7 Alasan Ilmiah Obsesi Mengejar Seseorang yang Tak Suka Kamu

Ini akan membantumu menemukan jawaban dan bisa move-on

"You disturb my natural emotions. You make me feel I'm dirt and I'm hurt. And if I start a commotion. I'll only end up losing you and that's worse." — Buzzcocks - Ever Fallen in Love (With Someone You Shouldn’t’ve)

Di satu titik dalam permasalahan jatuh cinta, kamu (atau setidaknya kawan atau kerabatmu) pasti pernah dihadapkan dengan situasi terobsesi dengan seseorang. Kamu tidak bisa tidak memikirkannya dan di satu sisi kamu juga tidak bisa move-on dari dia. Menariknya, secara sadar kamu juga paham kamu tidak bisa mendapatkan si dia karena tahu betul perasaannya tak tertuju kepadamu.  

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, yang ada di pikiranmu hanya si dia. Kamu tidak bisa menjelaskan semua ini dan hanya bisa menyangkalnya dengan mengatakan, “Inilah rasanya cinta.” Sayang sekali karena obsesi ini ternyata memiliki penjelasan ilmiah secara psikologis.

Sebuah artikel di Medium tulisan Manj Bahra membeberkan tiga fakta fenomena ilmiah yang sebenarnya menjawab mengapa kamu selalu mengejar orang yang tidak menginginkanmu. Dijelaskan dalam tulisan tersebut bahwa penjelasan ini bukanlah untuk mencarikanmu solusi, melainkan untuk memberikan pemahaman mengapa kamu bisa melakukan semua ini. Setidaknya, penjelasan konsep ini bisa sedikit banyak bisa memberikan insight apa yang harus kamu lakukan selanjutnya.

1. Perasaan jatuh cinta membuatmu masuk dalam disonansi kognitif

7 Alasan Ilmiah Obsesi Mengejar Seseorang yang Tak Suka Kamupsiloveyou.xyz

Apakah kamu pernah menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk mengetahui perasaan cinta yang kamu rasakan maupun dia dan berakhir dengan suasana overthinking yang sangat tidak mengenakkan? Menebak apakah dia menyukaimu atau tidak? Lalu saat kamu berusaha untuk tetap tenang, kamu pelan-pelan malah menjadi gelisah dan akhirnya meledak menjadi penuh drama.

Kawanku, fenomena itu dinamakan cognitive dissonance atau disonansi kognitif. Secara penjelasannya, itu adalah fenomena psikologi yang tidak mengenakkan akibat seseorang memikirkan dua atau lebih kepercayaan, gagasan atau nilai yang saling berkontradiksi atau berlawanan. Akibat memikirkan kontradiksi ini, itu membuatmu menjadi susah fokus.

2. Umumnya disonansi kognitif terjadi saat kamu mencoba menerjemahkan “kode”

7 Alasan Ilmiah Obsesi Mengejar Seseorang yang Tak Suka Kamuwhatsdalatest.com

Dalam konteks hubungan asmara, pengalaman disonansi kognitif ini sering terjadi ketika kamu mencoba menerjemahkan sinyalnya si dia. Dengan kata lain, kamu mencoba memahami kebiasaan yang mengindikasikan si dia menyukaimu dengan sinyal dia menolakmu.

Skenarionya seperti ini: kamu bertemu dengan seseorang di tempat kerja atau sekolah dan langsung cocok. Ada koneksi instan yang kamu rasakan mengingat ada banyak hal sama yang kalian berdua miliki: selera musik, film atau apa pun itu. Dia tersenyum kepadamu dan mengajakmu minum di suatu waktu. Intinya kamu mendapatkan sinyal orang ini tertarik kepadamu.

Kamu mulai sering melihatnya di lokasi kerja atau sekolahmu itu, tentu saja sebagai teman. Kamu pun memulai perbincangan di WhatsApp, bertukar meme, dan merencanakan kapan waktu yang tepat untuk mengobrol bersama lagi.

Tiba-tiba saja dia menarik diri. Interaksimu dengan dia menjadi pendek dan dia seakan-akan tidak tertarik berbincang denganmu. Pesan yang mereka balas juga tidak panjang dan tidak sekonsisten sebelumnya. Kamu pun mulai memasuki titik ketidakjelasan yang mana membuatmu tidak tahu di mana kamu berdiri.

3. Informasi yang kamu cari untuk menyelesaikan masalah ini malah menjebakmu menjadi tidak bisa move-on

7 Alasan Ilmiah Obsesi Mengejar Seseorang yang Tak Suka Kamubetterhelp.com

Konflik seperti ini sebenarnya akan diselesaikan secara alami oleh tubuhmu dan pikiranmu. Setidaknya ada tiga metode proses alami tersebut yang coba dilakukan:

  1. Mengganti kepercayaanmu. Secara mudahnya di sini kamu berakhir menentukan bahwa si dia tidak menyukaimu dan move-on.
  2. Mencari informasi baru. Kamu mencoba menggali info lebih dalam tentang dia demi mengarahkanmu ke solusi yang benar.
  3. Mengurangi nilai pentingnya skenario itu. Intinya kamu tidak tenggelam dalam masalah ini dan memilih fokus untuk masalah lainnya.

Umumnya yang dipilih orang-orang adalah solusi nomor dua dan lucunya solusi nomor dua itu malahan membuatmu semakin susah move-on. Daripada mengambil keputusan cepat dan berkonsentrasi kepada hal lainnya, kamu malah mencari informasi tentang si dia.

Pencarian jawaban ini pun umumnya akan berujung kepada dua cara: Satu, konfrontasi langsung kepadanya, meminta penjelasannya tentang kebiasaan yang tiba-tiba itu. Dua, menganalisis mendalam interaksi yang kamu lakukan bersamanya dalam bentuk pertanyaan. Kedua cara itu sama-sama berisiko dan terbilang tidak membantu.

Lewat cara pertama, ada kemungkinan si dia akan berbalik kepadamu dan menunjukkan ketidakpedulian serta menuduhmu overthinking. Sedangkan cara kedua membuatmu lebih banyak menghabiskan waktu memikirkan si dia dan interaksi yang selama ini kamu lakukan.

Baca Juga: 7 Fakta Ilmiah soal Keterbukaan Diri, Curhat dan Unggah Hal Personal

4. Semakin kamu mencari berpikir mencari jawaban, kamu semakin terjebak

7 Alasan Ilmiah Obsesi Mengejar Seseorang yang Tak Suka Kamuadditudemag.com

Keinginanmu menyelesaikan disonansi itu lewat cara kedua terus memberi amunisi untuk melanjutkan pencarian bukti. Faktanya, semakin kamu melakukan ini, semakin kamu tertanam dan terjebak dalam fantasi. Alasan utama seseorang bisa seperti ini seringnya adalah karena mereka tidak melakukan konfrontasi langsung.

Setidaknya jika kamu langsung menanyakan tentang perasaanmu dan perasaannya, serta hubungan kalian seperti apa, maka ada jawaban jelas yang kamu dapatkan. Dari sini, kamu bisa langsung menentukan apakah kamu mengubah kepercayaanmu (metode pertama) atau mengurangi kepentingan situasi ini dan fokus ke hal lain (metode ketiga).

5. Situasi semakin dipersulit karena produksi dopamin dalam dirimu

7 Alasan Ilmiah Obsesi Mengejar Seseorang yang Tak Suka Kamuthedailybeast.com

Masalah ini sebenarnya bukan hanya soal menyoal psikologi dan perasaan saja. Ada situasi biologi pula yang dapat diasosiasikan dengan masalah ini. Fakta mengejutkan lainnya yang bisa kamu dapatkan dari situasi tidak bisa move-on dan terjebak oleh bayang-bayang si dia adalah karena pengaruh hormon dopamin. Hormon ini adalah hormon yang sering menyebabkan seseorang kecanduan obat-obatan dikarenakan menciptakan sistem penghargaan.

Apa hubungannya dalam masalah ini? Pencarian jawaban dan pengejaranmu akan si dia cukup kuat bagi tubuhmu untuk melepaskan sejumlah dopamin di otak. Yang menarik adalah jumlah produksi dopamin ini semakin bertambah ketika kamu tidak mengetahui hasilnya.

Secara mudahnya, mengejar seseorang yang memberikanmu sinyal kamu bisa mendapatkannya membuatmu kecanduan, walau kamu tidak pernah sekalipun meraih golmu itu. Contoh termudah: kamu sering mengecek telepon demi mengetahui adanya notifikasi dari si dia atau jika kamu pernah bertaruh dan berjudi, pasti paham perasaan tak pernah puas itu.

6. Kamu juga masuk dalam fenomena limerence

7 Alasan Ilmiah Obsesi Mengejar Seseorang yang Tak Suka Kamucouplescounselingchicago.net

Ada kalanya perasaanmu begitu unik sampai-sampai kamu mempercayai dialah satu-satunya, bahwa pertemuanmu ini takdir, dan itu membuatmu tidak bisa berhenti memikirkannya. Di atas semua itu, kamu pun berharap dia juga merasakan hal yang sama karena kamu begitu sayang kepadanya. Fenomena ini dinamakan limerence, kondisi psikologi pre-okupasi kognitif.

Fenomena ini dikenalkan pada 1960an oleh psikologis Dorothy Tennov lewat bukunya “Love and Limerence: The Experience of Being in Love”. Dia mendeskripsikan limerence sebagai kondisi emosional dan kognitif dari menggandrungi atau terobsesi kepada seseorang. Umumnya ini ditandai dengan keinginan untuk membalas perasaan seseorang.

7. Empat hal bisa kamu bedakan dari limerence dengan cinta dan jatuh cinta

7 Alasan Ilmiah Obsesi Mengejar Seseorang yang Tak Suka Kamulovebondings.com

Ada empat tanda vital yang bisa membantumu mengenali masuk atau tidaknya kamu dalam tahap limerence:

  1. Kamu selalu memikirkan dia dan itu membuatmu tidak bisa fokus menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa melihat relevansinya kepada mereka.
  2. Keinginanmu adalah membuat dia merasakan hal yang serupa ketimbang hubungan seksual atau intimasi.
  3. Fokusmu adalah memenangkan si dia ketimbang memikirkan kebahagiaan atau sejahtera.
  4. Kamu sangat kompulsif dalam membaca kebiasaannya dan sering menyimpulkan sesuatu. Contoh kamu memperhatikan panjangnya teks dan seberapa intensifnya pesan itu.

Tennov memberikan pernyataan bahwa mereka yang masuk ke limerence menolak jawaban tidak. Malah jawaban tidak dari si dia kamu pandang sebagai sebuah tantangan yang harus dilewati ketimbang sebagai penolakan.

Sangat susah menerima penjelasan ini, tapi itu tidak mengagetkan, karena bisa jadi alam bawah sadarmu membangun penyangkalan demi melindungi hatimu. Akan lebih baik jika kamu mau menerima kenyataan ini, menganalisis apa yang menjadi penyebab masalahmu ini, dan move-on ke hal atau seseorang yang lain.

Mengutip dari novel Pangeran Kecil karya Antoine de Saint-Exupéry: “Hanya dengan hati seseorang dapat melihat apa yang benar; apa yang sebenarnya tidak dapat terlihat oleh mata.”

Baca Juga: 7 Penjelasan Ilmiah Kenapa Perempuan Lebih Susah Move On 

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya