Ngeri, 6 Hal Ini Menunjukkan Laut Dunia dalam Keadaan Darurat Sampah

#SainSeu Kumpulan sampah hampir seluas daratan Indonesia lho

Limbah sampah menjadi permasalahan penting bagi seluruh kehidupan di bumi. Sampah yang menumpuk mengotori dan mencemari lingkungan terutama laut. Kebanyakan sampah yang dibuang di sungai maupun pinggiran pantai pada akhirnya akan terbuang ke laut, dan ini adalah yang menyebabkan lautan kita saat ini tercemar dengan limbah sampah yang kebanyakan adalah sampah plastik.

Sampah yang mencemari laut akan menimbulkan dampak kerusakan luar biasa pada kehidupan laut. Karena selain mengotori lautan, sampah plastik juga termakan dan meracuni hewan-hewan laut.

Dilansir dari National Geographic, berikut ini adalah 6 hal yang menunjukkan  jika saat ini lautan kita benar-benar sedang dalam darurat sampah yang perlu diketahui oleh semua orang dan menyadarkan bahwa kita berada dalam krisis planet yang perlu untuk segera ditemukan solusi penyelesaiannya.

1. "Kepulauan Sampah" di Honduras

Ngeri, 6 Hal Ini Menunjukkan Laut Dunia dalam Keadaan Darurat Sampahhttp://nationalgeographic.co.id

Seorang fotografer, Caroline Power tahun lalu mengabadikan potret dari limbah sampah yang memenuhi lepas pantai Roatan, Honduras. Beberapa plastik mikro diperkirakan telah mengambang selama bertahun-tahun. Limbah sampah yang menumpuk mengakibatkan pencemaran laut yang parah dan menyebabkan terbentuknya "pulau-pulau sampah" ini.

 

2. Kumpulan sampah plastik di Samudra Pasifik hampir seluas daratan Indonesia

Ngeri, 6 Hal Ini Menunjukkan Laut Dunia dalam Keadaan Darurat Sampahhttp://nationalgeographic.co.id

Kumpulan sampah plastik di Samudera Pasifik dikenal dengan sebutan The Great Pacific Garbage PatchThe Great Pacific Garbage Patch ini adalah kumpulan sampah-sampah plastik yang mengambang di lautan antara Hawaii dan California, dan kini terus membesar hingga berukuran 1,6 juta km2, atau hampir seluas daratan Indonesia (1,9 juta km2). Hal ini dilaporkan dalam jurnal Scientific Reports yang dipublikasikan oleh majalah Nature minggu lalu.

Dalam studi tersebut disebutkan bahwa sampah di wilayah ini kini berisi 10 hingga 16 kali lebih banyak dari diduga sebelumnya. Yang mengerikan tentu saja kenyataan bahwa sampah-sampah itu tidak berkurang, melainkan akan terus bertambah sepanjang waktu.

3. Pemakan seafood menelan hingga 11.000 partikel plastik tiap tahun

Ngeri, 6 Hal Ini Menunjukkan Laut Dunia dalam Keadaan Darurat Sampahhttp://nationalgeographic.co.id

Dari penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari University of Ghent di Belgia menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi seafood secara rutin bisa menelan hingga 11.000 potongan-potongan kecil plastik setiap tahunnya. Lebih dari 99 persen mikroplastik yang tertelan memang diekskresikan, namun sisanya terperangkap dalam jaringan tubuh.

Pemimpin penelitian, Dr Colin Jansssen mengatakan bahwa keberadaan partikel plastik dalam tubuh merupakan masalah serius. Mikroplastik yang terakumulasi dalam tubuh dari waktu ke waktu bisa menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang.

Hewan-hewan laut yang sering disantap sering kali secara tidak sengaja menelan sejumlah mikroplastik yang berada di lautan. Plastik di lautan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai menjadi partikel-partikel kecil, dan banyak ilmuwan meyakini, partikel itu tak akan pernah benar-benar menghilang. Partikel inilah yang secara tidak disengaja ditelan oleh hewan laut dan pada akhirnya menjadi bahan konsumsi oleh manusia.

4. Sampah plastik telah membunuh banyak hewan-hewan laut dan burung

Ngeri, 6 Hal Ini Menunjukkan Laut Dunia dalam Keadaan Darurat Sampahhttp://nationalgeographic.co.id

Sampah yang mencemari lautan menjadi salah satu pembunuh bagi hewan-hewan laut dan burung. Dalam beberapa tahun belakangan ini banyak kasus terjadi dimana kura-kura, penyu, lumba-lumba, paus, dan anjing laut terperangkap maupun terjerat dalam sampah jaring ikan atau sampah plastik lainnya yang dibuang sembarangan di laut.

Yang paling parah adalah sampah-sampah plastik sering kali ditemukan dalam tubuh paus, lumba-lumba, maupun burung laut yang mati. Hewan-hewan tersebut memakannya karena mengira itu adalah makanan. Plastik yang tidak mudah terurai menyumbat mulut serta pencernaan dan membuat hewan-hewan tersebut tidak dapat makan selama beberapa waktu hingga akhirnya mereka mati karena kelaparan.

5. Plastik ditemukan dalam pencernaan hewan penghuni palung terdalam di Bumi

Ngeri, 6 Hal Ini Menunjukkan Laut Dunia dalam Keadaan Darurat Sampahhttp://nationalgeographic.co.id

Studi terbaru menemukan bahwa krustasea yang hidup di Palung Mariana, bagian laut paling dalam di Bumi, yang berkedalaman 10.970 meter itu memiliki mikroplastik di dalam pencernaan mereka. Para peneliti melaporkan, faktanya di antara enam palung laut dalam di Pasifik, tak ada yang bebas dari kontaminasi plastik.

Tim periset meneliti 90 krustasea dari semua palung. Tingkat kontaminasi terendah ditemukan di Palung New Hebrides di barat daya Pasifik, dengan setengah sampel hewan terkontaminasi plastik. Tingkat kontaminasi tertinggi ada di Palung Mariana, yang semua sampel hewannya ternyata mengandung plastik.

Pengamatan ini merupakan catatan terdalam tentang kejadian dan konsumsi mikroplastik, menunjukkan tingginya kemungkinan bahwa tidak ada ekosistem laut yang tidak terdampak oleh sampah antropogenik (buatan manusia), bahkan pada hewan yang hidup di Palung terdalam sekalipun.

6. Lautan Arktik yang murni kini juga tercemar sampah plastik

Ngeri, 6 Hal Ini Menunjukkan Laut Dunia dalam Keadaan Darurat Sampahhttp://nationalgeographic.co.id

Ratusan miliar potongan sampah plastik ditemukan mengambang di Lautan Arktik yang selama ini dianggap sebagai perairan paling murni. Para peneliti yang melakukan pengamatan di lapangan memperkirakan jika total muatan plastik terapung di perairan bebas es Samudra Arktik berkisar antara 100 hingga 1.200 ton, dengan perkiraan tiap 400 ton mengandung 300 miliar item plastik. Dan hasil temuan ini telah mengindikasikan bahwa polusi di Bumi telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.

Manusia adalah penyebab utama banyaknya sampah yang mencemari lautan. Dan dengan ini, secara tidak langsung kita ikut membunuh hewan-hewan malang tersebut. Sementara itu penggunaan sampah plastik terus meningkat setiap tahun. Sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan bagaimana cara yang tepat untuk memusnaskan sampah-sampah tersebut karena plastik tidak dapat terurai dengan cepat seperti sampah organik lainnya. Ditambah lagi sebagian besar dari kita masih membuang sampah secara sembarangan, dan sampah-sampah ini pada akhirnya akan berada di lautan dan mengotorinya, menyebabkan permasalahan yang lebih panjang.

Jika penggunaan plastik seperti ini secara terus menerus, maka kita sedang menuju ke arah "Planet Plastik" seperti yang dikatakan oleh pakar ekologi industri Roland Geyer. Dan jika kita tidak mau tinggal di dunia seperti itu, maka kita harus mulai berpikir ulang mengenai cara penggunakan materi-materi tertentu khususnya plastik.

Mengurangi menggunakan barang berbahan plastik dan mendaur ulang sampah plastik adalah cara yang paling mudah untuk kita membantu mengurangi jumlah sampah dunia yang saat ini terus menerus meningkat. 

Ajeng Tsaniya R Photo Verified Writer Ajeng Tsaniya R

Tertarik dengan hal-hal misteri dan teori konspirasi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya