Nusantics Tawarkan CeKolam, Demi Kesehatan Udang dan Benur!

Bantu Indonesia pertahankan gelar maritimnya

Sebagai negara perairan, Indonesia kaya akan sumber daya laut. Salah satu yang umum dibudidayakan adalah udang. Dari sisi produk maritim, Indonesia adalah nomor 1 dengan nilai US$3 miliar. Akan tetapi, sebanyak 60 persen tambak udang gagal akibat penyakit.

Tidak kecil, kerugian akibat kegagalan tambak udang yang tak sehat mencapai Rp600 triliun! Hal inilah yang menjadi keprihatinan Nusantara Genetics (Nusantics). Oleh sebab itu, mereka menawarkan produk cek kesehatan udang dan benur bernama CeKolam. Apa itu?

Cerita soal CeKolam, program deteksi penyakit udang dan benur

Diwawancara IDN Times pada Senin (6/2), CEO dan Co-Founder Nusantics, Sharlini Eriza Putri, menceritakan soal CeKolam. Menurut kisahnya, pengembangan CeKolam dimulai sejak Juli 2022 sebelum akhirnya rampung dan diumumkan Desember 2022.

Secara spesifik, CeKolam memeriksa penyakit Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND), penyakit udang dan benur umum yang menyebabkan kematian tiba-tiba massal di tambak. AHPND umumnya disebabkan oleh racun PirA dan PirB.

"Udang itu tidak punya sistem imun, sehingga kalau terinfeksi bisa cepat mati ... Tidak bisa vaksin juga karena sebelum tubuhnya terlatih, [jika terjangkit] bisa keburu mati," tutur Sharlini.

Berkolaborasi dengan "Dokter Udang"

Nusantics Tawarkan CeKolam, Demi Kesehatan Udang dan Benur!Sidrotun Naim, sosok yang mengembangkan CeKolam bersama Nusantics (Dok. Nusantics)

Ide Cekolam juga diceritakan Nusantics sebagai buah pemikiran Sidrotun Naim. Akrab disapa "Dokter Udang", sosok yang menempuh pendidikan di Arizona University ini juga ternyata aktif menjadi peneliti di Harvard sejak 2013.

Sadar bahwa penyakit udang bisa menghambat keberhasilan budidaya, Sidrotun ingin menangani permasalahan di tambak udang dan benur. Oleh sebab itu, Sidrotun menyambut baik kolaborasi dengan Nusantics untuk menghadapi penyakit udang, melahirkan CeKolam.

"Misi kami sederhana: Membantu petambak Indonesia membuat Udang menjadi Uang, bukan U(t)ang," tulis Nusantics.

Baca Juga: Cerita Nusantics Bantu Turunkan Harga PCR saat Awal Pandemik

Cara kerja CeKolam

Nusantics Tawarkan CeKolam, Demi Kesehatan Udang dan Benur!ilustrasi CeKolam, program deteksi penyakit udang dan benur Nusantics (Dok. Nusantics)

Oleh karena itu, Sharlini juga mengutarakan keprihatinannya karena limbah dan jejak karbon yang diakibatkan begitu besar. Jadi, inilah motif Sharlini dan Nusantics untuk membantu para pengusaha tambak udang dengan CeKolam. Bahkan, CeKolam tidak membutuhkan prosedur yang rumit.

"Mereka tinggal kirim sampel udangnya, lalu kita bisa deteksi dini, saat viral load kecil. Jadi, mereka bisa langsung panen tambak lebih dulu sehingga mengurangi kerugian," ujar Sharlini.

Deteksi AHPND dilakukan dengan teknologi RT-PCR Nusantics yang sudah teruji selama COVID-19. Nusantics akan mengirimkan sampling kit ke pengusaha tambak untuk sampel udang. Kemudian, sampel tersebut akan diteliti melalui RT-PCR dan hasilnya diumumkan via WhatsApp.

Harga yang terjangkau

Selain AHPND, CeKolam juga mendukung pemeriksaan penyakit udang dan benur lainnya, seperti White Spot Syndrome (WSS) hingga Infectious Myonecrosis Virus (IMNV). Sharlini menjamin bahwa CeKolam bisa diandalkan untuk mendeteksi penyakit udang dan benur.

"Kelebihannya adalah sensitif. Kalau tes kit lain dari luar negeri belum bisa deteksi penyakit, kita sudah bisa. Jadi, mereka bisa langsung panen tambak lebih dulu sehingga mengurangi kerugian," tutur Sharlini.

Membicarakan harga, Sharlini mengatakan bahwa CeKolam dipatok seharga Rp250–275 ribu per kolam tambak.

Baca Juga: Kiprah Sharlini Memperkenalkan Microbiome lewat Nusantics

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya