segi narasumber maupun konten siaran. Proses urun-daya (crowd-sourcing) bahan berita jadi penting, termasuk memastikan akses ke konferensi pers virtual.

Instansi dan organisasi perlu memberikan perhatian penting bagi pemutakhiran data di situs resmi agar bisa dimanfaatkan oleh publik termasuk media. Jangan asal punya situs tapi tidak dikelola dengan baik. Pemborosan anggaran.

Kerja dari rumah perlu disiplin, fokus dan akuntabilitas. Mekanisme laporan harian, mingguan, sampai kualitas dan interaksi komunikasi digital.

Bagaimana mengelola rasa jenuh saat isolasi? Itu tantangan juga. Maka peluang bagi mereka yang mendalami berbagai metode psikologi mengatasi kecemasan dan stres, serta ide-ide kreatif saat di rumah saja.

Baca Juga: Work From Home? 5 Aplikasi Meeting Online Ini Bisa Membantumu

5. Memberikan apresiasi kepada profesi yang berperan penting di masa pandemik

10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah DuniaPerusahaan konveksi di Tulungagung donasikan APD, IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Tidak bisa dipungkiri, di masa pandemik, para tenaga medis adalah benteng pertahanan terakhir. Kepada mereka kita berterima kasih tak terhingga. Para petugas pembersih, kurir, sopir kendaraan umum termasuk taksi, petugas kasir, militer dan polisi, pekerja konstruksi yang membangun rumah sakit darurat, sampai penjual sayur keliling komplek yang membantu memastikan kebutuhan dapur dipenuhi, adalah pahlawan tanpa tanda jasa.

Tapi, jangan lupakan profesi lain yang dalam kasus di Indonesia berjasa besar: para penjahit APD, masker, dan pelindung wajah. Kekurangan yang dialami banyak rumah sakit menginspirasi sejumlah pihak untuk memobilisasi penjahit (dan banyak yang melakukannya dengan cuma-cuma) untuk memproduksi kebutuhan tenaga medis.

Setelah pandemik berlalu, jangan lupakan mereka.

Baca Juga: Penjahit Rumahan di DIY Turun Tangan Membuat APD bagi Petugas Medis

6. Menghargai lokalitas termasuk saat berbelanja

10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah DuniaIlustrasi Supermarket (IDN Times/Sunariyah)

Karantina wilayah yang dilakukan di banyak negara, membatasi mobilitas orang.  Warga hanya boleh keluar untuk membeli kebutuhan barang pokok dan farmasi, di area tertentu yang dekat dengan tempat tinggal.

Sejumlah pasar tradisional memulai inisiatif memberikan nomor kontak penjual dan mengedarkannya ke komunitas warga terdekat, sehingga mereka bisa mendapatkan layanan pesan-antar, tanpa perlu ke luar rumah. Begitu juga dengan pasar swalayan dan apotek.

Kalau bisa membeli dari penjual di dekat tempat tinggal, mengapa harus di tempat yang jauh? Lagi pula membeli dari pasar tradisional menghidupkan ekonomi rakyat.

7. Merajut hubungan keluarga yang lebih erat, lebih peduli

10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah DuniaIDN Times/Sukma Shakti

Dua-tiga minggu isolasi di rumah, memaksa kita berkomunikasi lebih intensif.  Makan bersama, beribadah bersama, menemani anak belajar dan, ini yang penting, lebih memahami kesendirian dan kesepian.

Ayah saya mengidap diabetes, sudah 20 tahun. Dia berisiko tinggi saat pandemik ini. Jadi, saya minta maaf tidak bisa sering menengoknya, dan hanya mengirimkan makanan secara rutin.  Untungnya, ada yang menemani ayah saya untuk bersih-bersih rumah.

Tapi praktis, sehari-hari ayah saya ya kesepian sendiri. Hiburannya menonton televisi.  Dia ngobrol, kalau kami anak-anaknya datang. Untuk jalan-jalan, kondisinya sudah lemah.

Saat menjalani isolasi di rumah, merasakan jenuh, bosan. Pasti itu yang dirasakan ayah saya selama ini. Terperangkap di rumah. Bagi yang punya keluarga, bisa membuat aktivitas bersama untuk membunuh rasa bosan. Bagaimana dengan yang tinggal sendiri?

Saya berjanji untuk lebih sering mengajak ayah saya ngobrol. Minimal lewat telpon. Ibu saya sudah meninggal dunia.

8. Lebih peduli terhadap kebersihan dan kesehatan baik di rumah, kantor maupun saat bepergian

10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah DuniaIlustrasi (IDN Times/Rochmanudin)

Sejak pandemik ini rutinitas tiap pagi adalah membersihkan meja makan, meja belajar, saklar lampu, pegangan pintu, pegangan pintu kulkas, remote control televisi dan AC, serta laptop dan ponsel dengan air sabun atau cairan disinfektan.  Cuci tangan dengan air sabun di bawah aliran air setiap 20-30 menit. Karena di rumah, ya tidak perlu menggunakan hand sanitizer.

Habis bepergian, sebelum masuk ke kamar kami wajib mandi dan berganti pakaian bersih. Pakaian yang dipakai langsung dimasukkan ke keranjang baju kotor. Bahkan sebelum masuk pun badan disemprot disinfektan.

Setiap hari lakukan olahraga ringan, minum vitamin, makan sayuran dan buah-buahan.

Pola hidup bersih dan sehat ini harusnya dilanjutkan.

Termasuk saat bepergian. Pandemik COVID-19 menyebar cepat, karena dunia tak berbatas dan frekuensi perjalanan manusia yang luar biasa intensif. Interaksi dan kontak fisik meningkat pesat. Daya imunitas harus terjaga. Termasuk kesadaran untuk vaksinasi sebelum bepergian.

Penting memiliki asuransi kesehatan termasuk saat bepergian.

Baca Juga: Lama Hidup Virus Corona di 10 Jenis Benda Berbeda, yuk Jaga Kebersihan

9. Kita perlu menguasai minimal satu hobi atau keahlian yang bermanfaat

10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah DuniaYummy App

Rasa bosan dan jenuh mulai muncul di hari ketiga karantina mandiri ataupun WFH.  Ini yang saya rasakan. Pengeluaran meningkat karena cepat bosan dengan menu yang ada, sehingga cenderung memesan layanan antar. Boros.

Saya suka memasak untuk mengisi waktu luang. Masak meredakan stres dan mendatangkan rasa lebih dekat dengan keluarga. Saat WFH seperti ini, referensi masak yang sehat dan gampang menjadi penting. Begitu juga referensi hobi dan keterampilan yang bisa dikerjakan seterusnya, setelah pandemik usai. Bukankah salah satu saran untuk #dirumahaja, adalah mempelajari  hal baru?

Baca Juga: Aplikasi Ini Jadi Inspirasi Masak Enak dan Sehat Selama #dirumahaja

10. Pentingnya kepemimpinan yang jujur, transparan dan mampu membangun partisipasi dan solidaritas

10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah DuniaDok.Humas Jabar

Dalam menangani masa krisis seperti pandemik virus corona, kita melihat dan membandingkan bagaimana para pemimpin di level dunia, negara, wilayah sampai korporasi merespons situasi. 

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong segera memerintahkan tes proaktif dan antisipasi infrastruktur kesehatan untuk tangani pandemik sejak awal Februari 2020.  Presiden dan pejabat di Singapura dipotong gajinya untuk bonus bagi tenaga medis yang tangani pasien COVID-19.  Ketika pasien positif corona meninggal dunia, PM Lee menyampaikan duka cita.

Singapura bergerak cepat dengan riset vaksin dan pengujian COVID-19 yang bisa diketahui hasilnya dalam lima jam.

Hal yang sama dilakukan Korsel. Tes massal mendeteksi penyebaran, meredakan panik.  Bulan Januari ketika Tiongkok mengumumkan urutan virus, pemerintah gerakkan kolaborasi dengan ilmuwan dan swasta untuk memproduksi alat uji yang bisa dipercayai.

Gubernur New York Andrew Cuomo mengisi “kekosongan” kepemimpinan di AS dengan bersikap jujur dan transparan soal problem yang dihadapi: kekurangan jumlah fasilitas RS termasuk ventilator. Kejujuran itu membangkitkan partisipasi dan solidaritas warga, termasuk pihak swasta. “Human life first, business later.” Kata Cuomo. 

Ekonomi dan bisnis pasti anjlok gara-gara pandemik.  Tapi menyelamatkan nyawa jadi prioritas, kemudian dukungan bagi ekonomi rakyat dan sektor informal.

Ada sejumlah contoh menarik untuk kepemimpinan di saat krisis pandemik seperti ini.  Kepemimpinan, Pengambilan Keputusan dan Prioritas jadi kata kuncinya.

Prioritas Riset, Inovasi dan Anggaran juga bergantung kepada kepemimpinan.

Ada sederet bahasan lain, soal bagaimana dunia sesudah pandemik COVID-19, dari solidaritas antar bangsa, isu soal perlindungan data pribadi, bagaimana inisiatif warga lebih mengemuka  sementara pemerintah lambat, bagaimana tata cara beribadah,  hubungan antar negara dan nasib globalisasi dan banyak hal lagi. 

Pengalaman dari pembaca bisa melengkapi catatan ini.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terkini Wabah Virus Corona di Indonesia

https://www.youtube.com/embed/1XNhzcvZUL4

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya