Lebih Baik Mengampuni atau Balas Dendam? Ini Faktanya!

Mau seperti Moon Dong Eun?

Harus diakui bahwa banyak dari kita yang bisa merasa dendam saat disakiti oleh orang lain. Emosi tersebut sangat meluap-luap dan terasa harus dilampiaskan. Meski begitu, sejatinya dendam tak harus dituntaskan.

Saat merasakan emosi tersebut, balas dendam dan pengampunan adalah dua pilihan yang harus dipilih seseorang dalam konflik selama hidupnya. Ada yang memilih merelakan; ada juga yang ingin membalaskan sepadan (malah lebih lagi!). Pertanyaannya, sebenarnya mana yang lebih baik?

Balas dendam yang manis

"Sweet revenge"

"Revenge is a dish, best served cold"

Apakah benar balas dendam terasa senikmat itu? Wah, ternyata ini didukung oleh sains, tepatnya oleh sebuah penelitian di Swiss pada 2004. Saat itu, para peneliti University of Zurich meneliti otak para partisipan dengan positron emission tomography (PET) saat mereka bermain sebuah game yang mempertaruhkan kepercayaan. Rawan konflik!

Bagaimana jalan permainannya? Penelitian tersebut menjabarkan "Dua pemain (A dan B) memulai permainan dengan 10 unit uang. "A" membuat keputusan pertama di mana ia bisa memindahkan 10 uang tersebut ke "B" atau menyimpannya sendiri".

Jika "A" memindahkan uang tersebut ke "B", para peneliti menambahkan jumlahnya 4x lipat (40 unit uang) sehingga "B" menerima 50 unit. Pemain "B" memiliki dua pilihan: mengirim kembali setengah uangnya (25 unit) ke "A" atau menyimpannya sendiri. Permainan ini memiliki dua ending:

  • Jika "B" taat amanah dan mengirimkan setengah unit tersebut, "A" dan "B" jadi punya 25 unit. Mereka sama-sama untung 15 unit.
  • Jika "B" merusak kepercayaan "A" dan tak mengirimkan apa-apa, "B" menang dengan 50 unit.
Lebih Baik Mengampuni atau Balas Dendam? Ini Faktanya!Song Hye Kyo berperan sebagai Moon Dong Eun di The Glory (dok. Netflix/The Glory)

Ada juga alternatif untuk kedua pemain. Jika "A" memilih tak mengirimkan 10 unit uang tersebut karena tak percaya "B", maka permainan berakhir dengan kedua pihak memiliki 10 unit uang saja.

Hal menarik yang sebenarnya ingin dipantau para peneliti Swiss adalah keputusan dan reaksi "A" jika "B" menyimpan seluruh unit uang. Apakah "A" akan balas dendam ke "B" dengan cara memperlakukannya seperti itu di sesi permainan berikutnya? Proses pengambilan keputusan balas dendam inilah yang kemudian dipantau lewat PET.

Saat kepercayaannya dirusak, ternyata para partisipan ingin balas dendam. Hal ini terlihat dari meningkatnya aktivitas di daerah dorsal striatum, daerah otak yang terkait dengan ganjaran. Jadi, balas dendam dikaitkan dengan kenikmatan. Makin kuat aktivitasnya, makin besar dan menyakitkan balas dendam yang direncanakan.

Benarkah balas dendam senikmat itu?

Tunggu dulu! Dalam esainya bertajuk "Norms of Revenge", Jon Elster mengatakan tidak sedikit orang yang memandang balas dendam sebagai balasan bagi yang bersalah demi menjaga tatanan sosial. Namun, jika alasannya begitu, mengapa kita merasa senang saat balas dendam? Ini hal yang tak bisa dikesampingkan.

Sebaliknya, pada 2008, sebuah studi bertajuk "The Paradoxical Consequences of Revenge"
di AS menemukan bahwa balas dendam tak selalu berakhir manis. Bahkan, setelah balas dendam, seseorang justru merasakan emosi lebih negatif. Ingat bahwa Dong Eun pun hampir bunuh diri setelah selesai balas dendam?

"Orang berharap lebih besar balas dendam, lebih baik mood mereka. Namun, faktanya, justru lebih buruk mood yang dihasilkan," tulis para peneliti AS dari Colgate University, University of Virginia, dan Harvard University.

Lebih Baik Mengampuni atau Balas Dendam? Ini Faktanya!ilustrasi depresi dan stres mental (pexels.com/Pixabay)

Sebuah studi lain di AS pada 2017 menilai mood dan gaya tulisan seseorang mengenai perasaannya setelah balas dendam. Ternyata, mereka melaporkan emosi yang tak jelas, tak sedih tetapi tak senang juga. Balas dendam ternyata bisa memicu emosi positif beserta negatif (termasuk takut, merasa bersalah, dan tak menentu).

Inilah dilema balas dendam, yang terlihat menarik dan amat menyenangkan daerah ganjaran di otak. Sementara merencanakan balas dendam memang terasa menyenangkan, perasaan setelah melakukannya tidaklah menentu. Melansir The Conversation, efek balas dendam tergantung dari berbagai faktor.

  • Apakah perasaanmu berubah setelahnya dan sekarang kamu bersimpati terhadap mereka serta mengerti dengan sudut pandang mereka?
  • Apakah kamu merasa mereka bisa memperbaiki jalan hidup mereka tanpa harus kamu balas dendam?
  • Apakah yang bersalah padamu punya kesadaran untuk berubah dan meminta maaf?

Waktu pun bisa memengaruhi perasaanmu setelah balas dendam. Inilah yang menyebabkan sulit memahami apakah ada keuntungan jangka panjang dari balas dendam. Jadi, apakah balas dendam itu sepadan dengan nuranimu?

Baca Juga: 9 Kisah Balas Dendam Manis di Mitologi Yunani Kuno

Ambil hikmahnya saja?

Jadi, jika balas dendam tak semanis itu, apa yang harus dilakukan saat kamu disakiti? Sebuah penelitian menyarankan untuk "mengambil hikmah". Sebuah studi di AS pada 2006 menyuruh partisipan menulis tentang hal menyakitkan yang mereka alami dan berfokus ke sisi positif kejadian tersebut. Apakah hal ini cukup meredakan kehausan balas dendam?

Ternyata, para partisipan menulis bahwa mereka merasa "tumbuh lebih kuat" dan "lebih bijaksana" karena pengalaman menyakitkan tersebut. Dengan begitu, mereka merasa lebih mampu mengampuni yang bersalah pada mereka dan tak ingin balas dendam. Mereka juga bebas dari stres dan kemarahan, sehingga kesehatan psikis lebih baik.

Mengampuni dan melupakan, tetapi tak membiarkan

Pada 2022, sebuah studi di AS yang dimuat dalam Journal of Personality and Social Psychology mencari manfaat pengampunan dibanding balas dendam setelah pengalaman menyakitkan. Bersama dengan rekannya Greg Walton, Karina Schumann dari University of Pittsburgh menekankan bahwa pengampunan adalah jalan keluar "kembali jadi manusia".

Menurut Karina, mereka yang balas dendam merasa "tidak manusiawi" (merasa tidak memiliki emosi dan biadab). Namun, mereka yang memilih pengampunan ternyata merasa lebih manusiawi.

"Pola hasil ini memperlihatkan pengampunan bisa memanusiakan korban setelah kemanusiaan mereka dirusak pengalaman menyakitkan," kata Karina.

Dengan mengampuni, seseorang berubah dengan melepaskan segala perasaan negatif sehingga meningkatkan perasaan positif dan belas kasih kepada yang bersalah. Sebagai makhluk sosial, maka pengampunan yang berdasar dari aspek kasih dan kedermawanan dipandang lebih baik dibanding hanya berpatokan pada lex talionis semata.

"Mereka yang mengampuni merasa telah menaati nilai moral, sehingga mereka merasa lebih manusiawi," tulis penelitian tersebut.

Lebih Baik Mengampuni atau Balas Dendam? Ini Faktanya!giphy.com

Sementara bisa menghasilkan efek serupa, Karina mengatakan bahwa balas dendam dipandang sebagai pelanggaran nilai moral. Dengan kata lain, balas dendam tidak memanusiakan korban. Menurutnya, ada berbagai manfaat lain dari mengampuni:

  • Lebih merasa diterima oleh komunitas.
  • Menandakan bahwa mereka lebih bermoral.
  • Mengurangi kecenderungan menyakiti diri sendiri (self-harm).

"Jika kamu memilih masuk dalam proses [pengampunan], ketahuilah bahwa mengampuni bukan berarti membiarkan mereka atau melepaskan mereka dari tanggung jawab terhadap perbuatan mereka," ujar Karina.

Jadi, apakah kamu ingin mengampuni yang bersalah padamu tetapi tak tahu harus mulai dari mana? Karina menyarankan untuk mencoba menanyakan hal-hal ini:

  • Apakah kamu mengerti tindakan mereka dan apa yang menyebabkannya? (Jika tidak, ada baiknya kamu bertanya langsung kepada mereka)
  • Adakah cara untuk mengerti dan berempati dengan tindakan mereka?
  • Apakah kamu pernah menerima kebaikan dan pengampunan setelah disakiti? Bagaimana rasanya?
  • Apakah hubunganmu dengan mereka sepadan untuk dipertahankan?
    • Jika iya, maka cobalah mengampuni mereka.
    • Jika tidak, maka cobalah memusatkan hatimu ke berbagai manfaat dari merelakan amarah dan kebencianmu.

Jadi, sains hingga saat ini mungkin belum membongkar "seni balas dendam" sepenuhnya. Jika waktu menyembuhkan, mungkin waktu juga bisa memberi tahu apa yang ditawarkan balas dendam, apakah kamu jadi orang yang lebih baik ... atau sebaliknya.

Apakah kamu merasa disakiti saat ini dan ingin balas dendam? Peringatan, mungkin kamu tak mendapatkan rasa puas yang kamu inginkan, malah kehampaan atau kesengsaraan yang menanti. Pada akhirnya, mengampuni adalah solusi terbaik sampai kapan pun.

Baca Juga: Inilah Manfaat Memaafkan dan Pengampunan, Gak Rugi!

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya