WEF Gelar Davos Agenda 2021, Bahas Dunia Pasca-COVID-19

Refleksi pemimpin ekonomi dunia

Jakarta, IDN Times – Setahun lalu, pada hari ini, resor tetirah ski di Davos, Swiss, mulai sepi. Selama lima hari sebelumnya, desa kecil di kawasan pegunungan Alpen itu, disesaki 3 ribuan orang, termasuk para kepala pemerintahan, eksekutif perusahaan terkemuka, para ahli ekonomi bisnis sampai penggiat sosial kemasyarakatan. Selama 50 tahun, Davos menjadi tuan rumah perhelatan Forum Ekonomi Dunia (WEF), yang digagas oleh Klaus Schwab, profesor ekonomi asal Jerman.

Belakangan, WEF juga selalu diwarna aksi demonstrasi, mulai dari menyoal para korporasi yang tak peduli perubahan iklim, sampai protes masyarakat adat dari berbagai negara. Sikap warga Davos beragam. Ada yang senang karena desa itu tak diganggu kehebohan WEF. Tapi banyak yang sengsara karena ekonomi dan bisnis hotel dan layanan jasa lain praktis anjlok.

Tahun ini, pandemik COVID-19 membuat WEF digelar secara daring, 25-29 Januari 2021. Selama 2020, WEF menggelar sejumlah pertemuan daring, termasuk forum dunia soal pertumbuhan berkelanjutan dan sesi-sesi khusus dengan para pemimpin redaksi anggota Majelis Media Internasional (IMC) WEF, di mana saya ikut di dalamnya.

WEF juga meluncurkan semangat “The Great Reset”, alias atur ulang paradigma pembangunan dan pengelolaan korporasi. Sebetulnya ini kelanjutan dari WEF ke-50 tahun lalu, yang temanya kapitalisme pemangku kepentingan yang lebih pro pembangunan berkelanjutan.

Pandemik virus corona ini dianggap momentum penting yang mengakselerasi semangat itu, agar kita tidak keluar dari lorong pandemik hanya mewarisi sikap kedaruratan. Pandemik COVID-19 sebetulnya bagaikan dentum lonceng raksasa yang menggelegar, mengingatkan dunia akan krisis yang lebih mengerikan: krisis iklim.

Pertemuan Davos Agenda 2021 fokus kepada menciptakan dampak, membangun kembali kepercayaan dan menentukan kebijakan dan kemitraan yang dibutuhkan di tahun 2021. Seperti biasa, WEF menghadirkan pemimpin dan pengambil keputusan di bidang ekonomi bisnis, dan mengusung tema, “Tahun Krusial Membangun Kembali Kepercayaan.”

Baca Juga: The Great Reset, Kontrak Sosial Baru Pasca Pandemik Corona

“Dalam konteks pandemik COVID-19, dibutuhkan atur ulang prioritas dan mendesaknya reformasi sistem, hal yang makin kuat dirasakan di seluruh dunia,” ujar Klaus Schwab dalam keterangan tertulisnya. Schwab, pendiri dan ketua eksekutif WEF itu mengingatkan membangun kembali kepercayaan dan meningkatkan kerjasama global sangat krusial untuk menyuburkan inovasi dan solusi berani untuk mengatasi pandemik, dan mengarahkan semuanya kepada proses pemulihan.

“Pertemuan unik ini menjadi peluang bagi para pemimpin untuk menyampaikan visi mereka, dan menggarisbawahi isu penting bagi kita saat ini, seperti mempercepat penciptaan lapangan pekerjaan dan melindungi lingkungan hidup,” ujar Schwab.

Presiden Tiongkok Xi Jinping mengawali sesi pemimpin pemerintahan. Davos Agenda 2021 juga menghadirkan Perdana Menteri India Narendra Modi, PM Jepang Yoshihide Suga, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sampai Presiden Republik Korea Selatan Moon Jae-in.

Juga menjadi langganan setiap tahun, alias tamu tetap yang juga berbicara di depan komunitas WEF, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Direktur Pengelola Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva.

Baca Juga: Membuka WEF di Davos, Xi Jinping Serukan Kerja Sama Global

WEF Gelar Davos Agenda 2021, Bahas Dunia Pasca-COVID-19The Davos Agenda 2021 World Economic Forum - Screenshot WEF LIVE

Presiden Tiongkok Xi Jinping menggarisbawahi ketidakpastian yang lahir gara-gara pandemik ini. Dia mengatakan dunia sedang menghadapi resesi terburuknya sejak akhir Perang Dunia II. Ekonomi dunia alami pukulan keras. Triliunan dolar paket bantuan di seluruh dunia tidak bisa menghapuskan ketidakpastian yang sedang terjadi.

Xi Jinping menyarankan agar negara-negara di dunia fokus melakukan berbagai upaya untuk mendorong perekonomian.

“Kita perlu fokus pada prioritas saat ini, dan mendanai program tanggapan yang jelas dan pembangunan ekonomi. Dukungan kebijakan ekonomi makro harus ditingkatkan untuk membawa ekonomi dunia keluar dari kesulitan sedini mungkin,” jelas Xi pidatonya (25/1/2021).

Angela Merkel, memulai pidatonya dengan menyampaikan pentingnya sukses program vaksinasi COVID-19 dan bagaimana hal itu menggambarkan nilai-nilai kerja sama internasional.

“Pengembangan vaksin menunjukkan bahwa kita bisa mencari jalan keluar dari pandemik ini, namun prosesnya bakal lebih berat dari yang kita pikirkan sebelumnya,” kata Merkel, perempuan paling berkuasa di dunia, yang bakal meletakkan jabatan pemimpin partai, setelah 18 tahun berkuasa.

Senada dengan Merkel, Ursula von der Leyen mengggarisbawahi komitmen Eropa untuk mencapai karbon netral 55 persen, dan melontarkan optimisme kerja sama perubahan iklim global, setelah aktifnya Pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden.

“Saya sungguh senang AS bergabung kembali dengan Kesepakatan Paris,” ujar Ursula, mantan menteri pertahanan Jerman. Dia juga mengingatkan pentingnya akses vaksin COVID-19 untuk semua warga dunia.

Dari sisi pengelolaan korporasi, pandemik COVID-19 bagaikan alarm yang membangunkan kita, dan membuka mata terhadap titik lemah dalam model bisnis dan cara kerja di berbagai organisasi. Bekerja efektif dan efisien misalnya, bisa dilakukan dari mana saja. Bekerja dari rumah, di satu sisi mengurangi emisi karbon yang diproduksi sektor transportasi, misalnya. Apalagi kalau sumber energinya terbarukan, ramah lingkungan.

WEF untuk Majelis Bisnis Internasional mengusulkan sebuah metrik yang mengukur pengelolaan lingkungan dan sosial yang dilakukan korporasi. Dalam sesi diskusi di Davos Agenda 2021, kelompok ini membahas indeks kinerja yang bisa mendorong implementasi konsep kapitalisme pemangku kepentingan.

Dalam Davos Agenda daring ini, sekitar 1.000 pemimpin ekonomi bisnis ikut serta. Sesi-sesi diikuti oleh sekitar 10 ribu pemimpin muda, di berbagai belahan negara.

Mengikuti sesi-sesi yang sarat dengan refleksi, tekad untuk mengubah paradigma berbisnis dan pembangunan yang lebih berkelannjutan di Davos Agenda 2021, membuat saya miris dengan fakta yang tengah kita alami di Tanah Air: bencana alam di sejumlah daerah, menambah krisis yang kita alami setahun terakhir akibat pandemik ini.

Bicara soal pembangunan berkelanjutan, pekerjaan rumah Indonesia masih banyak. Kepentingan rente, kolusi kekuatan politik dan bisnis masih mendominasi pengambilan keputusan publik. Hari ini, pandemik COVID-19 di Indonesia mencatat angka tembus satu juta kasus.

Awan ketidakpastian masih tebal. Gelap.

Baca Juga: Yuk, Saksikan Foto-Foto Perhelatan WEF 2020 di Davos, Swiss 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya