Sejarah Bulan Ramadan, Awal Mula Perintah Puasa dalam Islam

Telusuri sejarahnya untuk tahu maknanya

Sebagai umat Islam, tentu tidak asing dengan Ramadan yang jatuh pada bulan ke-9 di penanggalan Hijriah. Pada bulan ini, umat muslim yang mampu diwajibkan untuk berpuasa, membayar zakat, hingga disunahkan tarawih. 

Kapan sejarah bulan Ramadan pertama kali diperintahkan dan bagaimana praktiknya di zaman Rasulullah? Sambil ngabuburit, bisa baca perjalanan Ramadan dalam ulasan ini.

 

Arti kata Ramadan dan waktunya

Sejarah Bulan Ramadan, Awal Mula Perintah Puasa dalam Islamilustrasi Ramadan Mubarak (pexels.com/Thirdman)

Nama Ramadan berasal dari bahasa Arab Ar-ramad (ر-م-ض) yang berarti 'panas menyengat' dan Ramida (رَمِضَ) yang berarti 'menjadi panas, terbakar, atau bersinar'. Dinamakan demikian karena bulan ini jatuh pada bulan ke-9 (setelah Syakban). Pada waktu tersebut, cuaca umumnya menjadi amat panas. Penghitungan bulan ini berdasarkan kalender Arab pra-Islam sebelum Islam datang ke Mekkah, tepatnya sekitar abad ke-7.   

Namun, setelah ditemukannya kalender Hijriah yang lebih pendek 11 hari dari kalender Gregorius, jatuhnya awal Ramadan berbeda tiap tahun dan mengikuti penampakan bulan sabit (hilal). Umumnya, hilal ditentukan di Indonesia melalui sidang isbat.

Ramadan dan turunnya Al-Qur'an

Sejarah Bulan Ramadan, Awal Mula Perintah Puasa dalam Islamilustrasi Al-Qur'an (pexels.com/Abdulmelik majid)

Pada bulan Ramadan, wahyu pertama Al-Qu'ran diturunkan. Ini terjadi sekitar 610 M, ketika Nabi Muhammad mengasingkan diri ke sebuah gua di gunung Hira yang terletak di pinggiran Mekkah. 

Umat Islam percaya bahwa kitab-kitab Al-Qur'an diturunkan selama Ramadan. Kitab-kitab tersebut adalah:

  • Hari pertama Ramadan: Suhuf Ibrahim (صحف إبراهيم) kepada Nabi Ibrahim AS
  • Hari keenam Ramadan: Kitab Taurat (توراة) kepada Nabi Musa AS
  • Hari ke-13/18 Ramadan: Kitab Zabur (الزَّبُورُ) kepada Nabi Daud AS
  • Hari ke-24 Ramadan: Kitab Injil (إنجيل‎) kepada Nabi Isa Almasih AS

Pada malam diturunkannya Al-Qur'an, disebut sebagai lailatul qadar atau dalam bahasa Indonesia berarti malam kekuasaan. Bagi umat Islam, Al-Qur'an berisikan perintah langsung dari Allah SWT. 

Dalam Surat Al-Qadr, makna keajaiban lailatul qadar amat ditekankan. Selain diperingati sebagai malam turunnya wahyu Al-Qur'an pada Nabi Muhammad SAW, malam lailatul qadar dianggap 'lebih baik dari seribu bulan'.

Pada malam tersebut, Allah memberikan keistimewaan luar biasa. Seluruh dosa diampuni, berkah melimpah, dan segala doa diijabah oleh Allah SWT.

Baca Juga: Apa Itu Munggahan? Tradisi Menjelang Ramadan yang Penuh Makna

Ibadah dalam bulan Ramadan

Sejarah Bulan Ramadan, Awal Mula Perintah Puasa dalam Islamilustrasi puasa (parade.com)

Selama bulan Ramadan, umat muslim diwajibkan untuk berpuasa. Dilansir KBBI, puasa berarti rukun Islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala yang membatalkannya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

KH Musthofa Bisri dalam artikel Keistimewaan Bulan Ramadhan menjelaskan bahwa puasa berasal dari bahasa Sansekerta 'upavasa'. Kata ini berasal dari dua suku kata âUpaâ yang bermakna dekat dan âvasa/wasaâ berarti Maha Agung. Jika digabungkan, berarti mendekatkan diri kepada Yang Maha Agung. Sementara, dalam bahasa Arab, puasa dikenal sebagai shaum yang berarti menahan diri.

Dahulu, orang-orang Quraisy sudah berpuasa bahkan sebelum datangnya perintah Allah SWT melalui Nabi Muhammad. Bukan Ramadan, mereka menjalankan puasa Asyura (10 Muharram) yang juga dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Hingga bulan Sya'ban tahun 2 Hijriah setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dan perintah puasa Ramadan diturunkan. Setelah turunnya al-Baqarah:183, Rasulullah kemudian menyampaikan bahwa puasa Asyura boleh dilakukan dan boleh tidak. 

Bukan hanya puasa, dalam Ramadan juga terdapat satu rukun Islam lainnya yakni membayarkan zakat. Perintah membayarkan zakat fitrah atau shadaqatul fithr turun di tahun yang sama setelah perintah puasa hadir. 

Rasulullah pun mencontohkan sunah lain yang hanya dilakukan saat bulan Ramadan tiba. Sunah tersebut yakni salat tarawih. Bentuk jamak dari kata تَرْوِيْحَةٌ ini diartikan sebagai 'waktu sesaat untuk beristirahat'.

Di masa Nabi Muhammad SAW, salat tarawih tercatat hanya dilakukan tiga kali. Lalu, Rasulullah SAW tidak kembali untuk Tarawih. Hal ini dikarenakan Rasulullah melihat makin banyak pengikutnya yang ikut tarawih dan khawatir mereka menganggap salat ini adalah sesuatu yang diwajibkan.

Barulah pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, salat tarawih kembali dilakukan di malam Ramadan dengan 20 rakaat. Meski jumlah rakaat saat tarawih berbeda-beda, mayoritas pemeluk Islam melakukannya dengan 11 rakaat (8 rakaat tarawih ditambah 3 rakaat salat witir) hingga 20 rakaat.

Perayaan Idul Fitri

Sejarah Bulan Ramadan, Awal Mula Perintah Puasa dalam IslamIlustrasi Idul Fitri. (pexels.com/RODNAE Productions)

Menutup bulan Ramadan, umat Islam kemudian merayakan Idul Fitri yang jatuh setiap tanggal 1 bulan ke-10 kalender Hijriah. Hari raya ini dilaksanakan pada bulan Syawal sebagai pertanda berakhirnya Ramadan. 

Dilansir Edarabia, perayaan hari raya Idul Fitri dimulai di Madinah, setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah atau sekitar tahun 622 Masehi. 

Hari raya Idul Fitri menjadi festival bagi seluruh muslim di dunia untuk bersuka cita. Pada hari ini, umat Islam dilarang berpuasa. Selain itu, mereke melakukan ibadah lainnya yakni melaksanakan salat di pagi hari tanpa azan yang diikuti takbir dan khutbah yang berisi permohonan ampun, meminta kedamaian, rahmat, dan berkah Allah SWT. 

Menilik sejarah bulan Ramadan yang panjang, ritual inti dan maknanya tetap tidak berubah sejak 622 M lalu, lho! Meski demikian, umumnya umat Islam akan memberikan tradisi lokal dalam merayakan Ramadan. 

Baca Juga: Tradisi Padusan, Mandi Menjelang Ramadan ala Masyarakat Jawa

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Fatkhur Rozi
  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya