Atasi Limbah Popok dengan Bioplastik Singkong

Lebih cepat terurai daripada plastik biasa  

Malang, IDN Times - Lima mahasiswa lintas fakultas di Universitas Brawijaya yakni Nandagesta Aurelia Shafa Wagmi (FMIPA), Arifah Ramadhani Azzah (FMIPA), Alifia Zahra (FTP), Sabrina Sekar Syalsabillah (FPIK), dan Sayyidati Nurmuthi’ah (FP) memproduksi bioplastik berbahan limbah singkong yang dapat mendegradasi limbah popok bayi. Bioplastik dari limbah singkong ini diintegrasikan dengan bakteri endogenous mealworm.

1. Popok tak mudah terurai

Atasi Limbah Popok dengan Bioplastik SingkongProses merekatkan limbah popok yang sudah dilinting ke rangka kap lampu. IDN Times/Alfi Ramadana

Salah satu limbah rumah tangga yang sulit untuk diatasi adalah diapers atau popok sekali pakai. Banyaknya popok bekas pakai yang dibuang serta kebiasaan membungkus popok dengan plastik mengakibatkan panjangnya waktu degradasi menjadi dua kali lipat. Hal ini yang mendasari dibuatnya plastik organik yang ramah lingkungan dan cepat terurai. Menurut Nandagesta, setidaknya ada 450 miliar limbah popok di tempat pembuangan sampah.

"Kondisi ini terus bertambah ke tempat pembuangan sampah di seluruh negeri setiap tahunnya. Karena hal itu, kami sebagai generasi muda merasa perlu bergerak dan menyelamatkan dunia," kata Nandagesta, Senin (13/9/2021). 

Baca Juga: Body Lotion Temuan Mahasiswa UB Ini Diklaim Bisa Cegah Covid-19  

2. Sampah popok menempati urutan 3 terbesar

Atasi Limbah Popok dengan Bioplastik SingkongIDN Times/Imam Rosidin

Menurutnya, pemakaian popok di Indonesia umumnya dilakukan sampai bayi berumur 3-4 tahun, dengan pemakaian 3-6 popok per hari. Sementara jumlah anak usia 0-4 tahun di Indonesia sekitar 24 juta. Kondisi ini menyebabkan sampah popok bayi menempati urutan ketiga terbesar di TPA. Belum lagi kebiasaaan masyarakat membungkus popok dengan kantong plastik juga memperlambat proses degradasi limbah, karena terdapat lapisan Polietilen yang sulit diurai. 


"Dapat dibayangkan betapa panjangnya waktu degradasi popok bayi apabila popok yang sudah terlapisi polietilen masih dibungkus lagi dengan kantong plastik polietilen. Degradasi popok yang terbungkus kantong plastik ini justru dapat menjadi lebih lama 2 kali lipat," tambahnya. 

3. Bioplastik persingkat waktu mengurai popok

Atasi Limbah Popok dengan Bioplastik SingkongLima mahasiswa pembuat bioplastik berbahan dasar limbah singkong. Dok/Humas UB

Dengan fakta-fakta tersebut, bioplastik ditawatkan menjafi sebuah solusi yang bagus. Pasalnya bioplastik berbahan dasar limbah singkong itu mampu mendegradasi PE. Hasilnya limbah popok yang terbungkus di dalam bioplastik dapat terdegradasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan menggunakan bioplastik, popok yang seharusnya baru dapat terdegradasi selama 250-500 tahun akan dapat terdegradasi hanya dalam waktu 2 bulan.

"Mealworm yang diintegrasikan dengan limbah singkong telah terbukti mampu mendegradasi PE dan bertahan hidup hanya dari memakan PE. Hal ini tentunya membuka pintu baru untuk memecahkan masalah polusi plastik global," terangnya.

4. Jadi alternatif baru untuk plastik

Atasi Limbah Popok dengan Bioplastik SingkongBioplastik berbahan limbah singkong buatan Mahasiswa UB. Dok/Humas UB

Keberhasilan penelitian ini dalam pendegradasian plastik menggunakan isolat bakteri endogenous mealworm diharapkan dapat menjadi edukasi bagi masyarakat. Utamanya untuk solusi limbah plastik terutama popok bayi. Bioplastik berbahan limbah singkong itu bisa menjadi pertimbangan bagi pelaku yang bergerak dibidang plastik bungkus. 

Baca Juga: Refleksi 17 Tahun Kasus Munir, Mahasiswa UB Tagih Janji Jokowi

Alfi Ramadana Photo Verified Writer Alfi Ramadana

Menulis adalah cara untuk mengekspresikan pemikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya