Tragedi KM Sinar Baru: Keselamatan Itu Kultur, Tak Bisa Dipaksakan

Opini Eka Sari Lorena, pengusaha transportasi

Jakarta, IDN Times - Tragedi tenggelamnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, pada Senin lalu (18/6), membuat publik tersentak. Musibah ini mengingatkan kembali minimnya perlindungan keselamatan publik di transportasi laut.

Sejauh ini lebih dari 100 penumpang masih hilang. Presiden Joko 'Jokowi' Widodo meminta jajarannya memperbaiki pelayanan transportasi laut dan danau.

Baca juga: Ini 3 Tragedi Kapal Tenggelam di Danau Toba

Eka Sari Lorena Soerbakti, pengusaha dan pimpinan PT Eka Sari Lorena Express menyampaikan pendapatnya secara tertulis mengenai tragedi KM Sinar Baru.

Berikut pendapat Eka Sari yang juga mantan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusar Organisasi Angkutan Darat (DPP Organda) itu.

1. Safety adalah proses yang pencapaiannya harus difasilitasi

Tragedi KM Sinar Baru: Keselamatan Itu Kultur, Tak Bisa DipaksakanTwitter/@LorenaEka1

“Sebagai anak Sumatera Utara, saya turut berduka cita atas musibah kapal feri di Danau Toba. Dukacita mendalam terhadap keluarga yang ditinggalkan. Dan, mudah-mudahan upaya pencarian menemui hasil positif.

Semoga pula, di masa mendatang, kecelakaan tidak lagi terjadi. Kita pun tak bisa seperti ini lagi bertindak seperti pemadam kebakaran. Tidak bisa bergerak setelah kecelakaan terjadi. Yang terpenting pula, tidak bisa saling menyalahkan.

Harus diingat kalau safety itu adalah sebuah proses yang pencapaiannya harus difasilitasi. Tidak bisa dipaksa untuk aman tanpa satu pun upaya untuk memfasilitasi. Memangnya, awak kapal dan nahkoda tidak ingin tidak aman? Kan, mereka juga ingin sampai ke tepian untuk bertemu keluarga.”

2. Mau aman, tidak bisa dengan tarif transportasi yang murah

Tragedi KM Sinar Baru: Keselamatan Itu Kultur, Tak Bisa DipaksakanSELAMAT. Suasana haru terlihat saat pertemuan antara korban selamat dengan anggota keluarga mereka. Foto oleh Lazuardy Fahmi/AFP

“Aman itu pun tidak murah. Nah, kalau tarifnya pun rendah, bagaimana bisa aman? Kalau penumpang maunya tarif murah, ya bagaimana keselamatan dapat dijamin? Yang terpenting juga adalah, bagaimana pemda mencarikan solusi untuk meningkatkan keselamatan itu?

Nah, karena angkutan feri untuk angkutan sungai, danau dan penyeberangan itu di bawah naungan perhubungan darat, ya bagaimana supaya ada campur tangan dari Dirjen Perhubungan Darat. Sekali lagi, tujuannya supaya keselamatan lebih dijamin.

Bagaimana caranya? Ya, bisa dimulai dari pembinaan. Ini dengan melibatkan operator sehingga operator dapat mengedepankan aspek keselamatan. Kalau gak ada pelampung misalnya, ya coba difasilitasi. Tanpa fasilitasi ya omong kosong lah.”

3. Mengapa angkutan feri di Danau Toba tidak ada public service obligation (PSO)?

Tragedi KM Sinar Baru: Keselamatan Itu Kultur, Tak Bisa DipaksakanPENCARIAN. Tim SAR menyusuri Danau Toba untuk melakukan pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun yang masih hilang. Foto oleh Ivan Damanik/AFP

“Saya juga melihat ada kesetidaksetaraan. Angkutan Kereta Api misalnya, dapat PSO. Nah, mengapa angkutan feri di Danau Toba ini tidak dapat PSO yang besar pula. Jadi, warga bisa membayar tarif yang murah, tapi operator punya uang lebih untuk memelihara armada dan menjamin keselamatan. Tujuannya, ya demi keselamatan.

Lebih dari itu, bukankah kita punya mimpi menjadikan Danau Toba sebagai 10 destinasi wisata utama selain Bali. Apa kata dunia kalau transportasi danau itu tidak aman? So, pemerintah sangat perlu memikirkan hal safety dengan mendalam.. Safety, keamanan janganlah main-main.”

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya