Wow, 5 Eksperimen Luar Angkasa Ini Tak Berguna!

Benarkah tak berguna? Kita lihat dulu, ya

Apa yang manusia ketahui tentang luar angkasa? Sedikit sekali! Bahkan, pengetahuan kita soal Bumi yang kita pijak sekarang pun masih amat minim. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia makin gencar mencari tahu tentang alam semesta.

Salah satu caranya adalah dengan melaksanakan berbagai eksperimen antariksa. Namun, tak sedikit eksperimen luar angkasa yang terkesan "tak berguna". Apa saja? Inilah 5 eksperimen di luar angkasa nyeleneh di luar angkasa. Benarkah tak berguna?

1. Studi wangi mawar di luar angkasa

Wow, 5 Eksperimen Luar Angkasa Ini Tak Berguna!Overnight Scentsation, mawar yang pergi ke luar angkasa (rose.org)

Pada 1998, Wisconsin Center for Space Automation and Robotics (WCSAR) di bawah naungan NASA bekerja sama dengan International Flavors and Fragrances (IFF) untuk mempelajari efek mikrogravitasi pada wangi mawar. Sebuah mawar bernama Overnight Scentsation ikut wahana Discovery (STS-95) ke luar angkasa selama 10 hari.

Ternyata, mikrogravitasi mengubah minyak volatil (yang menghasilkan bau bunga) sang mawar. Saat dites di luar angkasa, Overnight Scentsation tetap menghasilkan wangi yang lebih alami. Jadi, apa hasil dari penelitian ini? Sebuah parfum bernama Zen, produksi perusahaan kosmetik Jepang, Shiseido.

2. Studi kembar NASA

Wow, 5 Eksperimen Luar Angkasa Ini Tak Berguna!(kiri, putih) Scott Kelly (kanan, jingga) Mark Kelly, partisipan Twins Study NASA (nasa.gov)

Penjelajahan luar angkasa memang mimpi umat manusia. Akan tetapi, apa dampak jangka panjangnya? Inilah yang sampai sekarang masih dicari tahu. Salah satunya adalah penelitian bertajuk Twin Study pada Maret 2015 sampai Maret 2016. Seperti namanya, studi ini memang melibatkan dua astronaut kembar.

NASA mengirimkan astronaut Scott Kelly ke International Space Station (ISS) selama setahun, sementara Mark Kelly tetap berada di Bumi. Sebanyak 84 peneliti tergabung dalam penelitian ini.

Hasilnya pun jelas, bahwa tubuh Scott mengalami perubahan setahun di kondisi mikrogravitasi, tetapi tidak terlalu banyak. NASA mencatat perubahan seperti massa tubuh yang berkurang, bentuk mata berubah, sistem imun yang overreaktif, dan perubahan pada kromosomnya.

Sekitar 6 bulan setelah mendarat di Bumi, Scott kembali pulih seperti sedia kala. Penelitian ini menunjukkan ketahanan tubuh manusia di lingkungan antariksa. Namun, penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk lebih mengerti dampak tinggal di luar angkasa dalam jangka panjang. Haruskah melibatkan astronaut kembar lagi?

Baca Juga: 5 Hal yang Terjadi pada Manusia di Luar Angkasa, Ngeri!

3. Eksperimen "dinding air"

Wow, 5 Eksperimen Luar Angkasa Ini Tak Berguna!ilustrasi penelitian Water Walls oleh NASA (Dokumentasi NASA/Franois Levy)

Pada 2019, NASA merilis studi bertajuk Water Walls atau "Dinding Air". Secara harafiah, para peneliti NASA meneliti bagaimana air bisa bekerja di kondisi mikrogravitasi. Caranya adalah dengan mengisi kantung air yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan.

Dengan penelitian ini, para peneliti NASA berharap untuk mendapatkan alternatif penyokong kehidupan yang lebih simpel. Dengan kantung air tersebut, diharapkan para astronaut bisa mendapatkan pemrosesan air minum, habitat untuk pengembangan alga, dan perlindungan dari radiasi luar angkasa.

Keberhasilan eksperimen ini berarti peralatan teknis dan mesin untuk para astronaut bisa dikurangi. Jadi, meski terkesan lucu, ternyata eksperimen ini memiliki banyak kegunaan di masa depan.

4. "Tikus super" ke luar angkasa

Wow, 5 Eksperimen Luar Angkasa Ini Tak Berguna!ilustrasi tikus penelitian (pixabay.com/tiburi)

Tikus dikirimkan ke luar angkasa? Sudah biasa. Namun, bagaimana jika tikus yang dikirimkan sudah dimodifikasi secara genetik. Ikut roket SpaceX ke ISS, sebanyak 40 "tikus super" yang sudah dimodifikasi memiliki massa otot dua kali lebih tebal dari tikus biasa.

Tujuan dari penelitian yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 2020 ini adalah untuk melihat efek mikrogravitasi terhadap penyusutan otot dan kepadatan tulang. Selama 33 hari di luar angkasa, para "tikus super" tidak mengalami penyusutan otot atau tulang.

Sementara para peneliti berharap bahwa hasil ini bisa membantu para astronaut bertahan di luar angkasa dalam jangka panjang, penelitian ini masih berbasis hewan. Kapan bisa diujikan ke manusia? Menurut para peneliti... masih lama!

5. Membakar ISS

Wow, 5 Eksperimen Luar Angkasa Ini Tak Berguna!Stasiun Luar Angkasa Internasional/ISS (nasa.gov)

Seperti di Bumi, kebakaran di luar angkasa bisa berakibat fatal karena bisa menyebar dan meluluhlantakkan peralatan vital penyokong kehidupan. Untuk mencegah hal ini, NASA akan coba menyalakan api di ISS. Eh, gimana?

Pada Juli 2021, NASA mengumumkan telah melaksanakan projek bernama Soild Fuel Ignition and Extinction (SoFIE) dan dites di bagian Combustion Integrated Rack (CIR) ISS. Tujuan dari diadakannya SoFIE adalah untuk mengetahui bagaimana api bisa berinteraksi dengan materi di kondisi mikrogravitasi demi keamanan koloni ke Bulan dan Mars.

Lewat situs resminya, NASA mengatakan bahwa SoFIE telah rampung dan akan ditempatkan di ISS. Lewat peluncuran wahan Cygnus NG-17 pada Februari 2022, SoFIE akan mulai beroperasi pada Februari 2025 mendatang.

Itulah beberapa eksperimen luar angkasa yang terkesan tidak penting. Sementara beberapa memang tak penting, beberapa penelitian hanya "terlihat" tak penting, tetapi ternyata tetap penting untuk kehidupan di luar angkasa. Dari daftar ini, mana penelitian luar angkasa yang menurutmu paling penting?

Baca Juga: 30 Foto Luar Angkasa yang Mengubah Dunia Astronomi

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya