Perguruan Tinggi Swasta Tak Boleh Hanya Jadi Ladang Bisnis

Perguruan Tinggi swasta sejatinya tak boleh hanya jadi ladang bisnis.

Pendidikan tentu menjadi kewajiban bagi setiap warga negara. Di indonesia wajib belajar sembilan tahun dicanangkan. Hal ini tentu harus diperhatikan oleh para pelajar negeri ini. Bagi mereka yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi, tentu harus merencanakan kemana akan melaju? Ke Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta.

Untuk mereka yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Swasta harus pandai memilah-milah. Pasalnya, dewasa ini banyak Perguruan Tinggi Swasta yang menyalahgunakan hal ini. Banyak teman saya yang melanjutkan studi sarjana di Perguruan Tinggi Swasta, namun mereka mengeluhkan hal ini. Misalnya dosen yang sering absen, sehingga mereka tidak mendapatkan materi perkuliahan. Kemudian untuk Mahasiswa tingkat akhir sering terbengkalai perihal bimbingan skripsi dikarenakan faktor dosen yang keluar kota atau sedang mengambil cuti libur.

Faktor-faktor diatas tentu menghambat kinerja mahasiswa. Bagaimana tidak, mereka merasa tidak diperhatikan dan hak mereka seakan di tangguhkan. Melihat data jumlah Perguruan Tinggi di indonesia, kurang lebihnya sudah ada 130 Perguruan Tinggi Negeri dan lebih dari 3500 Perguruan Tinggi swasta. Jika setiap Perguruan Tinggi beserta mahasiswanya bersungguh-sungguh dalam hal memajukan bidang pendidikan, tentu para generasi bangsa ini mampu membawa perubahan bagi negeri ini.

Alangkah lebih baik jika lebih berfokus kepada prestasi untuk negeri ini. Tiap-tiap perguruan tinggi tentu memiliki program studi yang bervariasi. Misalnya Teknik, Akuntansi, Ekonomi, Olahraga, Sastra, Ilmu Komunikasi, dan masih banyak lagi program studi lainnya. Jika setiap Mahasiswa mampu berprestasi di tiap-tiap bidangnya, akan memberikan banyak manfaat di setiap sektornya. Sehingga negeri ini mampu membuka mata dunia, bahwa kita bangsa Indonesia mampu bersaing di kancah Internasional.

Inovasi dari perguruan Tinggi perlu ditingkatkan menjadi lebih baik lagi, mulai dari segi fasilitas maupun Sumber Daya Manusianya harus berimbang. Kita dapat mengambil contoh dari Singapura yang telah menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat dalam hal inovasi. Hal ini dapat kita jadikan contoh kemajuan negeri ini.

Sektor-sektor tertinggal seperti pertanian, kesehatan, obat-obatan, informasi dan komunikasi harus ditekan kemajuannya.Sehingga nantinya para lulusannya dapat di tempatkan di daerah-daerah tertinggal guna membantu daerah tersebut, utamanya di luar pulau Jawa dan Indoneisa Timur.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah pemberian beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu tetapi berprestasi. Perlu diperhatikan mengingat banyak sekali Mahasiswa berprestasi namun tidak memiliki hak untuk mengenyam bangku kuliah. Sangat disayangkan karena mereka juga dapat berperan aktif dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Sebut saja Rani yang notabene Mahasiswa kurang mampu tetapi dapat menunjukkan kepada kita semua bahwa keterbatasan ekonomi tak lantas mengurungkan niatnya untuk tetap berprestasi. Bahkan Mahasiswi ini dapat lulus dengan predikat lulusan terbaik dari universitas Negeri Semarang.

Kembali lagi ke topik pembahasan awal, bahwa Perguruan Tinggi Swasta tentunya tidak kalah saing dengan Perguruan Tinggi Negeri. Mengambil contoh dari Eropa, Perguruan Tinggi Swasta justru lebih baik juka dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Negeri.

Berbicara soal faktornya, Perguruan Tinggi Swasta mengimbangi segalanya dengan memberikan mutu perkuliahan kepada Mahasiswanya dengan mutu perkuliahan nomor wahid, sebut saja Singapore Management University, Curtin Singapore, Singapore Hotel and Tourism Education Centre (SHATEC), dan Singapore Institute of Management. Masing-masing Universitas tersebut bergerak di bidangnya masing-masing, namun yang perlu diketahui adalah keseluruhannya memiliki ranking yang patut disegani di levelnya.

Kita ambil contoh untuk Singapore Management University  berhasil bertengger di posisi 10 di tingkat Asia and peringkat 36 di level dunia. Curtin Singapore setidaknya juga menyediakan fasilitas kantin, gym dan perpustakaan kelas wahid. Kemudian berbicara soal Singapore Hotel and Tourism Education Centre (SHATEC) memiliki fokus empat fakultas; Institute of Lodging, Tourism and Business Studies, Institute of Food and Beverage, dan Institute of Culinary Arts yang benar-benar difokuskan pada dunia perhotelan, sehingga nantinya lulusannya akan dapat memenuhi permintaan kebutuhan pasar utamanya di dunia perhotelan.

Terakhir, Singapore Institute of Management bergerak fokus dibidang ekonomi. Universitas ini sudah meraih penghargaan diantaranya Undergraduate programmes in SIM include Bachelor of Communication (awarded by RMIT University), Bachelor of Arts (Honours) in Sports Studies and Marketing (awarded by the University of Stirling), Bachelor of Arts (Honours) in Retail Marketing (awarded by the University of Stirling), Bachelor of Arts Economics (awarded by the University of Buffalo), Bachelor of Science in Marketing (awarded by the University of Southampton), and Bachelor of Science in Economics and Finance (awarded by the University of London).

Perguruan Tinggi Swasta tersebut tentunya dapat menjadi contoh bagi sistematika Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Indonesia. Dengan harapan kedepannya pendidikan di Indonesia semakin baik. Karena sejatinya Perguruan Tinggi yang baik akan melahirkan generasi yang baik pula.

VEGA MA'ARIJIL ULA Photo Writer VEGA MA'ARIJIL ULA

ALUMNI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. MENYUKAI DUNIA JURNALISTIK DAN MENULIS ARTIKEL. vegaensiklopedia10.blogspot.co.id

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya