Belajar Hadapi Bosan dan Ketidakpastian

#SatuTahunPandemik COVID-19

Jakarta, IDN Times – Satu tahun pandemik COVID-19 “menjajah” dunia, termasuk Indonesia. Ada banyak hal, baik suka dan duka yang sudah aku rasakan selama pandemik ini. Awalnya aku mengira bisa menghadapi pandemik dengan biasa saja, berusaha gak panik dan merasa gak terbebani.

Bersyukur masih bisa memiliki pekerjaan tetap dengan gaji yang normal di tengah wabah dunia ini. Bersyukur masih memiliki anggota keluarga dan saudara yang lengkap. Bersyukur juga masih dikelilingi teman-teman yang baik dan secara gak langsung menjadi support system di masa sulit ini.

Tetapi semakin ke sini kadang merasa semakin berat. Kadang jenuh, cemas, gelisah, dan perasaan gak nyaman yang bikin mengganggu produktivitas. Kadang sempat menyalahkan diri sendiri, tetapi setelah dipikir-pikir hal tersebut juga merupakan dampak dari pandemik. Rasa jenuh dan stuck semakin bertambah karena harus selalu bekerja dari rumah.

Rasa bosan sudah menjadi makanan sehari-hari karena suasana yang monoton dan gak bisa terlalu sering keluar rumah. Dampaknya jadi lebih mudah overthinking dan terasa lebih capek. Perasaan-perasaan gak nyaman juga semakin bertambah dengan masalah-masalah di rumah. Ditambah aku sempat mengalami kecelakaan motor karena kurang fokus saat berkendaraan motor. Aku sempat menyalahkan diri sendiri, dan lagi-lagi itu mempengaruhi produktivitas.

Sempat bingung bagaimana menghilangkan dan mencari ‘distraksi’ lain supaya menghilangkan perasaan-perasaan gak nyaman itu. Satu-satunya mencari ‘pelarian’ lewat dunia digital, tetapi merasa semakin lelah dan kadang bikin insecure. Pernah mencoba menumbuhkan hobi lama yaitu mewarnai, tetapi tetap merasa bosan.

Lalu sempat mencari hiburan melalui baca buku, tetapi itu juga belum cukup. Sempat juga menyalahkan keadaan karena khawatir gak bisa mengejar target-target yang selama ini ingin dicapai. Tetapi buat apa juga menyalahkan keadaan?

Satu-satunya cara yaitu menguatkan diri sendiri. Meningkatkan ibadah dan harus yakin sama Allah. Sempat juga merasa stres karena takut rencana dan target akan gagal. Kadang aku suka lupa kalau Allah juga punya rencana yang lebih baik. Kadang suka lupa juga, walaupun gak ada pandemik, hal-hal seperti itu juga bisa terjadi, hanya saja pandemik memiliki dampak yang lebih besar bagi semua orang.

Tetapi bagaimana pun juga, semua hal itu ada negatif dan positifnya. Aku harus tetap bersyukur dan belajar menguatkan diri. Belajar lebih dewasa dan bijak dalam menghadapi kondisi yang cepat berubah. Fokus apa yang bisa dikontrol dan abaikan hal yang gak bisa dikontrol.

Selain menghadapi banyak tantangan dan rintangan, aku bersyukur pandemik ini bisa membuat pengeluaran jadi lebih hemat, bisa lebih banyak menabung dan membantu ‘beban’ orangtua. Bisa berbagi dengan saudara dan menyenangkan orang lain.
Kalau dibilang berat, ya memang berat, karena gak hanya aku yang merasakan. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari kondisi seperti ini. Mulai dari belajar lebih peka dan peduli, belajar menjaga kesehatan, mengurangi rasa egois, dan mengontrol emosi sehari-hari.

Semoga pandemik ini segera berakhir. Semoga semua berjalan normal kembali, supaya orang-orang yang terkena dampaknya bisa segera bangkit kembali. Harus ingat bahwa kita gak bisa menyalahkan keadaan, karena hidup harus terus berjalan.
Belajar kuat dan menerima menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan. Sebab gak ada yang pasti di dunia ini, maka dari itu, harus belajar menghadapi ketidakpastian tersebut.

Semangat, ya!

#SatuTahunPandemik adalah refleksi dari personel IDN Times soal satu tahun virus corona menghantam kehidupan di Indonesia. Baca semua opini mereka di sini.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya