5 Fakta Ilmiah Terkait Kesedihan Akibat Kehilangan 

Tahukah kamu kalau sedih juga ada lho tinjauan ilmiahnya!

Kehilangan akan sesuatu yang kita cintai baik itu pasangan, pekerjaan, barang, atau bahkan orangtua pasti memberikan efek luka yang dalam berupa kesedihan. Tidak bisa dinafikan bahwa kesedihan yang diakibatkan kehilangan memiliki efek cukup besar bagi kesehatan mental seseorang.

Akan tetapi, tahukah kamu bahwa kesedihan yang disebabkan oleh kehilangan telah banyak ditinjau dan dikaji dalam beberapa literatur. Lantas apa saja hal menarik dan ilmiah dibalik kesedihan yang kita alami akibat kehilangan dan perpisahan dengan sesuatu yang kita cintai? Yuk simak!

1. Kesedihan akibat kehilangan merupakan proses adaptasi dan penyembuhan yang tidak kita sadari 

5 Fakta Ilmiah Terkait Kesedihan Akibat Kehilangan ilustrasi seseorang sedang depresi. (unsplash.com/Yosi Prihantoro)

Sebuah jurnal dengan judul “Grief and Mourning Gone Awry: Pathway and Course of Complicated Grief” memaparkan bahwa berkabung adalah serangkaian proses psikologis yang digerakkan oleh perasaan kehilangan. Proses ini bertujuan untuk mengurangi dan mengintegrasikan kesedihan dengan menerima kehilangan tersebut, meyakini kembali bahwa kenyataannya sudah tidak ada lagi orang yang kita cintai di dunia kita.

Selain itu, dijelaskan juga bahwa dukacita adalah respons psikobiologis terhadap kehilangan yang ciri khasnya adalah perpaduan antara kerinduan dan kesedihan yang tersimpan dalam pikiran, ingatan, dan bayangan orang yang telah meninggal. Jadi, sedih akibat kehilangan itu sejatinya respon yang tidak kita sadari lho sobat!

2. Kematian seseorang menjadi stresor terbesar dalam kehidupan seseorang 

5 Fakta Ilmiah Terkait Kesedihan Akibat Kehilangan ilustrasi seseorang dalam tekanan. (unsplash.com/Claudia Wolff)

Menurut Mary-Frances O’Connor dalam Psychosom Medicine Journal tahun 2019 kematian orang yang dicintai telah diakui sebagai stresor hidup terbesar yang kita hadapi sebagai manusia. O’Connor juga mengutip penelitian Holmes dan Rahe yang menyebutkan bahwa kematian seseorang yang dicintai berada di posisi paling atas dalam list peristiwa kehidupan yang memicu kesedihan serta stres.

Hasil penelitian ini menyebutkan melaui metode neuroimaging bahwa dampak terbesar dari kematian orang yang dicintai pada mereka (objek penelitian) memiliki reaksi kesedihan psikologis yang paling parah diantara yang lain. Oleh karena itu, menjadi sebuah kewajaran bila seseorang merasa sedih yang teramat dalam ketika kehilangan orang yang ia cintai.

Baca Juga: 5 Alasan Ilmiah Manusia Menyukai Hewan Peliharaan

3. Kehilangan seorang anak dipandang dapat memicu seseorang terkena Prolonged Grief Disorder (PGD)

5 Fakta Ilmiah Terkait Kesedihan Akibat Kehilangan ilustrasi ibu yang kehilangan anaknya. (unsplash.com/Kat J)

Menurut The 11th edition of the International Classification of Diseases yang dirilis WHO tahun 2018 PGD ditandai dengan kerinduan atau keasyikan terus-menerus dengan almarhum. PGD biasanya disertai dengan rasa sakit emosional yang intens serta gangguan fungsional yang bertahan selama lebih dari enam bulan.

Pada sebuah jurnal yang berjudul “Grief and Posttraumatic Growth Among Chinese Bereaved Parents Who Lost Their Only Child: The Moderating Role of Interpersonal Loss” orangtua yang berduka akibat kehilangan anak dengan gangguan PGD menunjukkan gejala kesedihan yang lebih intens, menyalahkan diri sendiri, dan bunuh diri daripada orang yang berduka dengan PGD. Itulah sebabnya orangtua terkadang bersifat protektif dan posesif terhadap anaknya.

4. Ternyata pria memiliki skor tertinggi terkait kesedihan akibat kehilangan 

5 Fakta Ilmiah Terkait Kesedihan Akibat Kehilangan ilustrasi pria menangis. (unsplash.com/Tom Pumford)

Pria biasanya diidentikkan dengan ketangguhan dan jauh sekali dari keterkaitan dengan perasaan sedih maupun air mata, tetapi faktanya pria memiliki perasaan mendalam terkait kondisi kehilangan. Menurut hasil penelitian dalam laporan yang berjudul “Factors Contributing to Men’s Grief Following Pregnancy Loss and Neonatal Death: Further Development of an Emerging Model in an Australian Sample” pria mengalami kesedihan yang signifikan di semua jenis kehilangan, dengan skor rata-rata berada di atas batas minimum dan dianggap sebagai tingkat kesedihan yang tinggi.

Skor total kesedihan pria dikaitkan dengan riwayat kehilangan, kepuasan pernikahan, ketersediaan dukungan sosial, pengakuan kesedihan mereka dari keluarga atau teman, waktu yang dihabiskan untuk menjalin ikatan dengan bayi selama kehamilan, dan perasaan seolah-olah peran ‘pendukung’ mereka bertentangan dengan kemampuan mereka. Penelitian ini bepijak pada metode Analisis regresi linier berganda terhadap pria dengan usia minimal 18 tahun.

5. Berkabung atau rasa sedih akibat kehilangan memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan fisik 

5 Fakta Ilmiah Terkait Kesedihan Akibat Kehilangan ilustrasi pria saat kehilangan. (unsplash.com/ Jonathan Rados)

Menurut Colin Murray Parkes dalam laporan yang berjudul “Bereavement in Adult Life” bahwa berkabung memiliki efek fisiologis dan emosional yang mempengaruhi kesehatan fisik. Efek dari kondisi kesedihan yang muncul akibat perasaan kehilangan ialah gangguan sistem respon imun, peningkatan aktivitas adrenokortikal, peningkatan prolaktin serum, gangguan psikosomatis, dan peningkatan kematian akibat penyakit jantung (terutama pada duda lanjut usia).

Pada riset tersebut dijelaskan bahwa rasa sedih akibat kehilangan memiliki berkontribusi pada berbagai gangguan psikosomatis dan kejiwaan. Hal ini terbukti dari data yang dikutip di laporan tersebut bahwa sekitar seperempat dari janda dan duda akan mengalami depresi klinis dan kecemasan selama tahun pertama berkabung.

Melalui fakta-fakta di atas, bisa kita pahami bahwa perasaan sedih yang muncul akibat kehilangan sesuatu yang kita cintai memiliki dampak yang besar bagi kehidupan kita. Oleh karena itu, selagi orang yang kamu sayangi masih berada di sekitarmu, perlakukan dia sebaik mungkin ya sobat!

Baca Juga: Ini Alasan Ilmiah Tubuhmu Gak Siap Menghadapi Hari Senin

Ahmad Rifai Yusuf Photo Verified Writer Ahmad Rifai Yusuf

Tajam menganalisa, senyap menulis, dan bergerak menyebar.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya